SURPRISE

112 12 2
                                    


Kecewa, itulah yang dirasakan oleh dua dara yang saat ini sedang menatap layar laptop, membaca pengumuman yang baru saja di umumkan oleh panitia MOS yang baru saja tentang kelas yang akan mereka tempati.

Menyesal tidak maksimal saat MOS , tapi tidak untuk mengumpati panitia-panitia MOS yang turut andil menjebloskan mereka ke kelas yang tak diinginkan oleh siapapun, eits mungkin murid yang mencintai kebebasan yang lebih menyukainya tapi bukan Dilora dan Amanda orangnya. Memang SMA Nuri Grida memberikan wewenang berupa penilaian kedisiplinan kepada panitia MOS untuk bisa menyaring siswa-siswanya.

"Kampret emang tu panitia!" kesal Amanda sambil merebahkan tubuhnya di kasur. Sementara Dilora, mata gadis tersebut masih sibuk meneliti nama-nama dari yang menempati kelas unggulan sampai kelas yang ia tempati bersama Amanda, X IPA 5, sisanya tak ia lirik sama sekali.

"Ck, soalnya terlalu gampang, makanya semua pada bisa jawab, jadi walaupun nilai test gue seratus ya percuma, ya orang yang dapet seratus juga banyak, mana nilainya juga beda-beda tipis, sementara nilai kedisiplinan dan absen gue cuma 30 ? pelit banget sih ngasih nilai!" gadis itu turut merebahkan tubuhnya di samping Amanda, melirik ke arah langit-langit kamar.

"Si Sheina beruntung banget, udah cantik, baik , pinter lagi, ah andai aja nama gue yang di peringkat 1 bukan dia!" celetuk Amanda.

"Baik jigong lu" balas Dilora tak terima dengan opini sepupunya tersebut.

"Lah, emang iyakan dia baik wait wait wait jangan bilang kalo Lo dendam karena dia numpahin baso di baju lo?"

"Bukan, bukan itu masalahnya!" elak Dilora.

"Terus apa donk?"

"Kepo lu !!"

"Ih tai banget ni orang!"

Dilora pun memiringkan tubuhnya membelakangi Amanda. menebar kebencian kepada seseorang bukanlah sifatnya. Sejenak keheningan melanda kamar tersebut, mereka sama-sama larut dalam pikiran masing-masing. Tentang apa yang akan mereka lakukan di kelas buangan tersebut, tentang rintangan yang akan mereka hadapi di sekolah baru, tentang romansa cinta putih abu-abu nanti, tentang teman, persahabatan, pengkhianatan dan banyak lagi pikiran aneh lainnya.

"Gue udah mutusin!" celetuk Dilora sambil kembali menghadap langit-langit kamar.

"Apaan?" tanya Amanda sambil melirik Dilora.

"Gue gak bakal mau masuk kelas unggulan"

"Lah kenapa?"

"Lo nanya kenapa? Menurut lo aja nih ya, kalau gue di kelas unggulan, gue bakal sekelas sama dua jenis manusia, para nerd-nerd atau gak ya sama orang yang bermuka dua. Persaingan sister, lo harus ingat ini baik-baik. They will sacrifie anything to be number one, eat friends-eat each other or whatever they can! dan lo bayangin betapa kelam nya masa SMA gue kalau gue ada di kelas itu, yah walaupun gue tau gak bakal ada yang bisa ngalahin kecerdasan seorang DILORA sih," tandas Dilora sambil menekankan namanya sendiri di ujung kalimatnya.

"Setuju gue sama lo sister, yang lo omongin emang bener, gue juga berpikir ke arah sana. Gue sekarang ngerasa beruntung, yah mungkin dengan sekelas dengan Elo adalah yang terbaik buat gue ke depannya nanti."

"lo ngomong seolah-olah gue emang udah di takdirin di kelas IPA 5 dan elu tiba-tiba terjebak di kelas yang sama dengan gue, sialan lu Jainab." Dilora pun memukul kepala Amanda dengan bantal dan membekapnya, tawa mereka pun terdengar memenuhi kamar diikuti aksi tawuran khas murid SMA, bukan dengan batu, tapi dengan bantal.

Tak peduli betapa buruk takdir yang kau dapat, mereka yang ada disekitar mu lebih penting dari semua itu. Mereka yang mendukung mu, bukan mereka yang memakan mu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 12, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DILAN AND DILORA   -Dear Sibling-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang