5 | Fall Down

139 56 1
                                    



Koridor sekolah cukup sepi karena banyak diantara siswa yang hadir di SMANURI sedang berkumpul di aula untuk melaksanakan rangkaian kegiatan MOS di hari pertama. Tampak seorang pria berseragam sekolah SMANURI dengan balutan jas osis khas milik sekolah tersebut sedang berlari tergesa-gesa menuju sebuah ruangan yang tampak berada diujung koridor. Dengan napas yang memburu akhirnya kini dia pun tepat berada di depan pintu ruang osis lalu memutar knop pintu .


"Lan ... hah ... hah ... gawat Lan." Dilan yang sedang fokus menatap pada layar laptop nya itupun sontak kaget ketika Deno tiba-tiba membuka pintu dengan raut wajah yang panik membuat nya pun tertular kepanikan.


"Sialan, kaget gue bego, ada apa?" kesal Dilan.


"Anu lan ... hah itu...apa namanya ... hah "


"Apaan bangsat bikin panik aja lo, ngomong yang bener"


"Itu anak osis pada ngehukum siswi yang telat lari dua puluh putaran lapangan" terang Deno saat sudah mampu mengontrol ritme napasnya yang menderu.


"Sial gue kira apaan, ngapa lo yang heboh, biarin ajalah siapa suruh telat?"


"Lo goblok apa gimana sih Lan? mereka itu cewek, disuruh lari ngelilingin lapangan seluas itu, kalo mereka kenapa-kenapa gimana? mau tanggung jawab lo? Apalagi ini hari pertama, bisa abis kita di gorok pak Anto"


"Argh Shit!!! ada-ada aja sih." Dilan mendesah sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal lalu bergegas keluar dari ruangan osis itu dan entah apa yang ada dipikirannya saat ini.


                                                                                    ***Gadis itu terus saja berlari, berlari dan berlari tanpa memedulikan napasnya yang terengah-engah, seragam yang mulai basah , dan rambut yang sudah mulai melepek karena keringatnya sendiri. Ia ingin terus berlari, ia marah, kecewa bagaimana bisa kesalahannya yang tidak terlalu besar diberi hukuman seberat ini dan tidak ada satu orang osis pun yang membelanya, sungguh sebenarnya mereka osis apa algojo sih? sempat terpikir seperti itu oleh nya. Akan tetapi ia sadar sebenarnya mereka hanyalah seonggok daging-daging busuk yang menjelma menjadi tubuh seorang manusia. Benar kata pepatah, sepandai-pandainya kamu menyembunyikan bangkai, pasti akan tercium juga, dan lihatlah osis itu mereka sungguhlah bodoh tak pandai menyembunyikan hati mereka yang busuk itu bahkan di hari pertama MOS diadakan.


Ini mungkin tidak akan seberat itu, jika saja ia memiliki energi yang banyak. Bagaimana tidak saking terburu-buru ke sekolah ia lupa mengisi ulang energinya alias makan. Dia hanya mengawatirkan lambung nya yang sakit, ya lebih tepatnya magh akut yang ia derita. Seperti sekarang ini saja misalnya perut gadis itu sudah mulai terasa sakit, dan rasa mual itu hadir tanpa diundang, inilah yang tidak Dilora suka, dia benci dirinya yang lemah.Dengan seluruh kekuatan yang tersisa Dilora pun memutuskan untuk tetap melanjutkan hukuman nya, biar saja dia pinsan agar osis-osis bodoh itu pada katakutan dan panik. Dia sudah tidak peduli lagi bahkan mati pun dia siap karena tentunya ia akan segera bertemu dengan mama nya yang sudah kembali kepada sang pencipta.


Berbeda dengan Dilora yang masih terus berlari, Amanda kini sudah berjalan dengan langkah biasa. Ia sudah tak sanggup lagi berlari. Kaki nya keram dan bergetar, badannya lemas , sama seperti Dilora, Amanda pun belum memakan sesuatu untuk mengisi tenaga nya, dan yang lebih ia khawatirkan lagi bagaimana jika keringat-keringat ini memberi dampak buruk pada bau badannya, lihat saja ketiak nya yang mulai basah itu, ah jika pria itu melihatnya , dia tidak akan sanggup menyembunyikan wajah nya didepan pria itu. Ah mengingat wajah pria itu saja sudah cukup membuatnya tersenyum seperti sekarang.


"Hei kamu" sapa Dilan yang mulai mendekat kearah Amanda. Amanda yang merasa terpanggil pun menoleh kearah Dilan. Wah betapa kagetnya Amanda saat ini, bagaimana bisa pria yang ada dipikirannya saat ini sudah ada dihadapannya. Ini seperti pria itu keluar dari pikirannya, ah apakah ini nyata? Amanda pun masih terpana dibuatnya.


"Hallo???" sapa Dilan lagi kepada Amanda yang masih sibuk dengan khayalannya sendiri.


"Eh iya kak, kenapa?"


"Kalian ngapain?"


"Dihukum kak, lari keliling lapangan dua puluh kali," jawab Amanda dengan napas terengah.


"Nggak capek?"


Amanda pun tercengang mendengar pertanyaan pria didepannya ini. "Ya menurut lo ajalah ya, untuk seorang cewek berlari keliling lapangan sebanyak dua puluh kali, bukan capek lagi namanya, ini sudah level mematikan mas," seru Amanda dalam hati sambil tersenyum kecut.


"Capek lah kak."


"Yaudah berhenti aja kalo gitu."


"Tapi kan kak kita lagi dihukum."


Dilan tak membalas lagi, dia hanya menatap Amanda dengan intens. Amanda pun merasa terintimidasi, yah bukan salah tingkah perasaan yang dia rasakan saat ini. Tapi lebih kepada terintimadasi. Pria dihadapan nya ini menyorot tajam kearah nya.


"Oke, gue angkat tangan," gumamnya dalam hati.


"Rara berenti woi kalo capek, kakak nya suruh berenti woi, Ra ..." Teriak Amanda kepada Dilora sambil melirik kearah pria di sampingnya ini. Ah biarlah sudah suaranya yang cempreng ini terdengar oleh pria itu. Dia sudah tidak minat lagi, bukannya suka malah membuat nya takut dengan sorot tajam dari mata pria itu.


Dilora hanya mengacungkan jempol keudara pertanda ia baik-baik saja dan akan tetap melanjutkan hukumannya. Egonya lebih dari segalanya.


"Strong juga tuh temen kamu,"seru Deno yang menghampiri Amanda dan Dilan.


"Iya kak, dia emang punya tenaganya kayak kingkong sih, tapi dia tuh ada magh dan dia belum makan dari tadi."


"Anjir demi apa? udah tau magh masih aja lari, gimana sih? Seru Deno lagi."


"Ini orang goblok apa ya? Ya kan antek-antek osis lo yang ngasi hukuman dodol," maki Amanda dalam hati, yah meskpun ia sedang marah, sebisa mungkin dia menahan mulutnya yang sudah gatal ini untuk menghujat dua pria disampingnya itu.


"Rara ayo berhenti, nanti magh lo kambuh. woiiiii Raraaaaaaa berhenti nggak lo!!!!" teriakan Amanda semakin kencang yang hanya dibalas acungan jari tengah di udara oleh gadis itu. Dan mereka bertiga pun menggelengkan kepala tak percaya melihat betapa besarnya ego gadis yang saat ini masih berlari meski dengan langkah yang agak terseret.


Dilora masih berlari, tinggal satu putaran lagi maka selesailah penderitaan ini. Dia sudah berencana saat sudah menyelesaikan putaran kedua puluhnya dia akan berpura-pura pingsan saja supaya bisa mendramatisir suasana, dan saat itu juga para osis sialan yang sudah menghukumnya pun pasti merasa ketakutan.


"Tahan Ra lo kuat, lo bisa. Gue pasti bisa" ucap Dilora menyemagati diri sendiri. Kakinya terasa sangat berat saat ini, mual yang tak berkesudahan sudah melanda nya sejak putaran ke dua belas disertai dengan rasa sakit diperut yang tak tertahankan, keringatnya mendingin disertai tubuhnya yang menggigil, tangannya lemas bergemetaran, pandangan nya mengunang, kepalanya terasa sangat sakit, andai bisa dilepas mungkin Dilora akan melepaskan kepalanya untuk sementara tapi mustahil kan.Dan dalam sekejap tubuhnya ambruk ketanah. Sayup-sayup ia mendengar suara teriakan orang yang memanggil namanya dan merasakan tubuhnya terangkat pandangannya pun mulai menggelap.

DILAN AND DILORA   -Dear Sibling-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang