2 | HIPNOTIZED

246 68 11
                                    

Dilora R, seorang gadis berparas cantik berbut panjang tergerai dengan kelopak-kelopak mawar yang ada di genggamannya yang kemudian ia taburkan diatas pusara bernisan Mira Herlambang yang tak lain adalah ibunya sendiri. Sudah lebih dari seminggu sang pencipta mengambil Mira dari sisinya. Ibunya itu akhirnya menyerah atas hidupnya setelah berjuang melawan kanker serviks selama bertahun-tahun. Kesedihan bahkan belum hilang menyelimuti hatinya. Ia begitu merindukan Mira, sosok ibu yang selalu menjaganya, melindunginya, menyayanginya dan yang selalu memberi Dilora kekuatan saat dirinya sedang membutuhkan kekuatan itu sendiri.


“Mah… rara kangen,…rara kangen mamah. Bahkan rara masih aja gak nyangka mamah bakal ninggalin Rara secepat ini. Rara butuh mamah ” isak Dilora yang tak sanggup lagi menahan air mata nya untuk tidak keluar.

“Besok hari pertama Rara sekolah mah, jadinya ngambil di SMA Nuri Grida, tante Dini gak ngijinin Rara buat ke SMA Olahraga karena jauh dari rumah” curhat Dilora pada mamahnya yang bahkan tidak merespon ucapan Dilora. Begitulah Dilora, saat Mira masih bersamanya , dia selalu bercerita dan mengoceh panjang lebar mengenai hari-harinya, entah itu menyenangkan atau tidak tapi Dilora memang suka bercerita tentang hari-harinya pada ibunya itu. Tak peduli entah itu saat seperti sekarang ini dimana Ibunya bahkan tidak lagi merespon ceritanya.


Dilora lega bila mencurahkan isi hatinya meski ia sadar bahwa Ibunya tidak akan mungkin akan merespon . Mungkin Dilora akan langsung lari pontang-panting ketakutan jika sekarang Ibunya merespon curhatan nya itu, karena walau bagaimana pun Dilora adalah seorang gadis yang takut pada hal-hal yang menjurus kepada kegelapan, hantu dan sejenisnya.

Memikirkan tentang hantu langsung membuat bulu kuduk Dilora berdiri, ah sepertinya ia harus segera mengakhiri sesi curhatnya bersama ibunya yang sudah berbeda alam dengannya itu.

“Mah, udah dulu ya, Rara mau pulang, tante Dini pasti nyariin hehe, kapan-kapan Rara main lagi kesini yahh, dadah mamah” pamit Dilora yang beralasan tante Dini mencarinya, padahal fakta nya ia sudah merasa ketakutan bila berada lama-lama di pemakaman umum ini, tapi ia takut mengatakannya pada Ibunya, Dilora takut ibunya akan tersinggung, makanya ia memilih berbohong.


“Hallo nyet, jemput gue buru ih di halte deket kuburan, gue gak ada ongkos ini. Lima menit gak nyampe, gue bakar motor lo, bye.” Sambar Dilora langsung pada sepupunya Amanda di telpon dan langsung memutuskan panggilannya sepihak.

Setengah jam kemudian Amanda baru tiba dengan motor Vario biru miliknya.

“kok lo lama banget sih”

“lo pikir ini motor burak apa? bisa langsung nyampe kesini dalam sekejap mata, jauh tau kebo dasar” balas Amanda sengit

“kok jadi lo yang nyolot, mau gue bakar apa ni motor?”

“oh silakan Dilora ku yang syantik, daku akan senang hati bila dirimu membakar motor butut ini, dan setelah itu gue tinggal minta beli mobil deh ama bonyok, masalah selesai ha ha ha”

“ok fine, gue kalah,” Dilora mengangkat kedua tangannya tanda menyerah kalah,

“tapi kayaknya gue harus bilang deh ama bonyok lo, kalau putri nya yang lugu selugu monyet ini kemaren malem main ke club sama pacar nya, terus sok manja-manjaan,ndusel-nduselan. dan lo tau kan apa konsekuensinya? Yap benar sekali lo bakal di paksa putus sama pacar lo yang gak ada ganteng-ganteng nya itu, dan mungkin keesokan harinya nama lo udah gaada lagi di kartu keluarga, gimana,? Baguskan ide gue?” skak Dilora sambil menaik turunkan alis mata nya pada Amanda.

DILAN AND DILORA   -Dear Sibling-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang