9 | TRAGEDY

147 24 5
                                    

TAO Night Club , Tulisan yang terpampang di sebuah papan nama berukuran besar yang terletak di depan gedung klub maupun diatas panggung klub malam tersebut. Ianya menyuguhkan pemandangan yang seolah sudah menjadi hal yang biasa bagi insan DKI.

Sambil menari mengikuti irama lagu disko hasil racikan seorang DJ, banyak pengunjung klub yang merokok,  menenggak Wiski, Tequila atau bahkan merek mahal seperti Love Me Belgian Wheat disela-sela tarian mereka.

Bercumbu dengan pasangannya atau bahkan dengan orang yang baru dijumpainya dan ada pula yang menyendiri di sudut ruangan sambil menyesap minumannya hingga tandas.

Sebagian dari mereka datang untuk sekedar bersenang-senang atau merayakan sesuatu baik itu kejadian yang besar maupun kejadian sekecil apapun, sebagian dari pengunjung menjadikannya sebagai ajang pencarian pasangan entah itu dalam artian baik yang mungkin mengarah kepada hubungan yang positif atau dalam artian yang buruk seperti onenight stand misalnya. Dan sebagian lagi datang untuk mengekspresikan sebuah perasaan yang hanya mampu ia lampiaskan di tempat ini.

Seperti yang terlihat diatas panggung TAO Night Club saat ini, tampak seorang pria dengan kaos putih ketat yang melekat di tubuhnya yang tampak atletis dengan keringat yang membanjiri area dahi hingga dadanya yang tampak memerah. Pria itu tampak mahir memainkan turn table khas seorang DJ profesional yang disambut antusias umat di klub yang semakin menggoyangkan tubuh mereka dengan semangat. Terkadang pria itu mengangkat sebelah tangannya ke atas dan tangannya yang lain mengatur tombol-tombol atau apalah itu nama benda tersebut, terkadang ia ikut melompat terbawa dengan suasana yang telah menjadi bagian dari dirinya entah sudah sejak berapa lama tepatnya, mungkin lebih kurang dua tahun, dia pun sudah lupa. Karena disinilah dia akan melarikan diri saat sesuatu yang buruk mengacaukan pikiran serta perasaannya.

             Jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari, suasana klub pun telah tampak lengang karena klub akan segera ditutup. Sang DJ turun sambil memasang hoodie nya dan  segera meninggalkan club sebelum suara seorang wanita menginterupsinya

“Dilaaan!!!” seru wanita itu.

“Maya?" wanita tersebut mengangguk, berlari dan menghamburkan dirinya ke pelukan Dilan.

“Aku kangen banget sama kamu,”  kata wanita itu manja

“Pulang kapan? kenapa gak ngabarin?"

"Surprise!!!"

"Kenapa gak langsung balik ke rumah?”

“Karena aku tau kalo kamu masih disini dan aku gak bisa nahan lagi  buat ketemu , aku rindu tau hm udah berapa lama ya kita gak ketem," oceh Maya lagi.

“Udah ketemu kan, sekarang aku mau pulang, besok hari terakhir MOS dan aku gak bisa telat,” ujar Dilan sambil mengurai pelukan mereka.

“Ok, tapi anter aku pulang ya!”

“Iya.”  Dilan menggenggam tangan Maya dan berjalan keluar dari klub.

***

Hari terakhir MOS…

         Dua gadis jelita itu baru saja berkeliling sekolah setelah diberi waktu untuk istirahat selama setengah jam oleh panitia MOS, tentu saja waktu itu tidak akan disia-siakan begitu saja oleh Amanda.  Dengan dalih ingin mengenal seluruh penjuru sekolah, ia mengajak Dilora untuk berkeliling   padahal dia memiliki niat terselubung,  ya apalagi kalau bukan untuk cuci mata melihat kakak kelas yang terdeteksi tampan menurut standarnya.

Setelah puas berkeliling sekolah, kelaparan pun melanda pulau tengah keduanya. Tak ingin tersiksa begitu lama keduanya pun memutuskan untuk makan  di kantin sekolah.
Entah keberuntungan atau bagaimana kisahnya, sungguh Amanda sangat beruntung bisa melihat pemandangan segerombol kakak kelas yang tadi ia lihat  bermain basket kini duduk di salah satu meja dikantin.

Amanda tersipu apalagi saat melihat salah satu kakak kelas yang beberapa hari ini menjadi bahan stalkingan dan imajinasi liar nya sedang menenggak botol minumannya, caranya menenggak air minum itu, jakunnya yang bergerak turun naik, peluh yang mengalir dari dahinya, dan lengan putih nan kokoh dan berkilat karena keringatnya itu , ah ingin sekali rasanya Amanda menyentuh pria itu dan mengelap keringatnya saat ini, tapi ya bagaimana lagi dirinya adalah Amanda, dia punya cara sendiri untuk bisa menarik perhatian Andra Pradita, sang kakak kelas tersebut.

Melihat keadaan disekeliling kantin, Amanda menargetkan sebuah meja kosong tepat disamping meja Andra dan temen-teman nya, dia mengajak Dilora untuk mengisi meja yang kosong dulu sebelum memesan melihat ramainya kondisi kantin takutnya mereka tidak kebagian meja, padahal lagi, lagi dan lagi ada niat tersembunyi dibalik alasannya, yah, mencuri perhatian Andra tepatnya.

“Gue bersyukur banget akhirnya setelah lima hari MOS dan hari ini udah adalah hari terakhir, yeheeii ya Lord betapa bahagianya hamba mu hari ini hm hm,” ujar Amanda dengan nada polos yang dibuat-buat setelah mendudukkan bokongnya disebuah bangku kantin sambil melirik kearah meja di sebelahnya

“Aduh B aja kali lebay deh kamu nih” balas Dilora dibuat-buat.

Please deh lo tu gak cocok ngomong lebay kaya gitu, jatuh nya gue pengen ketawa sambil celupin kepala lo di bath up"

“Sebelum lo celupin kepala gue ke bath up gue jamin nih tangan lo, jari-jarinya bakalan gue bikin  buntung” balas Dilora sambil memegang dan mengurut jari-jari sepupu nya itu.

Amanda menarik tangannya
“Serem, cantik-cantik psyco” ujarnya bergidik ngeri, yang di balas Dilora dengan menempeleng kepala Amanda. “Sa ae lu ndro." dan mereka pun terbahak keras seolah bumi ini hanya ditinggali oleh mereka berdua saja. 
             Namun yang terjadi selanjutnya adalah keadaan kantin yang menjadi hening, mungkin terkejut akan suara tawa dua gadis yang begitu kerasnya hingga perhatian seluruh manusia dikantin teralihkan kearah mereka.

Amanda panik, niatnya kan hanya untuk mencuri perhatian Andra, kenapa semua orang kini justru menatap aneh dirinya dan sepupunya, sontak ia menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

Beda halnya dengan Dilora, dia sadar sedang diperhatikan tapi dia santai-santai saja, menurut buku yang pernah ia baca tentang pengembangan karakter bahwa tidak ada yang lebih seksi daripada percaya diri. Seperti yang dilakukannya saat ini menatap kembali mereka yang menatapnya dan menyunggingkan senyum tipis andalan turun-temurun keluarga.

“Hei Dilora, Amanda, kita boleh gabung.” suara Sheina menginterupsi. Ah beruntunglah Amanda dan Dilora, kehadiran Sheina mampu meredakan kecanggungan mereka saat ini, dan penghuni kantin telah kembali ke aktivitasnya masing masing.

Dilora menggeser bangkunya. “for sure ladies.

Sheina pun memilih duduk didepan Dilora, namun saat dia hendak duduk seseorang berlari dan menyenggol tubuhnya hingga bakso yang ada digenggamannya tumpah dan mengenai baju Dilora.

“Auh panas," teriak Dilora, dia begitu kaget, bagaimana tidak kuah bakso tersebut terasa panas dan mengotori bajunya.

“Aduh ya ampun, maaf ya Lora gue gak sengaja, gue kedorong , aduh gimana nih, lo gak apa-apakan?”

*TBC*

DILAN AND DILORA   -Dear Sibling-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang