4 | PUNISHED

179 59 1
                                    




       Menjadi putra seorang donator terbesar di SMANURI dan juga peraih juara umum pertama dengan segudang prestasi yang membanggakan membuat Dilan seolah berada diatas angin. Iya, setidaknya tidak akan ada yang berani memarahinya ketika datang terlambat seperti sekarang ini, terlebih dialah ketua penyelenggara MOS di tahun ini. Siapa sih rakyat SMANURI yang tidak mengenal dirinya? Seorang most wanted boy dengan ketampanan yang tak terbantahkan yang mampu memikat hati para wanita bahkan tak jarang para pria lentik sekalipun.


Dilan tiba di SMANURI tepat pukul delapan. Setelah memarkirkan motornya, ia pun berjalan menuju lapangan SMANURI. Dan pemandangan macam apa yang ada di hadapannya saat ini cukup membuat Dilan merasa kesal . Ia melihat dua orang siswi baru yang bahkan sudah terlambat di hari pertama MOS? Sungguh memalukan. Mereka pikir mereka siapa, seenak jidatnya saja datang terlambat. Ah Dilan sungguh muak dengan jenis siswi seperti ini. Mereka pikir ini acara mainan apa? memikirkan mereka saja sudah cukup membuat Dilan kegerahan sendiri. Dilan pun melanjutkan langkahnya menuju lapangan tanpa melirik ke arah dua gadis yang terlambat itu. Baginya mereka hanyalah calon siswi nakal dan bodoh yang akan merusak citra sekolah, ya tidak lebih dari itu.


Saat ini Dilora dan Amanda berada di depan lapangan upacara SMANURI. Mereka menundukkan kepalanya karena gugup berhadapan dengan senior-senior yang memasang wajah AWAS JANGAN MENDEKAT ADA ANJING GALAK. Terlebih lagi ratusan siswa baru yang kini menatap kearah mereka dengan intens. Wah yang benar saja ini bukan saat yang tepat bagi Dilora dan Amanda untuk mengekspose wajah mereka yang cantik bukan? setidaknya itulah yang ada di pikiran mereka saat ini.


"Wah hebat ya, dateng pas upacara mau selesai, gak punya jam ya di rumah?" sindir salah seorang senior wanita yang diketahui bernama Sinta.


"Maaf kak," jawab Dilora dan Amanda merasa bersalah.


"Maaf-maaf, gampang banget kalian minta maaf, kalian gak mikir apa disaat teman-teman kalian yang lain berusaha untuk bangun pagi buat dateng tepat waktu sementara kalian dengan gak tahu dirinya datang telat dan minta maaf?" bentak Devi sambil berjalan mendekat kearah Dilora dan Amanda . Devi adalah salah satu panitia MOS tahun ini lebih tepatnya komdis atau komisi disiplin yang terkenal dengan sifatnya yang arogan dan garang .


"Mana atribut-atribut MOS nya, tunjukin ke kita sekarang!" seru Devi lagi, Dilora dan Amanda pun lantas mengangkat tas karung bawaan mereka kepada Devi.


"Tunjukin name tag nya!" titah Devi bengis. Dilora dan Amanda pun mengambil name tag mereka yang ada didalam tas karung mereka.


"Ini kak name tag saya," ujar Amanda, sementara Dilora masih mencari-cari name tag nya. Ia yakin sudah memasukkan benda itu di tas nya, tapi kenapa sekarang tidak ada. Keringatpun kembali mengalir di pelipisnya, Dilora panik seketika, anjing galak didepannya ini pasti akan segera menggonggong. Tapi mau bagaimana lagi untung tak dapat di tolak malang tak dapat di cegah. Dilora menyerah mencari name tag yang sial nya sudah raib dari tas nya.


"Maaf kak, name tag saya hilang. Saya yakin udah masukin dalam tas ini tapi gak tau kenapa bisa gak ada." Amanda yang mendengar nya pun langsung menatap kasihan pada Dilora sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.


"Si bodoh cari mati aja lo," gumam Amanda sambil memejamkan mata , dalam hati tentunya.


"Halah klasik banget alasan lo," cibir Devi angkuh.


"Next mana gelang nya."


"Ini kak" tunjuk Dilora.


"Punya lo mana?" tanya Devi pada Amanda yang sedang mengobrak-abrik isi tasnya itu. Dimana gelang yang sudah ia masukkan dalam tas karungnya itu. Sial bagaimana bisa benda itu hilang disaat-saat kritis seperti sekarang. Amanda pun memejamkan mata merutuki kesialannya hari ini.


"Gelang saya hilang kak, tadi tuh udah aku masukin dalam tas kak , tapi udah gak ada sekarang," aku Amanda dengan suara panik dan bergetar. Hal itu pun tak luput dari Dilora yang langsung menggelengkan kepalanya kearah Amanda sambil bergumam "Alhamdulillah ada temen sama begonya." Sambil terseyum tipis kearah Amanda yang dibalas gigitan bibir oleh Amanda, ah kenapa kesialan Dilora harus menular padanya.


"Ok cukup gue gak mau lagi ngecek barang yang lainnya. Kalian memang benar-benar menjijikkan. Ada ya cewek gak tahu malu kaya gini. Udah telat, barang atributnya gak lengkap lagi. Sekarang juga kalian lari keliling lapangan upacara dua puluh kali putaran, gak boleh kurang, lebih malah bagus," sinis Devi yang langsung mendapat tatapan langsung dari semua orang yang ada disana. 


Yang benar saja lapangan upacara ini sangat luas dan dua puluh putaran itu tidaklah sedikit apalagi dilakukan oleh wanita. Itu bukanlah hukuman tapi siksaan.

Hari ini benar-benar hari yang berat, sepakat Dilora dan Amanda.

DILAN AND DILORA   -Dear Sibling-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang