7 | MANU RIOS?

163 56 6
                                    

Gerbang itu tampak ramai dengan siswa-siswi yang berjalan melangkahkan kaki mereka memasuki area sekolah menengah atas yang menjadi salah satu sekolah favorit di kota Jakarta. Ada juga yang menggunakan sepeda motor dan bahkan membawa mobil. SMA Nuri Grida memang terkenal sebagai sekolah swasta yang memiliki kualitas tinggi dibandingkan sekolah lainnya. Mungkin karena tenaga pengajar yang sangat berpengalaman di bidangnya hingga sarana-prasarana sekolah yang sangat lengkap dan modern, sehingga tak heran SMA Nuri Grida di huni oleh siswa-siswi kaum elit atau yang memiliki kapasitas otak diatas rata-rata.

Sebuah mobil Pajero Sport berwarna putih berhenti di depan gerbang sekolah.

"Makasi ya Bunda udah nganterin Shei, Shei sayang bunda."

"Bunda juga sayang kamu Nak, udah turun sana, jangan macem-macem, jangan bikin abang kamu marah ok?"

"Siap Bunda," jawab Sheina sambil keluar dari mobil.

"Dadah Bunda."

"Dadah Sayang, nanti kamu pulang sama abang ya, Bunda pulang maleman, butik lagi rame soalnya."

"Siap Bunda".

*****

Gadis dengan rambut panjang tergerai itu berjalan dengan mengehentak-hentakkan kakinya, dengan mulut yang sedikit dimonyongkan dia berjalan mendahului sahabat sekaligus sepupunya nya yang sejak tadi pagi mencoba memanggilnya namun tak sedikitpun ia hiraukan.

Dilora yang sudah kesal pun tak tahan lagi dengan sifat Amanda. Iya, Dilora itu memang orang yang mudah emosi jika dirinya selalu di abaikan. Dia tak terima. Dengan sigap Dilora menyusul Amanda dan menarik tangan Amanda secara paksa. Amanda kaget dan takut ketika melihat wajah garang Dilora, dia tahu kalau Dilora sudah menariknya sekasar ini dan memasang wajah garang seperti sekarang itu bukanlah pertanda yang baik. Keadaan bisa saja berbalik dimana Dilora tak ingin bicara dengan nya atau akan menoyor kepala nya terus-terusan.

Dilora pun mengangkat tangannya dengan gerakan seperti ingin menampar wajah seseorang dengan keras, Amanda refleks memejamkan matanya, ternyata Dilora benar-benar marah sekarang, tapi sejurus kemudian dia tak merasakan apa-apa, dia pun langsung membuka mata nya dan melihat Dilora yang sedang berpose sambil mengacukan jari tengah dan telunjuk membentuk huruf V di hadapannya.

"Manda miyaneee Ehm ehm," Ucap Dilora bertingkah imut bak aktris di Drama Korea.

Amanda syok, tapi dia berusaha mengendalikan dirinya untuk tidak tertawa, dia sedang marah sekarang.

"Nggak lucu tau ngga," Sinis Amanda lalu melangkah pergi.

"Selangkah lagi lo melangkah tanpa izin gue, jangan salahin gue kalo lo besok gak akan ngeliat gue lagi besok di sini."

Langkah Amanda terhenti. Dia mencerna kata-kata yang baru saja dilontarkan Dilora, apa maksudnya ini.

"Maksud lo?"

"Gue daftar sekolah di Spanyol"

"Kenapa?"

"Karena pengen aja, pengen ketemu Manu Rios."

"What a bulshit, Gue lagi gak pengen bercanda ya."

"Terserah kalau menurut lo gue lagi bercanda. Gue serius kali Man. Lagian gue udah gak punya orang tua lagi, gue pengen hidup mandiri, gue pengen bebas jalanin hidup dengan cara gue sendiri, gue gak pengen lagi bergantung sama orang lain, gak pengen nyusahin orang lain. dan Manu Rios adalah tujuan gue sekarang hehe."

Amanda pun langsung menoyor kepala Dilora. "Bacot anying, ngomong apaan si lo"


"Yah kalo lo masih ngambekan sama gue, kayaknya gue gak bakal mikir dua kali untuk melarikan diri ke Spanyol deh."

"Tau ah pusing gue ngomong sama orang kayak lo, duit kagak ada sok-soakan mau ke Spanyol," serah Amanda yang kemudian berjalan lagi.

Dilora masih diam ditempatnya. Uang, uang? bahkan Amanda tidak tahu berapa uang yang ia miliki saat ini.

Pergi nya sang mama karena sakit, bukan berarti mama nya tidak memedulikan masa depan Dilora. Mira sangat menyayangi Dilora melebihi dirinya sendiri, dia bahkan lebih memilih untuk tidak melakukan kemoterapi demi bisa berinvestasi untuk puteri sematawayang nya itu. Semua harta kekayaan Mira telah ia serahkan kepada Dilora. Dan Dilora bisa memanfaatkan itu semua saat usianya mencapai tujuh belas tahun.

Dilora hanya tersenyum saat ini. Dia pun menyusul Amanda yang semakin menjauh darinya.

"Entar abis pulang sekolah, kita ke Mc Donald ya? lo yang bayar oke?"

"Okay," balas Amanda singkat yang langsung menoleh ke arah Dilora yang sedang menyampirkan tangan nya ke bahu Amanda dengan alis yang di naik-turunkan.

Dan saat itu mereka pun tertawa lepas.


"Abang, nanti pulang sama Sheina ya Nak, Bunda gak bisa jemput, Bunda pulang malam soalnya, jangan biarin adik kamu naik angkutan umum ya nak, bahaya!" Dilan berdecak setelah membaca pesan dari bundanya, dia pun mengambil jaketnya yang tersampir di sofa ruang osis tersebut dan melangkah keluar menuju parkiran.

Masa bodoh dengan Sheina.

DILAN AND DILORA   -Dear Sibling-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang