C

4.7K 479 39
                                    

🔞🔞🔞
🔞🔞
🔞

Di bawah rintik gerimis ringan, di atas jalanan yang mulai dilapisi lapisan tipis es, Jaejoong berlari meninggalkan rumah mewah itu dengan derai air mata. Hidungnya memerah, kakinya terasa dingin dan perih.

Tidak sempat mempersiapkan dirinya, Jaejoong hanya mengenakan sandal rumah, sebuah kaus tipis dan celana pendek ketika berlari keluar demi menghindari kekacauan di rumahnya lebih jauh. Kalau rumah itu memang bisa disebut rumahnya.

Jaejoong merasakan semburan udara dingin mengkungkungnya tetapi hatinya terasa lebih dingin. Mengabaikan ponselnya yang bergetar sejak tadi, Jaejoong tidak menyadari bahwa dirinya sudah berlari terlalu jauh dari rumahnya. Ia sudah berada di pinggir jalan raya utama. Sedikit linglung Jaejoong berjalan perlahan menyusuri trotoar yang agak licin dan basah. Semalam turun salju dan siang ini mendung disertai gerimis menaungi langit.

Jaejoong menyadari ia menjadi perhatian banyak orang. Dengan risih ia memperhatikan kondisinya, pakaiannya yang kurang layak untuk cuaca seperti ini. Mengedarkan pandangan sesaat hingga Jaejoong memutuskan memasuki sebuah rumah makan keluarga kecil.

Seorang pelayan mendatangi Jaejoong untuk menanyakan pesanannya. Jaejoong mengatakan ia ingin secangkir cokelat panas dan sepotong kue. Memberikan senyum ramah pada Jaejoong sebelum pelayan tersebut pergi untuk mengambil pesanan Jaejoong.

Lagi-lagi ponselnya bergetar. Sebuah telpon dari Yunho. Menghela napas panjang sebelum Jaejoong menerimanya.

"... Aku lupa tidak membawa dompetku. Bisakah kau datang dan minjamiku uang?"

"Aku akan mengirim supirku untuk menjemputmu." hanya itu yang Yunho katakan sebelum menutup telponnya.

🔞🔞🔞

Yunho membuka pintu mobil, menarik Jaejoong keluar dan memakaikan mantel untuk gadis yang tengah murung tersebut. Tanpa menanyakan apapun Yunho membawa Jaejoong masuk ke dalam rumahnya. Mengabaikan sapaan kedua orang tuanya, Yunho menarik Jaejoong yang terlihat linglung menuju kamarnya. Setelah memastikan Jaejoong mendapat kehangatan cukup dari selimut dan pemanas ruangan, Yunho turun sebentar, meminta pembantu rumahnya menyiapkan bubur atau sup hangat untuk Jaejoong. Bahkan Yunho sendiri membuatkan segelas susu hangat untuk Jaejoong.

Ketika kembali ke kamarnya, Yunho terkejut ketika Jaejoong menerjang dan memeluknya. Menangis dalam diam. Dengan hati-hati Yunho meletakkan baki yang ia bawa di atas meja, untunglah susu hangatnya tidak tumpah.

Kedua lengan Yunho melilit pinggang Jaejoong. Dengan mudah ia mengangkat tubuh Jaejoong yang masih memeluknya erat, membawanya menuju tempat tidur. Yunho menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang, mendudukkan Jaejoong di atas pangkuannya.  Dengan lembut mengusap punggung sang kekasih yang bergetar.

"Sudah mau bercerita padaku?"

Jaejoong mendongak, mata indahnya sembab dan merah, air mata terus mengalir.

Yunho menghapus air mata Jaejoong, mencium keningnya. "Ada apa?"

Jaejoong menggeleng pelan.

"Boo?"

"Nenek.... Nenek melarangku belajar di luar negeri ketika ayah memohon ijin untukku." Jaejoong terisak sebelum melanjutkan. "Nenek bahkan mengungkit-ungkit status ayah yang hanya anak tiri dalam keluarga."

Yunho memeluk Jaejoong erat. Membiarkan kekasihnya menumpahkan kesedihannya.

Ayah Jaejoong memang anak tiri neneknya. Ketika menikah dengan kakek Jaejoong, kakek Jaejoong sudah memiliki anak dari pernikahan sebelumnya, anak tersebut adalah ayah Jaejoong. Sementara neneknya pun memiliki anak dari pernikahan sebelumnya, yakni ibu Boa. Kakek Jaejoong adalah pengusaha sukses, namun ia meninggal bahkan sebelum ayah Jaejoong lulus SMA. Dibesarkan ibu tiri, ayah Jaejoong sama sekali tidak mendapatkan haknya sebagai pewaris. Ayah Jaejoong diperlakukan tidak baik namun ketika ia ingin angkat kaki dari rumah utama, neneknya selalu menghalangi niat tersebut dengan berbagai cara.

Ketidakadilan tersebut pun terjadi pada Jaejoong dan Boa. Cara sang nenek mencintai keduanya pun ibarat bumi dan langit.

"Nenek tua itu tidak membiarkanmu kuliah di luar negeri meskipun kau mendapatkan beasiswa secara penuh?" tanya Yunho.

Jaejoong mengangguk. Demi bisa kuliah di luar negeri bersama Yunho, Jaejoong sudah berusaha keras untuk mendapatkan beasiswa di universitas yang sama dengan Yunho. Meskipun orang tuanya mampu membiayainya Jaejoong tidak mau sang nenek mengolok-olok ayah dan ibunya karena dirinya.

Yunho tersenyum menahan amarahnya. "Hanya karena sepupu bodohmu itu tidak lulus seleksi masuk universitas kelas 1, nenek tua itu melimpahkan kemarahannya padamu? Keterlaluan!"

"Yun..."

"Hm?" Yunho membelai wajah Jaejoong dengan lembut menggunakan punggung tangannya.

"Aku akan tetap pergi. Meskipun di sana aku harus bekerja aku akan tetap pergi."

Yunho menggenggam jemari Jaejoong, menciuminya berkali-kali. "Tangan indah ini tidak akan ku biarkan bekerja keras. Jemari ini hanya boleh bekerja untuk menyenangkanku. Memasak dan memijit tubuhku yang lelah usai bekerja. Ini adalah jemari emas calon istriku yang sangat berharga."

🔞🔞🔞

Usai makan malam bersama orang tua Yunho, Yunho mengajak Jaejoong jalan-jalan agar perasaan kekasihnya sedikit lebih baik. Namun karena Jaejoong tidak mau pulang meskipun malam semakin larut, pada akhirnya sepasang kekasih itu mendatangi apartemen milik Yunho —yang dibelinya dari hasil investasinya. Rencananya Yunho akan menempati apartemen tersebut ketika ia dan Jaejoong kuliah akan tetapi karena keduanya mendapatkan beasiswa di luar negeri sehingga Yunho mengabaikan apartemen tersebut.

Tentu saja tidak ada piyama ataupun baju ganti di dalam unit tersebut.

Di sinilah kali pertama Yunho memetik putik berharga Jaejoong...

🔞
🔞🔞
🔞🔞🔞

Ingatkan Yuuki kalau ada Miss Ty ya.

25 Februari 2019
NaraYuuki

Not a Bad Girl (GS) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang