15. SALMA AZZAHRA MALIK

22 0 0
                                    

Salma Azzahra Malik,  gadis anggun nan lemah lembut,  ia menjadi dosen di usia yang sangat muda.

Memenuhi awal panggilan mengajar di sebuah kabupaten yang sedikit terpencil,  membuatnya jauh dengan keluarga juga teman - teman, meskipun dalam kondisi yang sedikit terisolasi, namun tak menyurutkan semangat muda gadis ini untuk  menyalurkan ilmu yang ia miliki.

Dan beberapa bulan yang lalu ia dipindah tugaskan di salah satu Universitas yang bisa dibilang kampung halaman, dekat dengan sanak saudara juga teman - temannya.
Ia begitu antusias,  namun ada perasaan sayang,  meninggalkan tempat yang menjadikan awal untuk memulai petualangan mencari pengalaman, belajar,  juga mencari nafkah.

Sempat terkendala karena dosen pengganti tak kunjung datang,  wacana yang sudah menjadi rencana pun tertunda.

Dari rencana awal dua bulan yang lalu menjadi satu minggu yang lalu baru bisa terealisasi.

Ia pun pulang ke kampung halaman,  tempat kedua orangtua yang sudah sangat lama ia rindukan menunggu ia pulang.
Ia hanya pulang saat idul fitri,  dan itu pun tidak lebih dari satu minggu.

SALMA POV

Flashback 1 minggu yang lalu

Hari ini adalah hari terakhirku menikmati udara pagi yang masih sangat segar,  jauh dari hiruk pikuk kota,  masih dengan udara pagi yang sangat murni tanpa polusi dan sangat jarang dijumpai.

Tepat 2 tahun petualanganku harus berakhir dan memulai awal yang baru.

Entah dari mana asalnya pemindahan tugas,  yang jelas sama sekali aku tidak pernah meminta atau mengajukannya.

Banyak sekali mahasiswa juga mahasiswi yang merengek memintaku untuk tidak berpindah tugas,  namun apalah dayaku.

Disatu sisi,  aku ingin dekat dengan kedua orangtuaku yang sudah sepuh,  namun disisi lain aku begitu enggan meninggalkan tempat ini.

Keramahan,  gotong royong dari masyarakat sekitar masih sangat kuat,  meskipun tidak jauh berbeda dari kampung halamanku, mereka memperlakukan dengan sangat baik setiap orang yang datang di kabupaten ini,  entah itu hanya singgah,  menetap sementara atau bahkan benar - benar menetap.

"Bu Sal,  niki tas ingkang disuwun", (Bu Sal,  ini tas yang diminta), ucap Pak Ali sembari menyerahkan beberapa tas anyaman yang menjadi produk lokal daerah ini.

Aku membeli untuk ibu dan juga bibi di kampung halaman,  karena kan aku tidak punya saudara perempuan.

"Kula pilih ingkang niki mawon Pak", (Saya pilih yang ini saja Pak),  jawabku sembari mengambil tas yang menjadi pilihanku.

"Pinten Pak sedanten?", (berapa semuanya Pak), tanyaku.

"Setunggalatus wolongpuluh ewu Bu Sal", (seratus delapan puluh ribu Bu Sal), jawab Pak Ali.

"Injih Pak, niki yatranipun", ( baik pak,  ini uangnya ), aku menyerahkan dua lembar uang setatus ribuan.

Dan setelah mendapat kembalian,  aku pun bergegas, dan betapa baiknya Pak Ali,  memberiku tas dengan desain khusus yang memang beliau buat untukku.

Aku kembali ke rumah dinas untuk selanjutnya berpamitan dengan bapak kepala desa serta beberapa warga yang memang sangat dekat denganku seperti saudara.

Sampai dirumah dinas,  rupanya telah ada mobil yang menjemputku pulang.

Ia adalah kakak tercinta.

"Dek,  Mas nungguin hampir satu jam lo,  kamu kemana saja? ", cecar Mas Fariz padaku.

"Hehehe,  peace Mas,  barusan pamit sama kepala desa juga beberapa warga sekitar yang selama ini sangat baik sama Sal".

"Pantas lama sekali", jawabnya pasrah setelah mendengar alasanku.

"Mau istirahat dulu atau langsung pulang Mas? ", tanyaku.

"Langsung pulang saja,  toh Mas sudah nunggu kamu sambil istirahat"

"Oke Pak Bos", jawabku sembari mengeluarkan koper juga beberapa tas yang menjadi tempat segala perlengkapan juga pakaianku selama berada disini.

"Biar Mas yang masukkan ke bagasi Dek, mending kamu masuk mobil duluan".

"Iya Mas,  dikit doang", cengirku tanpa dosa,  toh yang nyuruh situ.

Kami pun berangkat menuju kampung halaman yang sudah sangat kurindukan.

Sepanjang perjalanan kuhabiskan dengan tidur cantik,  karena memang aku adalah tipe orang yang mabuk perjalanan.

                                *****

Sampai dikampung halaman,  aku disambut keluarga besar yang sudah berkumpul di rumah.

"Nduk.. Alhamdulillah kamu sudah sampai", tentu saja ibu yang pertama memelukku sambil menitikan air mata.

"Alhamdulillah Bu, salma kangen banget sama ibu", aku pun memeluk ibu dan menumpahkan segenap kerinduan yang begitu membuncah dihatiku".

"Oh.. Adek ndak kangen bapak ya berarti,  ibu saja yang dikangeni", celetuk ayah diambang pintu.

Aku mengurai pelukanku dengan ibu dan berlari memeluk bapak.

"Salma juga kangen banget sama bapak".

Dan sanak saudara pun bergantian memelukku.

Kehangatan ini yang selalu kurindukan ketika merantau nan jauh disana.

Mereka yang benar - benar tulus mencintaiku tanpa pamrih sedikitpun.
Siapa lagi mereka kalau bukan orang - orang yang bergelar keluarga.

Mendukungku sepenuhnya untuk menjajaki dunia pendidikan walaupun harus berjauhan.

Terimakasih untuk cinta tak terbatas dari kalian semua.

                                *****

AUTHOR POV

Cukup dengan waktu dua hari untuk mengistirahatkan badan, Salma menuju kampus yang menjadi tempat pemindah tugasannya.

Tapi untuk hari ini ia hanya akan memperkenalkan diri dan berkeliling di area kampus.

Selama ini ia sangat senang dengan statusnya sebagai dosen muda, karena  ia begitu mudah beradaptasi dan mendekatkan diri dengan para mahasiswa.

Kali ini ia pun berharap hal yang sama,  semoga ia dapat menyesuaikan diri dengan cepat juga mudah dalam mendekatkan diri dengan para mahasiswa yang notabene mereka lebih dalam pergaulan bila dibandingkan dengan msyarakat yang tinggal di pedalaman.

Selesai memperkenalkan diri dan berkeliling di beberapa fakultas, Salma memutuskan untuk pulang dan mulai mengajar esok lusa.

Salma pun bisa bernafas lega,  pasalnya dosen serta para mahasiswa disini terbilang sangat ramah untuk perkenalan mereka yang pertama.
Mereka menyambut kedatangan Salma dengan tangan terbuka.

LUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang