17. KENALAN LAMA

19 0 0
                                    

Kini mereka berdua duduk pada bangku yang mendapat kesejukan dari pohon rindang nan lebat.

Masih berdiam, tanpa kata, tanpa suara, padahal bila ditelisik lagi, banyak hal yang hendak disampaikan, yang ingin diutarakan.

Di dua hari pernikahannya, Risqi kini bertemu dengan Salma, ada rasa penyesalan yang menyergap dalam hatinya.

Andai ia menunggu sedikit lebih lama, mungkin ia akan mendapat kebahagiaan yang bertahun - tahun ia rindukan, dalam batinnya berkata.
Namun nasi terlanjur menjadi bubur.

"Sal dengar, Mas Risqi baru menikah? ", Salma membuka obrolan.

"Iya Dek, kemarin lusa", jawab Risqi dengan suara yang sedikit bergetar.

"Sakinah, Mawaddah, Warrahmah ya Mas", lanjut Salma.

"Aamiin, terimakasih untuk do'anya Dek".

Ada sirat kecewa dihati Salma, lelaki yang menjadi mimpinya ternyata sudah menjadi imam wanita lain.

Tetapi takdir memang seolah menuntunnya untuk merelakan Risqi.

"Mas, Salma duluan ya, Salma ada kelas 10 menit lagi", pamit Salma.

"Baik Dek". Jawab Risqi singkat, seolah tak rela jika Salma menjauh dari nya.

******
Hujan turun dengan begitu deras, disertai kilat dan guntur yang menggelegar, seolah ikut merasakan gejolak hati yang dirasakan Risqi maupun Salma.

Mereka berdua seakan menyesali keterlambatan waktu saat mempertemukan mereka, namun apa yang bisa mereka lakukan.

Risqi berjalan gontai menuju ruang dosen setelah kewajiban telah ia tunaikan sepenuhnya, menyampaikan ilmu pada anak didiknya, dan berusaha melupakan gejolak hatinya saat ini.

Fokus..fokus Risqi, ada wanita yang dengan binar mata indah menunggumu dirumah, wanita yang sepenuhnya halal untukmu, wanita yang kini menjadi tanggung jawabmu.

Seolah Risqi mensugesti dirinya sendiri, mengingatkan hati dan juga fikirannya bahwa kini ia bukan lelaki lajang yang mampu dengan leluasa menentukan pilihan pada seorang wanita.

Ddrrttt.. Ddrrtt.. Suara guntur dan dering telpon yang bersamaan membuat Risqi terkejut dn terbangun dari lamunannya.

ALFAIZA calling....

Nama itu yang terpampang di telpon genggamnya, wanita yang sesaat terlupakan.

"Assalamualaikum", salam suara diseberang sana.

"Waalaikumsalam, ada apa dek? ".

"Al terjebak hujan di halte depan kampus Mas Risqi, mau pulang takut sama petirnya, Mas masih ada kelas ya?, boleh nggak Mas Al tunggu di kantin kampus saja?", keluh Nizma diseberang sana.

"Mas sudah tidak ada kelas Dek sebenarnya, tapi barusan ada Mahasiswa yang minta bimbingan, tunggu Mas sebentar ya, nanti kamu bingung", jawab Risqi, tak tega ia pun bergegas mengambil payung di ruang dosen.

"Pak Risqi, mau kemana bawa payung?", tanya OB yang kebetulan sedang bertugas di ruang dosen.

"Oh ini Pak, istri saya terjebak hujan di halte depan, sementara saya masih ada bimbingan, dari pada menunggu disana lebih baik menunggu disini saja, lebih aman juga", jawab Risqi dengan ramahnya.

Dan di dekat jendela, ada hati yang seolah menangis bersama dengan hujan, mendengar rasa khawatir seorang suami kepada istrinya.

Bukankah itu hal yang wajar?

LUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang