21 - lagi.

545 59 0
                                    

"jeongin?" ujar gue.

Gue kaget, tiba tiba jeongin ada disamping gue. Gue hanya bisa melihatnya dengan bahagia.

"maafin gue" ujar gue sambil memegang tangan jeongin dengan erat.

Tiba tiba ngerasain ada gerakan dalam badan jeongin.
Sontak gue kaget. Dia udah bangun. Gue refleks langsung merem

"gak usah pura pura deh" ujar dia.

"yah ketauan" jawab gue.

"sorry ya in. Gue gak jujur sama lo" tambah gue dengan nada yang gelagapan.

"selagi lo bahagia, gue juga ikut bahagia kok" ujar jeongin.

"sae. Lo kan udah bangun nih. Mending makan dulu. Biar lo gak keluar masuk rumah sakit mulu" tambah jeongin sambil nenteng sebungkus kresek bening.

"jangan bilang kalo itu bubur?" tanya gue

"emang" jawabnya dengan santai.

"sekarang lo pilih. Mending makan bubur ini atau makan bubur rumah sakit?" tanyanya dengan nada yang songong.

"lo pikir?" jawab gue dengan sinis.

Jeongin menyuapi gue dengan lembut. Sedikit demi sedikit akhirnya bubur yang tadinya banyak itu tinggal sedikit. Tapi, gue udah merasa kenyang banget. Cuma jeongin maksa gue banget buat habisin buburnya.

Alhasil, gue bikin perjanjian.

Gue bilang aja ke jeongin kalau gue itu mau ngelanjutin makan kalau makannya itu ditaman. Dan ia anggukin kepalanya. Yang mendakan itu iya.

Walaupun masih sekitar 8 menit aja ditaman. Gue ngerasanya ini itu surga banget. Ya, walaupun masih lingkungan rumah sakit sih, tapi setidaknya gak sehoror di ruang inap.

"lo bosen ya?" tanya jeongin.

Gue hanya anggukin kepala gue. Dan terus lanjutin aktifitas gue lihat keadaan sekitar.

"lo aja bosen. Apa lagi gue. Yang selalu jadi langganan rumah sakit" ujarnya dengan nada sedih.

"kanker darah itu bisa sembuh?"

"hmm"

"kalau boleh tau dengan cara apa?"

"seseorang harus donorin tulang sumsumnya. Dan gak semua orang itu bisa donorin tulang sumsumnya. Yang bisa itu biasanya seseorang yang punya saudara kembar. Tapi gue? Gue aja anak semata wayang"

Gue dengan belas kasihanpun mengelus lembut rambut jeongin.

"sabar ya. Ada gue kok dis--"

"LUCASS?" teriak gue.

Seseorang yang memakai Piyama rumah sakit yang sama dengan gue itupun menoleh ke arah gue sejenak. Lalu, ia buru buru pergi.

"in gue yakin itu lucas. Plis anterin gue" ujar gue sambil memohon ke jeongin.

"lo pasti halu sae"

"kalo lo gak mau anterin gue. Biar gue aja yang kejar dia sendiri" ujar gue ke jeongin lalu dorong jeongin hingga jeongin jatuh ke tanah.

"sial"

Guepun mengejar sosok itu hingga masuk kedalam rumah sakit. Tapi alhasil gue gak bisa nemuin lucas.

'kenapa lo memakai piyama yang sama kayak gue. Kenapa lo harus ngehindar dan hilang gitu aja dari gue sih kenapa. Lo udah janji kan kalau lo itu gak bakalan main rahasia rahasiaan sama gue. Tapi kenapa sekarang lo yang sembunyiin semuanya. Kenapa?' -batin gue.

Tangisan saeron semakin menjadi. Saat dia tahu. Bahwa lucas itu udah sembuyiin semuanya.

Tentang dia yang dirawat di rumah sakit, tentang dia yang menghilang dengan tiba tiba. Tentang dia yang tidak masuk sekolah.

Semuanya.

-------

Dibalik tangisan saeron yang sudah tak kuat untuk mengejar lucas. Ternyata ada seseorang yang hatinya sedang terluka juga.

"sorry gue udah sembunyiin semua ini dari lo sae"






Vote-Saran temanquh
©erlinamr

PACAR | LUCAS NCT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang