(11.First Kiss. kbm)

111K 869 15
                                    

Rangga mengumpat pelan, kemana pun dia berjalan dia menjadi bahan ejekan karena setia mengekori Naima kemana pergi. Naima bersikap tak peduli, tapi Rangga semakin salah tingkah setiap menangkap bisik-bisik miring para juniornya itu.

Sekarang Naima menyuruhnya menunggu, ada buku yang harus diambilnya terlebih dahulu.

"Hai, Bro."

Tepukan halus di bahunya membuat Rangga menoleh. Alex, dua tahun di bawahnya, tapi pria itu tak menghormatinya sedikit pun.

"Kau jadi artis di kampus kita, jadi trending topik."

"Kenapa?" Rangga menangkap ada yang mau dikatakan Alex, Alex sangat suka ikut campur.

"Habisnya kau menghinggapinya seperti lalat."

"Apa ngak ada perumpamaan yang lebih baik dari itu? kau tidak sopan." Rangga mendecakkan lidahnya, dia tidak suka dengan orang yang tidak sopan.

"Aku heran, apa keuntungan yang di dapat dari dosen cantik itu?" Alex semakin penasaran.

"Aku cepat lulus, itu saja."

"Itu keuntungan biasa, selain itu?"

"Keuntungan apa lagi?" Rangga tidak paham ke mana arah pembicaraan pemuda urakan itu.

"Setidaknya kau dapat kehangatan darinya, atau lebih tebatnya hubungan satu malam."

Rangga marah, kemudian memukul kepala Alex, mulut itu benar-benar kurang ajar. Alex malah tertawa.

"Kau kira aku sepertimu."

"Ayolah, kau kolot sekali, dua puluh tahun masih perjaka? Kau merusak citra orang ganteng abad ini."

"Terserah kau saja." Rangga tidak tertarik membahas masalah itu.

"Ck ck ck...kasihan dia, wajah kakunya itu karena tidak pernah mendapatkan sentuhan laki-laki."

Belum selesai Alex bicara, sebuah pukulan yang sangat keras mendarat di wajahnya, Alex meringis, bangkit dari duduknya, mengusap bibirnya yang pecah. Wanita yang berada di sana menjerit saat Alex bangkit membalas pukulan Rangga, dua manusia itu saling bangku hantam tanpa berniat mengakhiri.

Alex sudah babak belur, Rangga menunjuk wajah lebam itu dengan geram, secara fisik dan kemampuan bela diri, dia jauh lebih unggul dari Alex.

"Jaga mulutmu! jangan bicara kurang ajar."

"Ha ha ha." Alex tertawa. "Apa kau impoten? Karena aku mendapati pacarmu masih dalam keadaan perawan, pacarmu luar biasa...."

Rangga mengamuk, sekali terjang akhirnya Alex tak sadarkan diri. Dia sangat marah dengan apa yang dikatakan Alex. Apa yang baru saja Alex katakan? Mendapati pacarnya yang masih....

Di sudut sana, seorang wanita berkerudung biru menyimak semua kejadian itu dengan bibir bergetar. Dia adalah Naima, dia tak menyangka sedikit pun, begitu rendah Alex menilainya.

Tak ada yang berani membantu Alex, dan belum ada satu pun ke amanan yang datang di lokasi itu, karena mereka agak jauh dari gedung pusat.

Rangga mengusap darah yang mengalir di bibirnya secara kasar, ketika dia berpaling, matanya menangkap wajah Naima, matanya berkaca-kaca, dan pandangannya sulit di artikan.

Naima berlari, sejauh yang dia bisa, Rangga mengejarnya, dia tak peduli dengan bisik bisik penasaran mahasiswa lain.

Rangga berhasil menangkap lengan Naima, walaupun di hempaskan secara kasar.

"Bu, sejak kapan ibu berada di situ?"

"Itu bukan urusanmu." Naima berjalan ke parkiran, membuka kunci mobilnya, dengan sigap Rangga masuk lebih dulu.

"Turun!" perintah Naima ketus.

"Saya tidak mau."

"Aku bilang turun!" jeritnya.

"Tidak." Rangga menjawab dengan suara meninggi.

"Ini mobilku."

"Kau istriku." Rangga tidak mau mengalah. Naima putus asa, kalimat penghinaan yang dilontarkan Alex terus terngiang di kepalanya.

Dia menundukkan wajah ke stir mobil. Bahunya bergetar, tapi suara tangis itu tidak keluar.

"Tinggalkan aku sendiri!"

"Aku tidak mau, kau harus mendengar langsung dariku."

"Sejak kapan kau menjadi tidak sopan kepadaku." Naima mendelik dengan mata basahnya.

"Kita harus bicara! aku tak ingin kau memiliki kesimpulan sendiri."

"Jangan mendikteku! kau hanya... hmmmmphhtf...."

Ucapan Naima tenggelam di tenggorokan saat Rangga membungkamnya. Naima memukul mukul dada Rangga, berniat melepaskan diri.

Plak!

Sebuah tamparan mendarat di pipi Rangga. Rangga tersenyum masam, meraba pipinya, tidak hanya Naima yang terluka hatinya saat ini, dia lebih jauh terluka mengetahui fakta tentang kekasihnya, dia tidak menduga sama sekali akan mendapatkan pengkhianatan separah ini.

"Jangan kurang ajar padaku!" Naima menghapus sisa perbuatan Rangga yang tertinggal di bibirnya.

"Keluar dari mobilku!"

Naima kembali berteriak. Rangga menatap nanar, akhirnya dia mengalah.

"Kita akan bicara di rumah," jawab Rangga kemudian.

Rangga menutup pintu mobil Naima dan menyalakan motornya, kemudian dia pergi dengan kecepatan tinggi. Wanita itu adalah tujuannya, orang yang sangat dicintainya, dia harus mendengarnya sendiri, dia berharap apa yang dikatakan Alex hanya sekedar bualan.

Naima terisak, dia sangat terhina, kenapa laki-laki memandang rendah dirinya hanya karena dia perawan tua. Ucapan Alex sangat menyakiti hatinya, apa salahnya pada Alex selama ini.

***
Sudah tamat di karyakarsa.

Terjerat Cinta Mahasiswa Abadi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang