Aku masih disini
Menyetubuhi diri dengan biru-biru lebam lalu
Berkelibat di tengah telaga lalu—
begitu saja hanyut; tiada sauh, tiada lampung.Angin malam terlingkup pada garis tanganmu
Tatkala aku memompa dengan syahdu
Juga nostalgia yang terpalit lawai-lawai itu
Tiada yang masuk selain itu; buntu.Sedang apa pakanira disana, luangkah masamu?
Merataplah ke langit luas malam ini
Purnamanya setengah ranum
Entah malu, entah kelu.Lalu menolehlah ke sudut terdekat
Aku masih bersemayam di tempat yang sama
Tempat yang sejak dulu kau tahu aku tak kemana-mana.Adakah kau rindu untukku?
Aku masih sama seperti yang dulu kau tahu—menari di atas plano, memungut aksara, bermandi dawat, mengepul asap, menyesap kahwa, membala abu; kelabu.Adakah kau kasihku seperti dulu?
Malam-malam hujan tak terasa menusuk
Kau di belakang mendekapku, aku di depan melindungimu; penaka baskara menyengat malam, kala itu.Adakah kau tali jiwaku yang masih utuh?
Rupa-rupa corak pelangi tertimbun kelabu
Petanda tiada lagi sumringah itu
Maka bisa dibilang: kau dan aku adalah residu.Adakah kau menyesap aku?
—fr
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana
PoetrySuara rindu yang belum sempat tertuju, karna kamu yang baru saja berlalu.