07 Cemburu

881 102 9
                                    

A U T H O R

Kalau kata orang Cemburu tanda sayang. Jihoon juga sebenernya mau nunjukin rasa cemburunya yang berarti sayang itu, tapi dia bingung soalnya gak cocok banget gitu sama karakternya yang chill.

Bohong kalau Jihoon ngga cemburu waktu Sena ke kantin bareng Guanlin.

Bohong kalau Jihoon gak cemburu waktu Sena nyapa Guanlin di depan rumah.

Bohong kalau Jihoon ngga cemburu waktu Sena di dapur berdua sama Guanlin.

Banyak cara agar dia menepis rasa cemburu itu, misalnya soal insiden di dapur itu. Jihoon langsung tiduran di sofa dan tidur, pura pura tidur sampai akhirnya tidur beneran.

Sebut aja Jihoon munafik, lain di bibir lain di hati.

jujur, niatnya bersikap kaya gini tuh biar Sena ngga merasa terkekang atau apa. Dia ingin Sena bebas walaupun Jihoon berstatus sebagai pacarnya. Itu pikir Jihoon.

Tapi ngga menurut Sena, dia ngga mau. Dia ngga mau di bebasin gitu aja, ngga mau di cuekin, ngga mau di biarin.

Dia mau Jihoon kaya pacar yang bener bener nge jaga dia. Sena tau, diem diem Jihoon merhatiin Sena. Kalau ada yang usil ke Sena langsung di pelototin. Tapi Sena maunya Jihoon ngawasinnya tuh dari samping Sena, bukan dari jauh.

Jihoon dan Sena sama sama ngga tau perasaan masing masing

yang mereka tau hanyalah sebuah status dengan rasa tak mau kehilangan

sebut aja rasa sayang

entah sebagai apa yang pasti Jihoon ngga mau Sena kenapa napa dan begitupun sebaliknya

lihat saja sekarang Jihoon yang sibuk menghadang sinar matahari dengan tangannya karena ngga mau Sena terbangun

kedua sudut bibinya melengkungkan bulan sabit, menatap sendu gadis yang sedang lelap di tidurnya

"cantik banget" gumamnya pelan

Jihoon mulai menyukai Sena itu karena parasnya begitupun sebaliknya Senapun sama, lalu sikapnya, kebiasaannya, tingkahnya. Sampai akhirnya mereka salinh menyukai kelebihan dan kekurangannya.

"Park Jihoon"

Jihoon melotot kaget waktu Sena membuka matanya

"awasin tangan lo! muka gue butuh sinar UV"

buru buru Jihoon menarik tangannya ke tempat semula lalu mencoba menetralisir rasa malunya

"ih dasar gak peka!" Sena menarik kepalanya lalu bediri meninggalkan kelas

"eh sen" Sena terhenti menatap Guanlin yang memegang matcha di tangan kanannya

"minta" Sena mengambil matcha itu lalu meneguknya "makasih!"

Guanlin di buat bingung saat Sena kembali meninggalkan kelas, dia hanya diam di ambang pintu dengan matcha di genggamannya

Jihoon berdiri, berjalan menghampiri Guanlin

"hoon kenapa si Se--"

BUGH

ngga tau deh, emosi Jihoon ngga ketahan lagi. Guanlin ngga salah, tapi dia selalu muncul di waktu yang salah

Guanlin pintar, baik, ramah, rajin, tampan, tinggi, tajir. Dan itu semua adalah hal yang membuat Jihoon tidak suka dengan hadirnya Guanlin.

Sebut saja sekarang Jihoon iri.

Dia memang iri dengan segala sisi positif Guanlin, dia merasa kalau Guanlin akan dengan mudah merebut hati Sena

"hoon lo gila ya?!" sentak Sena saat Jihoon baru saja keluar dari ruang kesiswaan

Jihoon hanya melirik Sena sekilas tanpa memperdulikam gadis itu dia berjalan ke arah kelas

"hoon!" Sena menarik tangan Jihoon, tapi nihil yang dia dapat hanya tepisan saja

"Park Jihoon!"

Jihoon menghentikan langkahnya, Sena akan memanggil namanya lengkap dengan marga saat dia benar benar merasa kesal

"lo gila ya?!" tanya Sena yang sekarang sudah di hadapan Jihoon

"iya gue gila" jawab Jihoon dengan entengnya

"hoon yang bener aja! apa kata pa minhyu?"

Jihoon tertawa, mengambil satu amplop surat dari sakunya lalu memberikannya kepada Sena

"apa ini?"

Jihoon menghela nafasnya, menyibak rambutnya dengan frustasi sembari menatap Sena dengan geram

"gue sering berantem sama Woojin sampai tonjok tonjokan karna hal sepele cuma di jewer. Tapi sekali nonjok Guanlin cuma gara gara matcha langsung diskors dua hari"

Sena membulatkan matanya. "diskors ? seri--"

"sepenting itu ya Guanlin disini? gue jadi iri deh" gerutunya

Sena yang awalnya terbawa emosi kini menatap iba Jihoon, menggenggam sebelah tangannya dengan lembut

"jadi gara gara gue?" tanyanya

Jihoon berdecak, dia tidak bisa menepis tangan Sena saat menggenggam hangat tangannya seperti ini. Itu terlalu kasar menurutnya.

"hoon kalau bener gara gara gue... gue minta maaf" ucapnya dengan banyak penyesalan

Jihoon menarik tangan Sena hingga tubuh gadis itu terkunci di pelukannya.

"besok jangan macem macem" ucap Jihoon lalu di balas anggukan oleh Sena. "lusa juga jangan macem macem" Sena mengangguk lagi

"kalau macem macem nanti aku di DO dari sekolah ini"

Sena mendongkakan kepalanya menatap Jihoon "kenapa di DO?"

"iya soalnya ngehajar Guanlin ngga pake ampun"

"ish" Sena memukul dada Jihoon

***

"sena"

Sena menoleh ke kanan, dia mendapati Guanlin sedang menatapnya dengan sendu

"bilangin ke Jihoon gue minta maaf"

gadis itu tersenyum manis "buat apa?"

"ngga tau" Guanlin menunduk menatap ujung sepatunya "gue cuma ngerasa gue salah aja"

Sena menggelengkan kepalanya "ngga ada yang salah, paling adanya salah paham aja"

"sen!"

Sena dan Guanlin kaget mendengar panggilan Jihoon

"ayo"

sepasang kekasih itu meninggalkan Guanlin yang masih diam di tempatnya

"Sen... andai aja lo tau perasaan gue"

"hoon lo gak boleh gini, tadi Guanlin bilang minta maaf" ucap Sena sambil berjalan

"udah gue maafin" jawab Jihoom cuek secuek cueknya

"gak ikhlas ih" Sena menyubit pinggang Jihoon

"aw! Sena apaan sih ah sak-"

Sena menggenggam erat tangan Jihoon, membuat Jihoon sendiri terdiam. Sena menatap Jihoon membuat Jihoon sendiri terpaku balik menatapnya

"apa?" tanya Jihoon yang masih berusaha so cool

"aku seneng deh" ucap Sena tiba tiba sambil senyum senyum gak jelas

"serem ah sen" Jihoon menepis genggaman Sena

"aku seneng tau!" ucap gadis itu lebih tegas lagi

"kenapa?" akhirnya Jihoon bertanya juga dengan serius



"soalnya kamu cemburu"

Crazy Couple [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang