Mark buru-buru mengikuti Irene, tapi hanya sampai depan gerbang. Irene sudah menghilang entah kemana. Tapi jujur saja, perasaan Mark sangat tidak enak, takut kalau Irene benar-benar keluar membawa pisau dan melakukan hal yang mengerikan.
"Ngapain?"
Mark menoleh saat seseorang memanggilnya. Luna, gadis yang seharian tadi memasang wajah masam hanya padanya.
"Kepo," jawab Mark singkat lalu segera masuk ke dalam rumah.
Luna berjengit. Dasar anak aneh, pikirnya.
Baru saja Luna mau masuk ke halaman rumah sendiri, suara decitan ban dari mobil hitam yang tiba-tiba berhenti di depan rumah Mark mencuri perhatiannya. Sesaat setelah mobil itu terparkir sempurna—dengan mesin yang masih menyala, seorang pria berpakaian serba hitam keluar lalu berjalan cepat memasuki halaman rumah Mark. Dan tidak lama kemudian, pria itu kembali dengan menyeret Mark yang sibuk mengumpat.
"Don't touch me, asshole!"
Blam!
Dan suara decitan ban kembali terdengar sesaat setelah pintu mobil ditutup kasar. Mobil itu melaju dengan kecepatan tinggi, padahal sudah jelas berapa kecepatan maksimal saat berkendara di area perumahan itu.
Tapi, tunggu, Mark diculik???
Seperti baru tersadar, Luna segera merogoh saku kecil di ranselnya. Kalau boleh Luna bilang, adegan tadi sudah seperti adegan aksi di film-film. Tapi melihat itu secara langsung membuat Luna panik. Bahkan ponselnya sempat terjatuh saking paniknya.
"Tenang, Luna, tenang.." monolognya. Tapi justru tangannya semakin gemetaran.
Luna menempelkan ponselnya ke telinga. Dan saat telepon terhubung,
"Mwo?"
Luna tertegun sebentar, lalu mendecih. Saat seperti ini seharusnya dia menelepon polisi. Tapi yang dia hubungi malah Dino.
Masa bodoh.
"M-mark.."
"Mark? Siapa?" tanya Dino.
"Tetanggaku. Dia diculik."
"Haaahh???"
° Black Dog °
Mark dipaksa duduk di kursi usang yang terdapat banyak bercak merah. Bau anyir pun tercium dimana-mana. Ruangan yang pengap tanpa jendela maupun ventilasi udara ini pun memperburuk suasana.
Mual. Kalau saja Mark belum terbiasa, mungkin dia akan muntah saat ini juga.
Btw, ya, Mark sudah terbiasa memasuki ruangan seperti ini—ruang tempat seseorang diinterogasi sambil disiksa sampai mati, ah, atau paling tidak mengalami cacat permanen. Bahkan Mark juga sudah biasa menyaksikan orang-orang UnderGround melakukan percobaan dengan organ-organ manusia. Pembedahan tanpa mengikuti prosedur yang seharusnya.
Tentu saja hasilnya buruk—kematian. Sudah berapa banyak anak kecil yang dikorbankan demi membangkitkan raja konyol mereka, Mark tidak ingat. Mungkin lebih banyak dari jumlah seluruh jari yang dia miliki.
Tapi untunglah kegiatan mengerikan itu berhenti. Sudah tidak ada anak kecil yang dikorbankan lagi saat UnderGround menemukan orang yang cocok untuk menjadi media pembangkitan Raja. Mark tidak pernah bertemu secara langsung, tapi pernah mendengar namanya sekali—Donnie Kim? Entahlah, Mark lupa. Terlalu banyak yang di pikirkan sampai kadang malah jadi tidak memikirkan apa-apa.
Tapi itu semua demi Mark—kata Junmyeon. Dunia ini kejam, dan Mark harus terbiasa. Karena kelak, mungkin Mark tidak hanya akan menyaksikan, tapi juga merasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Black Dog ; Mark Lee ✔
Fanfiction[ bahasa | completed ] ○○ a spinoff ◎ read Turtle Neck first ○○ "When the black dog changes him into a totally different person." wanings! ✔ au ✔ semi formal ✔ mild language ✔ crackship ✔ some violent scenes ✔ crackship ✔✔✔ just enjoy ©haeroinee 2019