● 20

1.7K 382 19
                                    

Mark tampak lelah sekembalinya dari lab. Hampir dua jam dia menghabiskan waktunya disana sambil memikirkan entah apa.

Ah, bukan entah apa, tapi Luna.

Sejujurnya dia masih bertanya-tanya kenapa gadis itu bisa sampai kesini. Kenapa gadis itu begitu nekat padahal sudah diperingatkan berkali-kali.

Dan kini pikirannya mulai bercabang kemana-mana. Dimana Luna sekarang? Apakah dia baik-baik saja? Apakah dia sudah kembali dengan selamat? Apakah setelah ini dia akan melanjutkan hidupnya dengan normal? Apakah dia akan mambenci Mark? Atau justru.. melupakan Mark dan menganggapnya tidak pernah ada?

Mark menghela nafas panjang. Tidak seharusnya dia memikirkan itu. Jadi dia menyalakan komputer di depannya, bermaksud melanjutkan pekerjaannya yang masih menumpuk.

Tapi sayangnya pikiran Mark terlalu kalut. Entahlah, perasaannya bercampur aduk hingga kepalanya terasa pening.

Karena tidak kunjung merasa tenang meskipun sudah berkali-kali menarik nafas dalam, akhirnya Mark memutuskan untuk keluar lagi dari ruangannya. Akan tetapi baru sampai di tengah pintu, dia berhenti. Tatapan matanya lurus menatap lantai yang terdapat bercak merah disana.

Mark jongkok, memperhatikan bercak itu lebih seksama.

"Darah?"

Mark mengernyit. Apa yang baru saja terjadi disini?

Dan kemudian matanya membulat begitu sesuatu melintasi benaknya.

° Black Dog °

Mark menelusuri seluruh lorong, mencari tempat dimana kemungkinan anak buah Junmyeon menyembunyikan sandera mereka.

Mark tidak tahu pasti apakah asumsinya ini benar, akan tetapi pikirannya tidak bisa berhenti menggaungkan nama Luna. Ini belum pasti terjadi, tapi Mark benar-benar takut akan kemungkinan terburuk.

Sampai akhirnya dia tiba di depan salah satu ruangan di ujung lorong paling sepi dan gelap dengan bau anyir yang sudah menyambut bahkan sejak puluhan meter jauhnya. Kakinya ragu melangkah, akan tetapi keinginannya lebih kuat hingga akhirnya dia tetap pergi.

Sepi, tidak ada seorang pun disini. Dan saat dia hendak membuka pintu, disitu pula dia sadar bahwa pintunya dikunci.

Mark mundur. Mungkin Luna tidak ada disini. Lagipula tempat ini terlalu sepi. Seharusnya ada yang berjaga di sekitar sini kalau memang Luna ditahan di tempat ini.

Mungkin bercak tadi bukan berasal dari darah Luna. Mungkin Luna sudah pulang. Mungkin Luna sudah melupakan Mark.

Mungkin..

Mungkin..

"Help.."

Mark berhenti saat mendengar suara samar itu. Sangat samar dan terasa begitu jauh.

"Help me.."

"Luna?" Mark kembali lalu menggedor pintu. "Luna, are you there?"

"Mark.."

"Shit!" Mark berusaha membuka pintu, tapi gagal. "Luna, are you okay?" tanyanya panik sambil berusaha mendobrak pintu.

Tapi Mark tidak sekuat itu, justru dia merasakan ngilu mulai menjalari bahunya.

"Luna!"

Tidak lagi ada sahutan.

"Luna, answer me!"

Mark semakin panik sedangkan bahunya sudah terlalu sakit untuk dia benturkan lagi ke pintu. Dia menoleh sekitar, tapi juga tidak menemukan benda apapun yang bisa dia gunakan.

[2] Black Dog ; Mark Lee ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang