● 10

2.1K 445 89
                                    

Sejak tahu fakta bahwa Erica adalah saudaranya, Mark semakin penasaran dengan gadis cuek pemilik iris berbeda warna itu. Sebenarnya Mark belum sepenuhnya percaya, tapi kalau mengingat waktu itu Irene keluar dari rumah Erica, mungkin memang seperti itu kenyataannya.

Mark mengikuti Erica lagi. Dia tahu kalau Erica juga menyadari bahwa dia diikuti, tapi sepertinya gadis itu memilih acuh. Bahkan terus berjalan tanpa berusaha menghindar maupun melarikan diri.

Atau jangan-jangan Erica tahu kalau Mark itu adiknya?

Oh my God, kalau iya—

"Hai, Erica Lee-ssi?"

Mark menghentikan langkahnya saat Erica disapa oleh seorang wanita yang sangat familiar.

Rosé?

Mark menjaga jarak, berusaha sebisa mungkin untuk tetap menguping tanpa ketahuan oleh Rosé. Rasa ingin tahu Mark terpompa berkali-kali lipat, anyway.

Untuk apa Erica menemui Rosé? Atau jangan-jangan mereka—anak buah Daniel bergerak sendiri tanpa sepengetahuan Mark? Bagaimana dengan Jeffrey? Apa dia juga tahu?

Berbagai pertanyaan memenuhi kepala Mark sampai dia bingung sendiri. What the hell is going on??

"Jun-ssi minta kita duluan, katanya masih ada beberapa urusan. Gimana?" tanya Rosé.

Erica nampak berpikir sebentar sebelum akhirnya mengiyakan. Dan akhirnya Rosé menggiring Erica masuk ke dalam mobil hitam—yang juga sangat familiar, milik Jeffrey.

Mark masih mengawasi mobil Jeffrey yang mulai menjauh, tapi kemudian dia berjengit.

Jun? Junmyeon??

° Black Dog °

"Santai, jangan tegang," kata Rosé.

Erica menghela nafas sembari mengendurkan otot punggungnya yang sudah bertumpu pada sandaran sofa di ruangan Rosé. Sejujurnya dia ingin santai seperti apa yang diperintahkan gadis yang dari tadi tersenyum manis padanya itu. Tapi perasaannya gelisah karena di ruangan itu ada orang lain yang menatapnya tanpa berkedip.

Kalau boleh, dan kalau berani, Erica ingin menampar muka orang itu menggunakan tas sekolahnya.

"Keluar, Jeff," perintah Rosé.

Jeff—Jeffrey mengangkat bahu lalu kembali menatap Erica sambil tersenyum.
"Enjoy your treatment, Miss Erica Lee," katanya sebelum pergi meninggalkan ruangan Rosé lalu menutup pintu.

"Sorry, temanku memang agak aneh." Rosé tersenyum kecut.

Erica mengangguk setuju. Jeffrey memang aneh.

"Jadi.. harus kita mulai dari mana sesi konsultasinya?" tanya Rosé setelah memastikan Erica nyaman dengan suasana ruangannya itu.

Erica diam sebentar, lalu bertanya, "Dimana Jun?"

"Jun-sii? Gak tau, tadi cuma bilang mau nyusul gitu," jawab Rosé.

Sebenarnya Jun, Moon Junhui, yang meminta Rosé untuk menemui Erica. Entah dapat ide dari mana, Jun memaksa Erica bertemu dengan psikiater. Jujur saja, pada awalnya Erica menolak, bahkan marah dan tidak mau mengobrol dengan pemuda yang sering mengikutinya kemana-mana itu selama beberapa hari. Bagaimanapun, kalau seseorang diminta untuk bertemu dengan psikiater, pasti dia dianggap mengalami gangguan kejiwaan.

Tapi kejadian terakhir kali dimana Irene datang dan hendak melakukan percobaan pembunuhan—atau bunuh diri, entahlah, Erica tidak begitu paham dengan maksud Irene melakukannya, membuat Erica tertekan. Dia mengalami banyak gangguan, mulai dari insomnia hingga nafsu makan yang semakin hari semakin tipis, bahkan muntah walaupun hanya diisi sesendok nasi.

[2] Black Dog ; Mark Lee ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang