Sampai sore, ternyata orang yang akan menyewa rumah Celine belum juga datang. Dan itu terasa seperti hukuman untuk Luna karena dia yang ditugaskan tinggal disana untuk menyambut tuan rumah yang baru. Terdengar sedikit aneh karena Luna juga tuan rumah.
Kryyuuukk
Luna menggeliat di atas sofa. Lapar, tapi malas untuk beranjak padahal rumah juga di sebelah. Tidak bisa kah seseorang datang dan berbaik hati memberi Luna makan??
Ping!
Luna melempar komik yang dibacanya asal lalu meraih ponselnya di atas meja.
📩 Dino-sour
| ya, tengil
| dimana?Luna mendecih, tapi langsung tersenyum girang sesaat setelah sebuah lampu menyala di atas kepalanya.
di rumah sebelah |
kangen? |
aku juga |
come here 😘 || mau makan apa?
apapun hehehehe |
| oke
oouuww |
tq my savioorr 💞 |
i heart u || yeah
| fuck u tooLuna tertawa lalu mengembalikan ponselnya ke atas meja.
Kalau kalian ingin tahu, Dino bukan pacar Luna, hanya teman. Dan perlu diingat lagi kalau Luna itu motaesolo. Jomblo.
Hanya saja Dino itu agak istimewa. Bukan karena dia tampan atau sebagainya, tapi karena dia pasti selalu muncul kalau Luna membutuhkan, bahkan sebelum Luna mengutarakannya.
Ikatan batin? Entahlah. Tapi yang semacam itu tampaknya sedikit berlebihan.
Let's just say that they're best friend. Itulah kenapa Dino tahu apa maksud dibalik sikap Luna yang agak berlebihan dengan bilang sesuatu menggelikan seperti tadi.
10 menit, 15 menit, pemuda berwajah jutek itu belum juga datang. Padahal Luna sudah kembali kenyang karena dari tadi sibuk menelan udara.
Sampai akhirnya telinga Luna menangkap suara gaduh dari depan, dan dengan langkah bersemangat Luna membuka pintu depan.
"Lama—eh??"
Dino? Bukan. Sejak kapan Dino suka mengenakan mantel mahal (?) dan kaca mata hitam?
"Ah, tuan penyewa?" Tebak Luna.
Pemuda itu melepas kaca mata hitamnya lalu membungkuk ringan, "Ya, Mark Lee," katanya kemudian.
Luna manggut-manggut. Dia mengamati setiap inci penampilan tuan Mark Lee. Sweater turtle neck berwarna hitam dengan balutan mantel dark brown, celana jeans hitam, sepatu kets dan kaca mata hitam—yang sudah dilepas. Rambut hitam kecoklatannya terlihat keren dengan timpaan cahaya keemasan matahari sore. Dari semua itu Luna menyimpulkan satu hal.
Tampan.
Tapi tunggu, ekspresinya tidak terlihat begitu bersahabat untuk ukuran orang tampan.
"Excuse me?"
"Oh, iya, silakan masuk," gagap Luna. Bodoh, dia terlalu asik mengamati sampai tidak sadar kalau Mark merasa tidak nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Black Dog ; Mark Lee ✔
Fanfiction[ bahasa | completed ] ○○ a spinoff ◎ read Turtle Neck first ○○ "When the black dog changes him into a totally different person." wanings! ✔ au ✔ semi formal ✔ mild language ✔ crackship ✔ some violent scenes ✔ crackship ✔✔✔ just enjoy ©haeroinee 2019