● 9

2K 435 68
                                    

Seminggu berlalu sejak Mark meminta—ah, memperingatkan Luna untuk berhenti mencampuri urusannya. Dan gadis itu benar-benar melakukannya—dengan sangat baik. Bahkan kelihatannya Luna menganggap Mark tidak ada.

Tapi sejujurnya, Mark sedikit merasa tidak nyaman. Bukan karena apa-apa, hanya saja mereka sekelas. Suasana jadi terasa awkward saat mereka tidak sengaja berpapasan atau hanya sekedar bertemu mata.

Shit, apa yang sedang kupikirkan?! Mark menggaruk kepalanya frustasi. Dia seharusnya bisa melakukan apa yang Luna lakukan—menganggap gadis itu tidak ada. Tapi bukan seperti ini yang sebenarnya dia harapkan.

Gadis itu bodoh?? Mark kan hanya memintanya untuk tidak ikut campur urusannya, bukan menjauhinya.
Aigoo.. Mark mendengus.

"Kok kelihatan susah banget kenapa sih?" Suara bass milik Lucas membuat Mark sedikit tersentak.

"Hm? Nope," jawab Mark datar.

Lucas menekuk sudut bibirnya, "Itu si kapten juga, kenapa ketus nya jadi berkali-kali lipat?? Did I do wrooongg???"

Mark tidak menanggapi. Kalau mulutnya selicin Lucas, mungkin dia juga akan melakukan hal yang sama: did I say wroooongg???

Whatever.

"Kemana?" tanya Lucas saat Mark beranjak dari duduknya.

"Toilet, ikut?"

Lucas menggeleng lalu mengeluarkan ponsel nya dari saku, "Have a nice pee."

Mark tertawa hambar lalu langsung berlalu. Sempat bertemu mata dengan Luna, tapi gadis itu mendengus sembari memalingkan muka.

Wth.

° Black Dog °

Mark tidak benar-benar ke toilet. Dia hanya berjalan mengitari area sekolah tanpa tujuan. Dan setelah cukup lelah, akhirnya dia duduk-duduk di bangku panjang dekat lapangan basket outdoor.

Mulai melamun lagi, kebiasaannya kalau sedang sendirian dan suasana sepi. Bukan kemauannya, tapi semua perasaan dan pikiran yang dipendamnya mendadak muncul ke permukaan. And it somehow makes him frustrated.

Dia membuka bungkus roti yang tadi sempat dibelinya lalu mulai makan. Hanya satu gigitan, karena setelah itu lidahnya terasa hambar. Tidak ada masalah dengan makanannya, tapi mungkin pikirannya.

"Ahh, these shits—"

"Beautiful."

"Uhuk!" Mark menoleh kaget saat tiba-tiba seseorang bersuara di sampingnya, bahkan sampai tersedak roti yang baru saja akan ditelannya.

"You want some milk?" tanya Jeffrey, orang yang tiba-tiba duduk di samping Mark, sambil menyodorkan sekotak kecil susu pisang.

"Jinjja," rutuk Mark sambil menyambar susu dari tangan Jeffrey.

"You learnt Korean a lot." Jeffrey tersenyum melihat cara Mark minum—seolah tidak pernah minum selama bertahun-tahun.

Mark tidak menyahuti. Dia meletakkan roti di tangannya yang hanya berkurang segigit. Nafsu makannya yang tipis semakin terkikis karena kesal dengan Jeffrey.

"Kamu ngapain disini?" tanya Mark setelah beberapa saat saling diam.

"Guarding my Queen."

Mark mengernyit, "Queen?"

"Yes," jawab Jeffrey sambil melepas nafas panjang. Kedua tangannya terangkat, meregangkan otot punggung nya yabg pegal karena dari tadi tidak bergerak mengawasi Queen nya.

[2] Black Dog ; Mark Lee ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang