Brownies Cinta

75 2 0
                                    

"Akhirnya lega," pekik Huda dengan wajah cerah, ia pun melangkahkan kakinya ringan menyusuri trotoar menuju kendaraan yang diparkir agak jauh dari kantornya.

Saat melintasi sebuah toko roti aromanya menguar, membuat penciuman Huda tergoda.

"Baiklah aku mau buat surprise untuk besok," gumam Huda dengan mata berbinar.

Inova putihnya menuju ke sebuah toko bahan kue, laiknya seorang chef handal Huda menyebutkan bahan-bahan kue yang ia butuhkan.

Beberapa pasang mata terutama dari barisan pengunjung cewek tampak berbisik-bisik melihat ada sosok tampan yang berbelanja.

"Aih, kayak chef Juna, seksi." Tawa-tawa kecil meramaikan acara ngerumpi para gadis itu, Huda merasa risih, ia pun bergegas menuju kasir dan segera angkat kaki dari surganya para pembuat kue itu.

Digulungnya kemeja putihnya, dikenakannya appron warna abu-abu bermotifkan pita bunga-bunga milik Kaila yang masih tergantung rapi di dekat lemari dapur.

"Saatnya beraksi," pekik Huda bersemangat, dua pasang mata tampak mengintip dari kejauhan sembari menahan senyum lega.

Netra Huda berkonsentrasi penuh antara buku resep yang ia taruh dihadapannya dan juga loyang tempat adonan browniesnya ditempatkan.

Sejauh ini semua lancar hanya ada sebuah insiden kecil, cokelat yang ditim sempat sulit untuk cair.

Klakat disiapkan Huda di atas kompor kemudian ia mulai memixer adonan, peluh mulai membanjir dipelipis beberapa kali Huda tampak menyeka buliran keringat dengan ujung telapak tangannya.

"Oke, sebentar lagi akan kita lihat hasilnya, semoga tak mengecewakan," batin Huda usai memasukan loyang adonannya ke dalam klakat.

Beberapa kali Huda melirik ke arah jam dipergelangan tangannya, air mukanya harap-harap cemas menunggu tiga puluh menit itu rasanya melebihi menunggu pacar.

Huda tersenyum mengingat pertemuan pertamanya bersama Kaila."Tunggu aku Kai."
***
Dengan gagah Huda mematut dirinya di cermin, kaos putih dipadupadankan dengan kemeja kotak-kotak biru, menambah pesona dirinya tak lupa brownies kukus bertabur gula halus dan irisan strawberry di atasnya, hasil karyanya kemarin sore ia masukkan ke dalam sebuah kotak kue dengan pita warna pink mempercantik kejutan spesial untuk Kaila.

"Sudah siap," sapa Hariri seraya menepuk pundak sang adik. Huda mengangguk mantap. Ia pun melangkah yakin menuju kendaraannya di iringi doa terbaik dari Maryati sang Ibu.

Hariri yang kali ini duduk dibelakang kemudi ia ingin adiknya itu bisa fokus menjalani masa mediasi dengan kabar menggembirakan.

Sementara itu Kaila masih mondar-mandir di dalam kamarnya ia bingung memutuskan hadir atau tidak dalam sidang mediasi pagi ini.

"Kai, ayo Ayah sudah siap jangan kelamaan dandannya." Prapto mengetuk pintu beberapa kali setelah sang putri belum juga menunjukkan tanda-tanda keluar dari kamar.

"Maaf Ayah, Kaila bimbang rasanya nggak sanggup untuk ketemu Mas Huda lagi," ucap Kaila lirih dari ambang pintu kamarnya.

"Nduk, setiap orang pasti pernah berbuat kesalahan dan kemarin Nak Huda juga sudah menjelaskan semuanya selain itu juga ada Nak Hariri sebagai saksi, sekarang ikuti dulu prosesnya," nasihat Prapto pada Kaila.

Dengan perasaan gamang akhirnya Kaila mengikuti juga sang Ayah yang lebih dulu melangkahkan kakinya keluar. Setengah jam kemudian Honda Astrea yang membawa Kalila dan sang Ayah memasuki pelataran pengadilan agama.

Pertemuan kedua setelah lama berpisah membuat canggung kedua insan itu hingga salah seorang hakim memanggil keduanya memasuki sebuah ruangan untuk memulai mediasi.

Pak Guntoro menjelaskan bahwa di dalam pernikahan pasti setiap pasangan memiliki kesalahan dan tidak adakah keinginan untuk saling introspeksi diri kemudian memaafkan lalu mulai membuka lembaran baru.

"Saya ingin memulai lembaran baru dan mengakui saya salah, tapi waktu itu dalam keadaan tidak sadar karena terkena ilmu guna-guna dari salah seorang model saya," jawab Huda mantap.

"Saya saat itu emosi karena memergoki suami saya berdua dengan perempuan lain," balas Kaila dengan wajah sedikit menunduk.

"Baik, setelah mendengar semuanya, apa ada keinginan untuk berdamai mengingat apa yang dilakukan oleh Bapak Huda bukan kehendaknya sendiri," tegas Pak Guntoro.

Senyap...

Huda memohon ijin untuk mengambil kotak kue yang telah ia persiapkan.

"Kai, ijinkan aku untuk memperbaiki semua dari awal," mohon Huda pada Kaila dengan sedikit berlutut di hadapan perempuan yang benar-benar ia cintai, sembari menyerahkan sekotak kue brownies buatannya dari bibirnya mengalun pula suara merdunya;

How deep ia your love
Ia it like the ocean
What deviation are you
Is it like like Nirvana
Hit me harder again
...
...

Kaila diam mematung, ia seperti tersihir diraihnya kotak kue itu, dibukanya perlahan tampak brownies cokelat dengan penampilan sedikit bantet namun manis dengan hiasan strawberry di atasnya tak pelak membuat Kaila mengingat kebersamaannya dengan Huda.

Diambilnya seiris, dilahapnya perlahan merasakan cita rasa berbalut cinta didalamnya disertai suara Huda yang masih terngiang di telinganya, seolah itu semua menghipnotis Kaila hingga ia tanpa ragu berucap lantang

"Gugatan cerai saya cabut."

Huda langsung tersungkur tak hentinya mengucap syukur, air mata bahagia mewarnai ruang mediasi.
Pak Guntoro tersenyum lega ia pun memohon diri karena tugasnya telah selesai. Setelah bersalaman Kaila berbalik menyusul Pak Guntoro.

"Loh, ada apa lagi?"

Kaila tersenyum seraya menyerahkan kotak kue berisi brownies. "Buat Bapak." Pak Guntoro lagi-lagi terkaget-kaget dengan pasangan unik ini.

"Oh, eh iya saya terima, terima kasih oiya sama satu lagi suara suami mbak bagus, kenapa nggak jadi penyanyi saja."
***
"Nah lebih baik browniesnya kita taruh di atas talenan kayu saja terlihat lebih alami, oiya kita alasi dengan daun," ujar Kaila bersemangat saat menata brownies-brownies hasil karyanya sebagai 'model' utama Huda hari ini.

Hari ini adalah hari pertama Huda dan Kaila bersama, selain itu juga sebagai hari pertama Huda menjadi fotografer lepas setelah memutuskan risgn sebagai fotografer di sebuah majalah ternama di Jakarta.

"Yeah, aku merasa sudah tidak nyaman disana, disinilah duniaku menjadi diriku sendiri tanpa tekanan dari pihak manapun."

Kaila manggut-manggut sesaat, ia mengerti dan menyerahkan setiap keputusan terbaik pada sang suami.

"Nah, pemotretan nya udah selesai kan, jadi ini boleh aku makan," kata Huda seraya mengambil sepotong brownies dari atas talenan.

"Loh hei, bagi dong masa mau dimakan sendiri aja," seru Kaila merebut potongan brownies yang ada di tangan Huda.

Huda mencubit sayang hidung Kaila, keduanya tertawa bahagia, dari balik pintu dapur ada sepasang mata yang mengawasi keduanya.

"Duh Gusti terima kasih atas segala karuniaMu, telah engkau kembalikan kebahagiaan anak dan menantu hamba, semoga tak lama lagi segera Engkau hadirkan pula pelengkap kebahagiaan untuk mereka anak yang lucu, cucuku" batin Maryati dengan mata basah bahagia.

Brownies CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang