chapter tiga

21 2 2
                                    

KANTONG kresek berisi dua minuman itu terjatuh diatas lantai.bersamaan dengan tungkai pemuda yang kini berlari cepat selepas manik almondnya melihat gadis rapuh itu akan jatuh merosot (sebab tubuhnya mulai melemas).

Meraih tubuh Hye un yang tak sadarkan diri.sesekali jungkook memanggil lirih nama gadis itu sembari membenarkan anakan surai gadis itu ke belakang—terlihat disana wajah pucat itu semakin mengenaskan,
bahkan maniknya masih basah akan tangisan yang terus mengalir dari pelupuk matanya.

mengangkat tubuh Hye un yang tak sadarkan diri dan segera membawanya ke ruangan lain dibantu salah satu perawat rumah sakit.jungkook pun segera membaringkan tubuh gadis itu diatas ranjang rumah sakit.

Kini manik pemuda itu masih setia menatap raut pucat sang gadis yang masih terbaring diatas ranjang;walaupun setengah jam sudah berlalu,namun sampai saat ini gadis itu belum juga membuka kelopak matanya.

sedikit membuat jungkook merasa khawatir. sebab yang ia ketahui perihal gadis yang baru ia temui tiga jam yang lalu adalah dia yang seringkali menangis di bangku depan unit gawat darurat dengan kedua tangan yang ia satukan (tengah berdoa kepada tuhan)

Jungkook memandang lurus.bahkan wajah cantiknya pun saat ini masih terlihat pucat pasi,dengan bibir pink tanpa balutan lipstick yang agaknya berhasil membuat seorang jeon jungkook memilih bertahan di ruangan sunyi ini hanya untuk menunggunya terbangun—ketimbang meninggalkannya sendirian di rumah sakit dengan seorang perawat.

sebab keluarga Kim hansung ternyata tak memperdulikannya.

memandang ruangan berdominan putih  sembari mengerjap beberapa saat,aku pun lekas disadarkan kembali oleh sebuah kenyataan pahit;perihal dia yang sudah pergi takan kembali—sangat menyesakkan.
pun hal itulah yang membuatku meneteskan air mata selepas terbangun dari atas ranjang.

"noona—berhentilah menangis oh."sahut seorang pemuda yang kini mulai mengusap air mataku dengan salah satu jemarinya.

aku tidak mengetahui namanya namun yang jelas dialah orang yang membantu han sung pertama kali dan menemaniku di rumah sakit ini;aku berfikir jika dia adalah seorang pemuda yang baik.

"perkenalkan namaku—jeon jungkook."

Terdiam sesaat didepan sebuah ruangan bernomor 197,aku pun manarik nafas singkat sembari mengeluarkan satu tanganku yang sebelumnya kumasukan ke dalam jas putihku;mulai menarik knop pintu dengan tempo perlahan.

aku menarik langkah,perlahan masuk ke dalam.tubuhku pun kini mulai mendekati seorang pemuda yang masih terbaring diatas ranjangnya dengan kepala yang sudah terbalut dengan kasa pembalut.

Jeon jungkook menutup rapat matanya selepas mendapati seseorang masuk ke dalam ruangannya.well,pemuda itu berfikir jika seorang perawat akan memberikan sebuah suntikan yang sejujurnya memang jungkook takuti itu.

memasukan kedua tangan ke dalam saku jas,aku pun lekas bertanya."kenapa kau sendirian?dimana orang tuamu?"kataku sebab kutahu pemuda itu tak benar-benar tertidur.

mengamati sekitar,kudapati ruangan ini sangat sepi berbeda sekali dengan ruang sebelah yang dipenuhi oleh sanak keluarga yang menemani pasien.disini sunyi(tak ada siapapun yang menemani jungkook).

"aku tidak tahu."sahut jeon jungkook lirih sembari perlahan mulai membuka kelopak matanya seraya memiringkan kepalanya.

"ah—baiklah."balasku singkat sebab kufikir ia tak menyukai pertanyaanku terlihat dari bagaimana caranya membalas.bahkan maniknya pun tak mau memandangku.

aku mendekat sembari mulai memeriksa infusan jungkook.pun kulihat sedari tadi pemuda itu hanya terdiam dengan pandangan lurus menatap ke keluar jendela rumah sakit;yang memang menampilkan gedung-gedung yang menjulang tinggi dengan lampu-lampu yang bersinar cerah.

menilik sekilas ke arah jungkook,aku pun lekas merotasikan tubuh selepas mendapati cairan yang ada di infusan baik-baik saja.

aku pun berniat pergi dari dalam ruangan ini tatkala kurasakan bahwa pemuda itu tengah ingin sendiri—sebab dia yang terus diam membuatku menerka bahwa jungkook sedang tak ingin berbincang.

"kedua orang tuaku sibuk."kata jungkook lirih selepas jemariku telah memutar knop pintu, selang beberapa detik pemuda itu kembali mengimbuh,"bisakah noona menemaniku?sejujurnya aku benci ketika sendirian."ucap jeon jungkook yang lantas membuat tubuhku terdiam ditempat.

"Han sulhee!"teriak park jimin kepada gadis yang tengah membaringkan kepalanya diatas meja dengan manik yang tertutup rapat;pun hal itu membuat sulhee terkejut bukan main dan refleks terbangun dari tidur singkatnya.

gadis itu mengerjap beberapa saat sembari menilik wajah pemuda didepannya yang tengah tersenyum manis kearahnya."kau pasti belum makan malam bukan?"tanya jimin,yang membuat sulhee menggaguk pelan dengan manik yang sesekali mengerjap malas.

"makanlah,aku tidak ingin kau sakit."ucap park jimin sembari menaruh sebuah paperbag coklat berisi makanan yang sempat ia beli di depan rumah sakit.

meraih paperbag tersebut dengan malas, sulhee pun berseru,"sunbae tidak pulang?"
tanya sulhee bersamaan dengan manik jimin yang mulai memandang ke segala arah,"aku tengah mencari Hye un.dia bilang akan pulang bersamaku."

"Apa kau tahu dimana dia?"

Mendapati kecanggungan yang melanda aku pun hanya bisa mengigit bibir bawah,
sekilas menatap jendela luar sebelum akhirnya mengalihkan atensi ke arah jeon jungkook yang sedari tadi terdiam tanpa suara.

"Maafkan aku—karena belum sempat mengucapkan terima kasih kepadamu."
kataku disela keheningan,berhasil membuat suara lirihku terdengar jelas dan hal itu pun langsung saja membuat tarikan kecil di sudut bibir jungkook."kufikir noona lupa denganku."

Jungkook memandang kearahku,
"Noona—berbahagialah dan berhenti menangis."tutur jungkook,membuat satu alisku terangkat."wah—apa terlihat sangat kentara?"kataku membuat sebuah kekehan kecil tercipta dari jeon jungkook yang langsung saja membalas,"noona sangat lucu."

"Tapi kenapa kau terus saja memanggilku noona?berapa umurmu?"tanyaku disela perbincangan,sebab saat pertama kali bertemu.jungkook selalu memanggilku dengan panggilan 'noona' padahal saat itu dan saat ini pun kami berdua tak tahu perihal umur atau tahun kelahiran.

"Hm,selisih umur kita cuma dua tahun.jadi kufikir akan lebih baik jika aku memanggilmu 'noona'."

"darimana kau tahu jika selisih umur kita dua tahun?memangnya kau tahu tahun kelahiranku huh?"tanyaku bak seorang polisi yang tengah mengintrogasi tersangka.

Jeon jungkook terdiam sesaat.ia mulai membasahi bibirnya yang kering sebelum menyahut dengan iringan tawa kecilnya,
"tentu saja aku tidak tahu."katanya sembari meledek,sedikit membuatku ingin menjewer telingannya sebab kufikir dia benar-benar mengetahuinya.

"29 Desember tahun 1995,itu artinya umur kita selisih dua tahun.noona sangat suka coklat panas dan macarons.noona juga suka warna ungu dan film bergenre action ketimbang romance—hm sejujurnya ada banyak hal lagi yang kuketahui tentang noona."[]

—ⓣⓑⓒ—Dimana Taehyung?next part doi bakal muncul>< so—don't forget vote and comment gaes ^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—ⓣⓑⓒ—
Dimana Taehyung?next part doi bakal muncul>< so—don't forget vote and comment gaes ^^

I am HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang