Asal Usul~ [Part 9]

36 12 1
                                    


JUN POV

Tadi malam gua mimpi buruk. Buruk banget. Mimpi buruk itu sampai-sampai membuat gua kebayang-bayang hingga pagi ini.

Gua kebangun dari kasur empuk gua. Lalu gua bergegas menuju dapur untuk menghilangkan dahaga serta menenangkan diri.

Aduh kok gua jadi merinding sendiri gini sih. Mana sendirian lagi di villa.

Gua liat jam dinding sekitar pukul setengah 9. Ya ampun masih pagi gini. Tapi gua masih merinding aja.

Akhirnya gua memutuskan untuk menelpon Ranya dan sayangnya ngak diangkat-angkat. Aduh kemana tuh anak sih. Gua bener-bener butuh dia sekarang.

Terkadang mimpi buruk bisa membuat gua takut kelimpungan.

Setidaknya saat ini gua butuh seseorang buat nemenin gua disini. Satu-satunya orang yang bisa gua harapkan cuma wanita telur itu. Ranya.

***

Ranya sekarang sudah datang. Lega sekali perasaan gua. Gua suruh dia masuk aja, terus gua gandeng dia buat keruangan.

"duduk disitu" kata gua memerintah. Sebenernya gua bingung harus mulai ngomong tentang apa sama dia. Tiba-tiba aja gua grogi ngak karuan gini.

Ngak mungkin gua jujur ama Ranya kalo gua manggil dia karena ketakutan hanya karena sebuah mimpi buruk. Bisa-bisa wajah gua mau ditaruh dimana. Oh ya gua lupa, dia bahkan ngak tau wajah gua.

Entah otak gua kemana, tiba-tiba tubuh ini reflek membawa gua duduk disebelah Ranya. Malah tambah canggung kalo gini.

Spontan aja gua punya ide buat nanya sesuatu biar ngak garing "lo ngapain bawa tas besar sekali?"

"gua sekalian mau nugas lah, hitung-hitung menyempatkan waktu. Gua sibuk banget soalnya. Gapapa kan? Kan ngak ada larangan bawa tugas di perjanjianya" jawabnya sambil menyengir membuat gua ngeliat dia semakin gemas.

"terserah lo deh" kemudian gua memutuskan beranjak pergi dari posisi yang menurut gua absurd dan membuat gua nervous, kemudian merebahkan tubuh gua disofa yang tepat berada didepan Ranya. Hanya saja dibatasi oleh sebuah meja.

Gua denger dia ngoceh ngak karuan karena tak terima gua manggil dia hanya karena nyuruh dia nemenin gua disini.

Ranya beranjak pergi dari tempat ini. Tapi gua ngak mau ditinggal sama dia. Dengan cekatan gua menarik tubuhnya untuk duduk kembali di sofa. Namun, badan gua ngak terkendali hingga gua ikut terjatuh yang sedikit menindih dia.

Seketika mata kami bertemu. Dan...

Deg.

Deg.

Deg.

Bunyi jantung gua.

Tolong perasaan jangan kayak gini. Gua ngak sanggup kalo emang suka ama dia. Jantung mari berdamai.

***

Ranya POV

Setelah gua berhasil memadamkan jantung gua yang dari tadi jedar-jedur ngak jelas, akhirnya gua lega. Jun sudah berada dengan posisi enaknya berbaring sambil mengutak-atik smartphone mewahnya.

"Jun, kalau gitu gua ijin buka laptop ya mau nugas"

"hemmm" jawabnya singkat.

Pada akhirnya gua asik menyelesaikan tugas yang tak kunjung padam ini.

Dan Jun sekarang mengambil posisi duduk.

Jun menaruh ponselnya dimeja coklat itu "Apa lo sesibuk ini?"

"Ya begitulah"

"emang kuliah ngambil jurusan apa?"

"ngambil computer"

"wah pinter dong lo"

"ngak juga" ketus gua yang masih asik menatap layar laptop yang isinya berupa kode-kode program yang tersusun secara rapi dan rumit.

"Enak ya jadi orang biasa" Ucapnya lalu beranjak pergi ke arah dapur yang masih satu ruangan dengan tempat duduk gua

"emangnya lo orang luar biasa?" tanya gua serius.

Gua sesungguhnya penasaran sama dia itu siapa dan darimana berasal. Bahkan sampai sekarang, gua sudah ada di villanya namun masih belum mengetahui Jun ini siapa dan darimana.

"Sebenernya lo orang mana sih? Setidaknya kalau emang lo ngak mau ngasi tau gua wajah lo kayak apa, tapi lo tetep harus ngasi tau asal usul lo, biar gua jadi lebih nyaman. Setidaknya saat gua sama lo"

Gua menunggu jawaban dari dia. Namun dia belum membalas dan malah mengambil sebotol air dingin tepat berada didalam kulkas besar sana.

Jun membelakangi gua dan minum air yang ada didalam botol. Dia sedikit membuka maskernya, namun gua ngak bisa lihat wajahnya seperti apa, soalnya posisi dia yang membelakangi gua dan itu agak jauh jaraknya sama gua.

At least, dia membalikan badan kearah gua lagi, namun sudah memakai maskernya kembali. Gua sedikit ....

kecewa.

Akhirnya gua mengalihkan mata gua dari melihat Jun lalu ke laptop.

"Gua orang Korea" Jawabnya

Deg.

Gua ngak salah denger kan?

TBC~


Halo readers...

makasi buat kalian yang sudah mau membaca cerita gua...

untuk mendukung authornya harap di like and comment ya...

hanya saja author sedikit less hope nih sama ceritanya...

peminat yang baca sedikit...

tapi masih diusahain lanjut kok...

His Secret [SUHO EXO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang