Mereka berdua kini tengah berada dibalkon lantai dua milik Jun. Jun sengaja membawa Ranya ke balkon untuk sekedar melihat pemandangan yang sangat indah. Pemandangan itu cukup membuat Ranya sedikit rileks dan sedikit menghilangkan beban stressnya akibat tugas yang diampunya.
Bisa dilihat dari atas balkon, ada view pantai yang terpampang nyata nan indah. Warna biru muda lautan dan birunya langit sore itu, sangat pas berpadu dan memberikan harmoni yang sejuk untuk dilihat.
Ranya merasa demikian. Namun hingga saat ini dia masih merasa canggung jika berada didekat Jun. Coba aja Jun ngak berkata kayak gitu. Setidaknya saat ini Ranya tidak terbebani dengan perkataan terakhir Jun yang bilang kalau Ranya mungkin akan menjadi pacarnya.
Karena itu sungguh impossible.
"Bagaimana menurut lo? Bagus ngak pemandanganya?" Tanya Jun yang kini tengah berdiri disamping Ranya
Wajah Ranya terlihat kaget seakah-akan takjub "Wah ini benar-benar sangat indah. Selama gua hidup didaerah ini, ternyata masih banyak hal yang ngak gua ketahui salah satunya pemandangan ini"
"Apa lo ngak pernah jalan-jalan mengelilingi daerah ini? ngak mungkin kan semasa hidup lo, lo hanya berada di satu titik aja"
"Bukan gitu maksud gua. Gua bukan orang yang mudah untuk pergi ke sana ke mari semau gua. Kalau bisa dibilang gua anak rumahan. Lo tahu kan itu artinya apa? Ya waktu gua lebih sering gua habiskan dirumah. Selain kegiatan gua kuliah dan belajar ya sisanya gua bakal diam dirumah"
Ucap Ranya melanjutkan "Dan yang pasti, gua terkadang merasa kalau beban hidup gua lebih banyak dari orang lain. Disaat gua mati-matian belajar banting tulang, tapi gua melihat temen-temen gua yang lain having fun dengan orang-orang disekitarnya"
"Menurut gua setiap manusia pasti memiliki pemikiran yang sama seperti itu" Jawab Jun yang kini menatap mata Ranya
"Ya mungkin, tapi akhir-akhir ini gua selalu berpikiran seperti itu."
"Lo mau denger cerita ngak?" Tanya Jun
Ranya menengok kearah Jun"Cerita apa?"
"Gini ya, ada seorang ketua yang selalu berusaha ngelakuin yang terbaik bagi orang-orang yang sedang bersamanya. Namun, sudah hampir tujuh tahun terakhir dirinya merasa makin hari makin gagal menjadi seorang ketua. Jangankan gitu, awal-awal dia mimpin orang-orangnya pun sudah banyak masalah. Mulai dari ditinggalkan oleh temennya sendiri, terus orang-orang yang ngak mau peduli sama nasihat dari ketua itu."
Lanjutnya "Dan sekarang dirinya tengah khawatir dengan hal-hal buruk yang akan terjadi. Dia merasa benar-benar gagal menjadi seorang pemimpin. Ya walaupun dia ngak mengelak kalau karena dirinya orang-orang bisa sukses hingga sekarang. Tapi ya gitulah"
Ranya menghela napasnya "Trus? Apa dia berniat untuk melepaskan tanggung jawabnya sebagai pemimpin? Dan kalau boleh tahu ketua apa dia? Dan siapakah dia?"
"Gua juga ngak tahu apa yang bakal selanjutnya orang itu lakuin. Kalau lo jadi dia lo bakal gimana?"
"Gua.. hem gua sih ngak tahu ya yang bener kayak gimana. Tapi menurut gua, sang ketua tidak seharusnya meninggalkan mereka. Karena apapun yang terjadi, baik dan buruk kalian pasti sudah melewatinya bersama-sama. Dan lo bilang mereka juga sukses kan? Gua memang ngak tau pasti sukses yang dimaksud itu kayak gimana, cuma gua ngerasa ketua itu pasti sudah menjadi yang terbaik sehingga mereka bisa sukses. Lo tahu kan kesuksesan suatu tim bukan hanya karena satu orang, tapi semua orang yang ada ditim itu"
"Dan itu menandakan kalian sudah menjalin hubungan yang erat dan baik tentunya" Lanjut Ranya
"Makasih ya" Jawab Jun yang kemudian memegang tangan Ranya erat
"Untuk apa?"
Memeluk Ranya "Untuk semuanya"
Ranya merasa nyaman dipeluk Jun. Namun, karena Ranya merasa belum terlalu akrab dengan Jun, seketika Ia melepas pelukanya.
"Apa kau sedang ada masalah?" Tanya Ranya
Jun seraya tetap memegang erat kedua tangan Ranya "Hanya sedikit"
Ranya berusaha melepas pegangan tangan Jun "Apa cerita sang ketua yang tadi kau ceritakan itu adalah masalahmu?"
"Hem..."
Sela Ranya "Tak apa jika memang kau tidak ingin bercerita padaku. Tapi yang pasti kau harus tetap semangat dengan apapun yang akan terjadi kedepan"
"Bolehkah aku minta satu hal?" Tanya Jun
Ranya mengernyitkan dahinya "Apa itu?"
"Tetaplah seperti ini sebentar saja" lalu Jun memeluk kembali Ranya "Entah kenapa aku nyaman seperti ini" Ucapnya menambahkan.
TBC~
KAMU SEDANG MEMBACA
His Secret [SUHO EXO]
FanfictionOrang aneh.... Ranya tak pernah tau, bertemu orang asing yang tak dapat dilihat wajahnya bisa se absurd ini..... Astaga!