Yang kau sebut hangat
tiap satu tarik isap—nyatanya
hanya deru angin yang saling
ketuk pada tiap tepi tulang rusuk.
Hanya ada satu damai tiap kali
aku tarik batang demi batang
yang nantinya hadirkan awan.
Kecup-mengecup pada kain-kain
baju, bibir, helai rambut, sampai
kulit-kulit yang belum pulih jua.Saat aku merasa paling
hina dan jauh dari cukupnya
semesta, kau selalu teguhkan
bahwa aku adalah cukup yang
secukup-cukupnya. Kadang
aku bertanya-tanya pada kartika,
jikalau aku kali ini sedang merasa
paling jalang, paling dosa, paling
segala yang gapai celaka, mungkinkah
kau, masih mau yakinkan aku
bahwa suara-suara itu hanya semu?Sekarang sudah tidak sama.
Kau jauh, dan aku—sejujurnya,
belum sembuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Phosphenous
Random[ SUDAH TERBIT] Perkenalan adalah awal dari segalanya. Sebuah permulaan dari petualangan kata-kata, pemikiran, dan perasaan; yang beradu antar mulut, kepala, dan hati. Percikan jiwa dan sosok tubuh; Aku, kamu, dia, kita, mereka, semua, semesta. Jang...