Tidak, bukan supaya aku bisa kembali ke masa lampau dan mengulang semuanya menjadi nirmala tanpa cacat dosa.
Tidak, bukan supaya aku bisa langsung meluncur pesat ke masa depan dan lari dari segala gentayangan masalah yang masih sibuk melingkari kepala dan isi hati.
Tidak, bukan supaya aku bisa tetap stagnan di sini, di waktu saat ini, sekarang dan tetap begini, tanpa bisa memobilisasi barang bergeser sedikit juga agar aku bisa menikmati waktu saat ini, mengenangnya sampai pusara menghampiri, tanpa mengenal petaka di depan dan teringat ingat duka di belakang. Bukan supaya begitu, bukan.
Aku ingin, berkenalan dengan mesin waktu, untuk berkompromi dengannya, untuk sekadar bergurau sebentar agar bisa akrab dan lebih dalam berdialog sampai semalaman.
Aku ingin, menceritakan semua ujud dari baik dan buruknya waktu bagi koloni semesta di sini. Ingin kutumpahruahkan semuanya sampai ia sendiri mual mendengarkan, tak apa, asal tersampaikan.
Aku ingin, membangun pengertian yang kuat dengannya, mencoba untuk membuatnya menyetujui sebuah mufakat yang sungguh-sungguh aku mohonkan kepadanya,
Aku ingin, dia akhirnya tahu apa yang harus dia lakukan, aku ingin dia ikhlas dan sukarela untuk pergi sejauh-jauhnya.
Aku ingin, di sini, tak ada lagi yang namanya waktu.
Aku ingin, hidup di luar waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Phosphenous
Aléatoire[ SUDAH TERBIT] Perkenalan adalah awal dari segalanya. Sebuah permulaan dari petualangan kata-kata, pemikiran, dan perasaan; yang beradu antar mulut, kepala, dan hati. Percikan jiwa dan sosok tubuh; Aku, kamu, dia, kita, mereka, semua, semesta. Jang...