Jika suatu saat nanti kamu pergi mendahului, kiranya kamu tak perlu risau lagi:
I. Kamu tak perlu lagi sibuk membuat alibi tentang mengapa kamu menghilang di beberapa janji. Tak perlu berpretensi layaknya kamu berapi-api ketika menemuiku di penghujung hari. Kelancunganmu usai sampai sini.
II. Kesedihanku akan kusiasati dengan senyum di bibir yang terus menghiasi. Kepergianmu tak akan kutangisi. Bersama hati ini telah kusepakati: dengan rasa sepi aku harus mencoba beradaptasi.
III. Jadi, silahkan pergi; aku tidak akan menghalangi. Sukma ini akan berhenti menyuarakan kamu sebagai figur afeksi. Nantinya, doaku akan turut menyertai.
IV. Kamu yang membuat segala gundah menjadi teratasi; kamu yang membuat kata cinta menjadi lebih berarti; kamu yang membuat hidup ini berwarna-warni. Dan karenamu-aku berusaha untuk terus memperbaiki diri. Namun kiranya kamu tak perlu peduli, karena pastinya aku tetap bisa menjaga diri tanpa hadirmu lagi di sisi.
V. Barangkali nanti ada rindu yang menghampiri, akan kusibukkan diri dengan berbagai situasi sebagai antisipasi. Kalaupun nanti diantara kita ada sekat yang membatasi, aku harap kamu mencari puan pengganti yang bisa saling mencintai.
VI. Kuucapkan terima kasih kepada kamu yang pernah singgah dalam sanubari. Mari kita anggap segala cerita yang aku tuliskan tentangmu sebagai diksi yang kutuai dari hati yang terlanjur ancai.
- Bintang Utara,
Aku sudah hidup berdikari, tak apa jika kamu meninggalkanku sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Phosphenous
Acak[ SUDAH TERBIT] Perkenalan adalah awal dari segalanya. Sebuah permulaan dari petualangan kata-kata, pemikiran, dan perasaan; yang beradu antar mulut, kepala, dan hati. Percikan jiwa dan sosok tubuh; Aku, kamu, dia, kita, mereka, semua, semesta. Jang...