om satya in action

1K 120 3
                                    

Pagi itu, kembar Zee dan Lia diantar ke sekolah oleh Satya. Sekaligus karena Satya memenuhi undangan panggilan dari sekolah.

Namun, hingga sampai saat ini baik Satya ataupun Zee belum ada yang bilang soal duduk perkara permasalahan.

"Lia, kalau mau duluan gak apa-apa. Om mau ngomong sebentar sama Zee, boleh?" Ujar Satya.

Lia hanya mengangguk kemudian setelahnya keluar dari mobil terlebih dahulu. Satya memarkirkan mobilnya dan mengajak Zee ke mini market depan sekolah.

Zee duduk menunggu Satya membeli minuman, katanya. Dan Satya kembali dengan membawa dua coklat panas.

"Diminum dulu."

Satya menyerahkan segelas coklat panas di depan Zee. Asapnya masih mengepul. Satya juga memberikan roti keju untuk Zee.

"Tadi sarapannya kenapa gak habis?" Tanya Satya.

"Gak nafsu makan, Om." Jawab Zee pelan.

"Ya udah. Nih dimakan. Tadi bekal dari bibi udah masuk tas kan?" Tanya Satya lagi.

"Udah, Om." Jawabnya.

"Zee gak mau cerita kenapa Om Satya pagi ini bisa dipanggil sama guru di sekolah?" Lanjut Satya lagi.

Zee menggigiti bibir bawahnya pelan. Ia masih takut sebenarnya. Takut mengetahui reaksi Satya setelah tahu Zee menerima pelecehan di sekolah.

"Zee, gak usah takut. Om gak bakal marah." Ujar Satya lembut akhirnya, sambil mengelus kepala Zee.

Lagi-lagi Zee menangis disana. Satya hanya memeluk lengan Zee pelan, membiarkan anak itu menangis sampai puas.

"Kata Om Bimo, ada yang melakukan perbuatan yang gak menyenangkan ke Zee ya?" Tanya Satya dengan lembut.

Zee dengan mata yang sembab menoleh mendongak ke arah Satya.

"Kok, Om Satya tahu?" Tanya Zee.

"Om Bimo tahu, pasti Zee gak berani cerita sama Om. Makanya semalem Om cerita. Om gak marah, kok. Nanti kita hadapin sama-sama ya." Jawab Satya lagi.

Zee merangsek memeluk Satya. Masih dengan isakan tangisnya. Satya hanya mengelus punggung Zee yang bergetar sedikit.

Walaupun kelihatannya judes, galak, namun Zee tetaplah rapuh saat ada masalah.

***

Urusan di sekolah sudah selesai. Felix mengaku memang ia melakukan perbuatan itu. Dan Satya, dengan akting garangnya menuntut balik kedua orang tua Felix untuk kasus pelecehan.

Karena sebelumnya orang tua Felix yang mencak-mencak datang ke sekolah. Tidak terima Felix babak belur karena Zee.

Setelah tahu alasannya, gantian mama Felix menjewer telinga Felix tiada ampun. Bahkan setelahnya meminta maaf sampai membungkuk kepada Zee dan Satya.

"Saya gak terima, Bu. Zee, keponakan saya disini korbannya." Cetus Satya di hadapan kedua orang tua Felix.

"Baik, Pak Satya. Saya minta maaf kalau memang Felix anak saya yang salah." Ujar mamanya Felix yang hari ini pakaiannya ngejreng sekali.

"Damai gitu aja, nih? Gak terima saya." Elak Satya, masih dengan akting galaknya.

Dalam hati, Zee benar-benar kagum dengan apa yang dilakukan oleh Omnya itu sekarang. Membuat guru-guru disana juga pusing.

"Gimana, nih pihak sekolah? Keponakan saya udah jadi korban pelecehan masih mau diskors juga? Dia memukul untuk membela diri soalnya." Lanjut Satya lagi kepada guru disana.

"Kami mohon maaf, Pak Satya. Kami juga baru tahu bahwa ternyata duduk permasalahannya seperti ini. Tapi kemarin Zee juga sudah melukai temannya. Zee juga harus diberi peringatan." Lanjut salah satu guru BK disana.

Brakkk!!!

Satya menggebrak meja tidak terima. Bahkan Zee hampir melonjak.

"Peringatan seperti apa yang sekolah berikan? Membuat dia trauma? Atau membuat siswa-siswa seperti Saudara Felix ini semakin berkeliaran dengan bebas?" Marah Satya lagi.

"Baik, Bapak duduk dulu. Tenang dulu, Pak Satya." Bujuk Kepala Sekolah yang berbadan tambun itu.

"Saya tidak bisa tenang. Ini sama saja sekolah membebaskan perilaku pelecehan namanya!" Tukas Satya, masih dengan berapi-api.

"Om, duduk dulu ih." Bisik Zee membujuk Satya.

Akhirnya, Satya memilih kembali duduk. Dan membicarakan kesepakatan dengan pihak sekolah.

***

"Whoa, beneran Om Satya gebrak meja di ruangan Kepala Sekolah?!" Pekik Runi bersemangat.

Malam itu, mereka duduk bersama berkumpul membicarakan hasil saat Satya ke sekolah. Bimo hanya tertawa kecil sekaligus puas mendengar cerita Zee barusan.

"Omnya siapa sih, malu-maluin amat gebrak meja di sekolah." Ledek Bimo sambil mengunyah potato chips.

"Om aku!" Pekik Nana bersemangat sambil mengangkat tangannya ke atas.

"Om lo mah Om Jason." Celetuk Runi sambil memutar bola matanya.

Debrian dan Willy hanya mendengarkan cerita adik-adik mereka saja sambil fokus bermain PS.

"Kedepannya, kalau ada apa-apa, kalau ada masalah baik di sekolah atau masalah sama pacar dan kalian gak tahu mau cerita sama siapa, jangan ragu buat panggil kita. Om kalian ini sama kayak orang tua kalian. Gak masalah kalian gak ada mama papa, kalian masih punya tiga om ganteng ini." Ujar Bimo panjang lebar.

Semua hanya melongo saja mendengar perkataan Bimo barusan.

"Ini juga berlaku buat kalian berdua ya, heh, kalian yang lagi puber-pubernya." Lanjut Bimo lagi sambil melirik Debrian dan Willy.

"Om, tumben ngomongnya bener." Ujar Chaca akhirnya memecah kesunyian.

Dan seketika mereka semua tertawa, menertawakan Bimo yang hanya bisa mengelus dada.

"Giliran mau jadi panutan ada aja cobaannya."

***

Maaf baru update lagi! Ayo kritik sarannya, biar ceritanya makin mashok!

we love you, om - day6 x itzyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang