Bab 5. Skenario yang indah.

47 6 0
                                    

Berpura-pura bahagia denganmu merupakan skenario yang Bagus. Namun, bahagia bersamamu merupakan skenario yang Indah.


***

Setelah menempuh perjalanan yang cukup macet dan awkward akhirnya Salim dan Za bisa sampai dirumah megah milik keluarga Adipta. Ya, rumah kedua orangtua Salim.

Setelah turun dari mobil, Za bergegas masuk, namun hal itu di tahan oleh Salim.

"Kamu ngga lupa sama skenario ini kan? Atau perlu aku ingatkan lagi?" desis Salim, matanya menatap lurus-lurus benda yang ada di hadapannya, enggan melihat wajah Za yang berada tepat di sebelahnya.

Za mengangguk kelu. Jelas, ia mengingat skenario yang dibuat Salim. Sangat hafal peran apa yang harus ia mainkan.

"Bagus." kemudian Salim menggandeng tangan Za, hatinya bergejolak, entah rasa benci atau ada rasa lain yang ikut campur. Namun, satu hal yang dapat ia rasakan. Hatinya bergemuruh tidak karuan.

Salim menghela nafas sebelum memasuki rumah megah itu, dan... menghilangkan sedikit rasa gugup yang mendera nya.

Sesampainya di depan pintu rumah, buru-buru Salim mengetuk pintu, dibukalah pintu dengan menghadirkan wanita paruh baya, yang tidak lain adalah ibunya.

"Assalamualaikum ma" Salim mencium telapak tangan mama nya. Diikuti oleh Za, menantunya.

"Waalaikumsalam. Kamu datengnya sore banget sih! Mama kan udah kangen sama Za, pengen cerita cerita!" omel mamanya, karena kelakuan putra nya ini yang tidak pernah berubah, dari dulu kalau ada acara keluarga, Salim pasti datang mendekati acara hampir dimulai. Istilah lainnya, ngaret.

Salim hanya menampakkan deretan giginya yang putih, cengengesan. Yang membuat Kia memutar bola mata.

Kemudian, tatapannya beralih menatap menantunya, ia segera memeluk Za, setelah Za menyalami tangannya.

"Mama udah kangen banget sama kamu. Cerita yang kemarin belum dilanjut. Yuk! Kita ngobrol lagi di dapur. Za mau ya bantu mama masak buat acara nanti?" Za berbinar, kemudian mengangguk antusias. Wah, mamanya ini paling pengertian, mengerti saja bahwa dirinya sedang menghindar dari Salim.

"Yaudah, yuk kedapur" Kia menggandeng tangan Za.

Sementara Salim cengo di tempat. Mama nya ini, menantunya di sayang-sayang, di suruh masuk. Sedangkan dirinya? Berdiam diri di depan pintu rumah seperti orang yang sedang menunggu sembako.

Ia menghela nafas panjang, kemudian memasuki rumah masa kecilnya, dan langsung di sambut oleh abang-abang nya yang lain. Disana putra Adipta sedang berkumpul di ruang keluarga, sedangkan istri-istri mereka sedang menguasai dapur bersama mamanya.

"Wah pengantin baru udah datang!" Akbar-- kakak kedua Salim langsung melakukan salam ala laki-laki.

"Apa kabar dek?" tanya Ilham-- kakak sulung Salim.

"Alhamdulillah sehat bang, abang sehat?" tanya Salim berbasa-basi

Ilham tersenyum, kemudian menjawab "alhamdulillah sehat" Salim mengangguk-angguk mengerti.

Z A H A R A Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang