Bab 2. Sebenarnya aku sembunyi

59 8 6
                                    

Aku takut, kalau aku menampakkan keberadaanku malah akan membuatmu pergi. Jadi lebih baik aku yang sembunyi memperhatikanmu dari jarak jauh. Itu sudah cukup bagiku.

***

Pukul 03.07 handphone gadis itu bergetar, yang otomatis membuatnya terjaga dari tidur. Dan tanpa ia sadari, dia tertidur dengan posisi duduk di lantai, kepala ia sandarkan pada kasur, dan tangannya menjadi bantalan untuk dia tidur. Hal itu membuat leher dan badannya pegal-pegal

"Ya allah, kenapa ini badan sama leher sakit semua" monolognya sambil meregangkan otot-otot yang tegang. Setelah merasa enakan, ia menge-check handphone yang sedari tadi meneriakinya.

"Ternyata alarm. Udah sut jangan berisik, kasian nanti suami aku bangun" begitulah Za, seperti anak kecil. Gadis polos, tapi memiliki mental baja.

Setelah mematikan alarm, ia bergegas menuju kamar mandi, mengambil wudhu, dan rasanya… segar sekali. Setelah berwudhu, ia menggelar sajadah, memakai mukenah. Lalu melakukan interaksi dengan sang pencipta di sepertiga malamnya.

Usai shalat, ia segera mengadukan apa saja yang telah terjadi, mulai dari ia bangun tidur sampai ia tidur kembali. Tak lupa ia mengucapkan syukur, karena Allah masih memberikannya kesempatan untuk shalat tahajud seperti biasanya.

"Ya allah, bolehkah aku melawan takdir? Apakah impian untuk memiliki rumah tangga yang seutuhnya tidak berpihak padaku? Kenapa ya rabb? Kenapa ini harus terjadi padaku? Biarkan ia membenci aku, tapi tidak dengan pernikahan ini, karena pernikahan adalah separuh dari agamamu. Sadarkanlah ia ya rabb, bukalah mata hatinya kelak, supaya ia mau menerimaku dan pernikahan ini. Seutuhnya. Ya allah, bolehkah aku meminta satu hal lagi? Sehatkanlah dia seperti biasanya ya rabb, walaupun ia tidak mencintaiku, walaupun ia membenciku, tapi aku sangat menyayanginya. Jagalah dia ya rabb, dimanapun, kapanpun. Sehatkanlah kembali. Aamiin." setelah bermunjat pada rabb nya, Za mengambil al-qur'an dan mulai membaca nya.

32.

وَمَنْ لَّا يُجِبْ دَاعِيَ اللّٰهِ فَلَيْسَ بِمُعْجِزٍ فِى الْاَرْضِ وَلَيْسَ لَهٗ مِنْ دُوْنِهٖٓ اَوْلِيَاۤءُ ۗ اُولٰۤىِٕكَ فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ
wa mallā yujib dā'iyallāhi fa laisa bimu'jizin fil-arḍi wa laisa lahụ min dụnihī auliyā', ulā'ika fī ḍalālim mubīn

Dan barang siapa tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Allah (Muhammad) maka dia tidak akan dapat melepaskan diri dari siksa Allah di bumi padahal tidak ada pelindung baginya selain Allah. Mereka berada dalam kesesatan yang nyata.”

33.
اَوَلَمْ يَرَوْا اَنَّ اللّٰهَ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ وَلَمْ يَعْيَ بِخَلْقِهِنَّ بِقٰدِرٍ عَلٰٓى اَنْ يُّحْيِ َۧ الْمَوْتٰى ۗبَلٰٓى اِنَّهٗ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
a wa lam yarau annallāhallażī khalaqas-samāwāti wal-arḍa wa lam ya'ya bikhalqihinna biqādirin 'alā ay yuḥyiyal-mautā, balā innahụ 'alā kulli syai'ing qadīr

Dan tidakkah mereka memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah yang menciptakan langit dan bumi dan Dia tidak merasa payah karena menciptakannya, dan Dia kuasa menghidupkan yang mati? Begitulah; sungguh, Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.

34.
وَيَوْمَ يُعْرَضُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا عَلَى النَّارِۗ اَلَيْسَ هٰذَا بِالْحَقِّ ۗ قَالُوْا بَلٰى وَرَبِّنَا ۗقَالَ فَذُوْقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُوْنَ
wa yauma yu'raḍullażīna kafarụ 'alan-nār, a laisa hāżā bil-ḥaqq, qālụ balā wa rabbinā, qāla fa żụqul-'ażāba bimā kuntum takfurụn

Z A H A R A Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang