Bab 8. Be kind.

40 4 0
                                    

Jadilah wanita seperti bunga yang harum lagi ranum.

***

Salim lagi-lagi menghela nafas panjang kala mengingat hari itu. Hari dimana ia bertemu kembali dengan wanita yang mengajarinya rasa Cinta, dan wanita yang mengajarinya rasa benci.

Tak hanya itu, Salim benar-benar merasa bersalah. Ia marah pada dirinya sendiri kala melihat dirinya memperlakukan Za dengan tidak baik. Ia memuntahkan Za. Sangat tidak pantas. 'Ya tuhan, ampuni aku. Aku janji akan menjaganya, tidak akan membiarkan lagi airmata menetes dari matanya yang Indah.' begitulah janjinya, setidaknya dia sudah berjanji, urusan di tepati atau tidak, itu urusannya dengan Allah.

***

Setelah penat mengerjakan tugas kantor yang tidak ada ujungnya, akhirnya waktu yang Salim tunggu-tunggu sudah datang, jam makan siang. Tadi Arka sempat menawarkan untuk makan bersama, namun Salim tolak. Ia ingin… menghubungi Za, entahlah sejak berangkat kerja ia sudah rindu. Pekerjaannya pun menjadi tidak fokus, mengingat kejadian pagi tadi. Ia kembali tersenyum, persis seperti anak ABG yang sedang dilanda kasmaran.

Pagi tadi, mereka kembali sarapan berdua, Minah belum juga pulang, karena masih ada urusan katanya. Ruang makan yang biasanya hening, kini menjadi lebih hidup, karena Salim terus menerus menggoda Za.

"Kamu cantik" celetuk Salim saat Za mengambilkannya nasi.

Za menoleh, pipinya sudah merona. Ia tersenyum manis pada Salim.

"Jangan senyum!" larang Salim. Za mengernyit heran.

"Kenapa?"

"Kalo kamu senyum bikin aku diabetes, kamu mau suami kamu yang tampan ini diabetes?" Salim menaik turunkan alisnya genit, Za lagi-lagi tersipu. Za menyimpan piring yang sudah tersedia lauk pauk yang Salim minta di hadapan suaminya.

"Udah makan, jangan gombal terus! Masih pagi." Za berniat mengambil lagi satu piring, namun dicegah oleh Salim.

"Jangan! Kita makan sepiring berdua." Za mengangkat alisnya heran. "Biar romantis" tambah Salim sambil cengengesan. Za mendengus. Tapi, akhirnya ia mau makan sepiring berdua dengan Salim.

"Aku aja yang suapin." tawar Salim.

"Aku bisa makan sendiri kok" tawar Za halus. Namun, dibantah oleh Salim. "Pokoknya kamu harus aku suapin, sekali-kali aku yang suapin kamu, masa kamu terus yang suapin aku kalo aku sakit?" Za tertegun, apakah Salim sudah mengetahui semuanya? Apakah Salim akan menghindar setelah ini? Berbagai fikiran berkecamuk dalam benaknya.

"Kan aku ngga sakit, jadi aku bisa makan sendiri" Za mendadak gugup. Salim tersenyum. "Kamu sakit Za" tutur Salim lembut.

"Aku sehat tau mas!" jawab Za tidak terima.

"Kamu sakit, karena aku sering banget nyakitin kamu. Semua kata-kata kasar aku, perlakuan bengis aku. Tapi kamu gapernah ngelawan, kamu sabar, dan efeknya hati kamu yang luka" Salim menunjuk dada Za. Za terpaku, matanya sudah berkaca-kaca. Benarkah ini Salim? Orang yang selalu memperlakukannya secara dingin dan bengis.

Salim memeluk tubuh Za, pertahanan Za runtuh juga, ia menangis tergugu dalam pelukan Salim, memukul-mukul dada bidang Salim dengan isakan yang terus lolos dari bibirnya. Salim menerima semua perlakuan Za, menurutnya ini tak seberapa dibanding apa yang telah ia lakukan pada gadisnya.

Z A H A R A Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang