Part 7

842 134 20
                                    

“Seok, aku ingin bicara”

Hoseok mengangguk pelan seakan sang penelepon dapat melihatnya.











Tak berapa lama, bell apartemen mereka berdering. Pintu terbuka dan disana sosok Namjoon berdiri menatap tubuh Hoseok yang lebih kecil darinya berlari berhambur memeluknya dengan tangisan tiada henti.

“Joon, ada seseorang” kata Hoseok pelan sekali.

Namjoon tahu keadaan Hoseok, ia membelai punggung Hoseok pelan, menutup pintu dibelakang HOseok dengan lembut

“Aku tahu kau lelah Seok” kata Namjoon pelan.




Kini Hoseok dan Namjoon duduk, ditaman terdekat. Hoseok masih menangis, seakan semua ketakutannya ia keluarkan hari itu.

Namjoon belum bicara. Belum.

Hoseok duduk dan menghadap matahari dengan sedikit menyipitkan matanya yang sebenaranya telah cukup bengkak. Ia kemudian tersenyum, tersenyum pada langit yang cerah hari itu dan tersenyum pada Namjoon yang ada disisinya.


“Aku menyedihkan yah Joon? Trauma sialan” kekeh Hoseok yang malah membuat Namjoon merasa iba pada sosok manis itu.




“Kau tak bisa tinggal tanpa Yoongi?”

Hoseok mengangguk.

“Kau dekat dengan Taehyung yah?”

Hoseok menggangguk kecil.




“Bisakah kau meninggalkan Yoongi dan pergi bersama Taehyung?”









Hoseok kini membelalak tak percaya, belum sempat kalimat terluncur dari bibirnya Namjoon telah berdiri dan menyerahkan sebuah lipatan kertas cukup tebal pada Hosoek.

“Kuharap kau mengerti”

Hoseok segera berdiri menggenggam erat lipatan kertas itu, mengejar langkah Namjoon yang bergerak menjauh.
Hoseok berteriak dan berlari mencoba menggapai Namjoon, tapi kini ia telah menghilang seiring laju mobilnya.
Hoseok hanya berdiri disana dan menatap lipatan kertas itu, dan ia kembali menangis.



“Aku tidak bisa hidup tanpa Yoongi” kata Hoseok pelan.





Hari itu Hoseok tidak masuk kedalam apartemen mereka. Dia terduduk didepan pintu itu. Dia tidak akan masuk tanpa Yoongi.

Hoseok memandangai lipatan kertas yang diberikan Namjoon, ragu untuk membuka tapi terlalu penasaran untuk membiarkannya. Hoseok mencoba membuka lipatan kertas itu perlahan, lalu sesuatu jatuh meluncur dari situ. Sesuatu yang berkilau dan tak asing.

Hosoek terdiam sebentar, mengambil kilauan itu dan memandangnya.

Aku kenal ini.

Dan dengan mudahnya kini kilauan itu telah melingkar pada jari manis Hoseok.



“Aku kenal ini”

“Ini cincin pernikahanku”

“cincin pernikahanku dengan Kim Taehyung”


Dengan meluncurnya kalimat itu, begitu juga dengan jantung Hoseok yang langsung terasa terbakar dan terhimpit dengan berbagai macam perasaan. Kepalanya terasa baru saja tertimpa puluhan ton batu dan badannya terasa lemas bukan main.
Hoseok menggigit bibirnya dengan keras, ia bahkan dapat merasakan perih dan Darah mulai terasa pada ujung lidahnya.
Kini cincin itu kembali masuk kedalam lipatan kertas itu. Semuanya memburuk.

Hari itu Yoongi tidak pulang.



Yoongi tidak kembali.
Hoseok tidak bergerak biar sedikitpun dari depan pintu apartemennya, tak jarang ia berteriak dan menangis memohon apapun itu untuk berhenti menusuk otaknya, berhenti menekan mentalnya.

Dan berhenti memunculkan ingatannya.



Mungkin 3 hari, 3 hari adalah cukup bagi tubuh Hoseok untuk bertahan. Hoseok ambruk dan sosok yang dikenalnya muncul.




“Aku merindukanmu” ucap Hoseok pelan sekali dengan susah payah.




Hoseok mengerjap, seluruh badannya terasa lemas. Bahkan rasanya tulangnya siap patah kapan saja.
Ia menatap cairan intravena yang masuk kedalam tubuhnya dan ia kembali menangis. Ia menangis lebih kencang seperti anak kecil. Seakan ia dipulihkan untuk kembali menangis lebih keras bukan untuk kembali sehat.


Taehyung berserak masuk dan menatap Hoseok dengan khawatir.
Hoseok menatap Taehyung dengan mata membara

“Kembalikan aku pada Yoongi!” teriak Hoseok disela tangisannya.

Taehyung menggeleng dan jangan mempertanyakan Hoseok yang dengan pasti melonjak dari tempat tidurnya dan melepas infus yang berada ditangannya dengan kasar dan berjalan menuju Taehyung yang berdiri didepan pintu keluar.
Taehyung tidak merasa Hoseok adalah suatu ancaman.
Dia akan ambruk sedikit lagi, itulah pikir Taehyung. Yang benar memang, Hoseok hanya berjalan beberapa langkah dan kini ambruk dilantai.
Taehyung mengangkat tubuh mungil Hoseok menaruhnya dengan lembut diatas kasur. Hoseok hanya dapat terus menangis. Ditutupnya wajahnya, begitu malu menatap Taehyung. Dia begitu lemah dan tak berguna.


Hari demi hari, sosok Hoseok benar ada didalam rumah bersama Taehyung tapi tidak dengan pikirannya yang melayang jauh. Hosoek duduk didekat jendela dan menatap matahari yang masuk dan menyinari wajahnya. Hoseok sadar Taehyung telah berdiri cukup lama didekat pintu.

“Tae, aku ingin kembali pada Yoongi” kata Hoseok pelan, ia menoleh dan tetesan air matanya kembali jatuh dengan perlahan.
Senyumnya sedikit mengembang, merasa seperti ia mendapatkan kekuatan dari sang matahari.


Itulah kalimat pertama yang diucapkan Hoseok selama ini. Kalimat pertama dan itu menyakiti Taehyung. Tak dapat Taehyung pungkiri hatinya tergerak, ia mengangguk dan menyetujui permintaan Hoseok. Ia tidak mungkin mengekang seseorang yang cintanya pada orang lain bukan?
Saat itu juga, Taehyung membantu Hoseok bersiap. Ia mengambil Hoodie dan sebuah coat panjang miliknya untuk memastikan Hoseok tetap hangat.
Dengan begitu mobil Taehyung melaju. Hoseok memandangi jendela dan sesekali memandangi Taehyung yang sedang mengemudi.





Ah, Pernikahan mereka.




Next Chapter 🔜















If i post this 2 times a week is it gonna be boring or better?

공간 - SpaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang