Part 3

1.1K 154 6
                                    

Kini tangan Hoseok sudah berada dalam genggaman Yoongi dengan erat nan lembut. Langkah kedua insan itu dipenuhi dengan segala jenis topik pembicaraan serta kekehan Hoseok yang membuat Yoongi tidak dapat menahan senyumannya.

“lalu bagaimana di café, seok?”

“aku membaca beberapa buku, aku tidak nmenyarankan kau untuk membaca buku ‘Talk about the Hell’ itu akan membuatmu frustasi, aku bahkan tidak dapat memahami jalan ceritanya” kata Hoseok sambil memainkan beberapa helai rambut Yoongi.

Yoongi menatap Hoseok dan mengusap kepalanya dengan lembut.
“Novel yang buruk jika dia membuat sayangku harus berpikir dengan keras” kata Yoongi yang diikuti tawa keduanya.

“Btw Yoongi.. apakah kau lelah?”
Yoongi menggeleng dan kini menatap Hoseok yang menatapnya balik dengan pipi semerah tomat.

“Ada apa?”

Hoseok menelan ludah kasar dan segera merubah posisinya dan kini duduk dipangkuan Yoongi dengan sangat baik.

“Kita sudah lama tidak melakukannya” kata Hosoek terbata-bata.

Yoongi tidak dapat menyembunyikan senyumanya saat melihat Hoseoknya yang pemalu yang mengambil tindakan lebih dulu.

Malam itu, terisi dengan desahan keduanya. Hoseok tidak mempedulikan desahannya yang membuat Yoongi lebih berapi-api, dia juga tidak peduli jika beberapa dari tetangga apartemen mereka mungkin berhenti dan mendengarkan mereka.

Tidak, hari ini Hosoek tidak peduli.

Tapi
Dengan kurang ajarnya perasaan itu muncul kembali, perasaan bahwa ada seseorang mengintai Hosoek.
Hoseok mencoba mengeluarkan pemikiran itu.
Ia yang kini tengah duduk dipangkuan Yoongi yang masih sedikit terengah-engah itu mencoba kembali fokus dan mulai kembali menggerakkan pinggulnya.

Mencoba memberikan kenikmatan kepada Yoongi ketika dalam kepalanya berkecamuk.

Peluh mulai terbentuk, ia mencoba kembali fokus.
Yoongi menyadari ketidaknyamanan Hoseok dan segera bangun dan memeluk tubuh Hoseok, menghentikan gerakan tubuh dan pinggul Hoseok yang ragu-ragu.

“Seok, kau terlihat lelah. Mari hentikan sekarang dan kita tidur, oke?” tanya Yoongi yang dengan sangat lembut melepaskan tautan mereka dan mengangkat tubuh Hoseok dari pangkuannya.
Hoseok tidak berespon, pandangan matanya terus tertuju pada Yoongi.

“Aku takut” Kata Hosoek yang langsung diikuti tangisnya yang pecah.

Yoongi memeluk tubuh Hoseok semalaman. Hoseok melewati kejadian yang tidak menyenangkan, Yoongi sadar itu. Dan Yoongi akan ada disisi Hoseok apapun yang terjadi. Andai Yoongi dapat menghilangkan perasaan itu.

Yoongi telah melakukan segalanya, ia pernah berpikir bahwa mungkin saja rumah inilah yang membuat Hoseok berpikiran seperti itu.
Hoseok dan Yoongi berkali-kali pindah rumah, tapi tidak biar satupun rumah yang membuat Hoseok tenang biar sehari. Biar sehari. Setelah itu Yoongi membawa Hoseok ke psikiater, tapi hasilnya nampaknya nihil.
Hoseok hanya mudah tidur, tapi tidak menghilangkan perasaan bahwa ada seseorang yang mengintainya. Seperti ingin membunuh. Seperti ingin melukai. Seperti ingin memiliki. Dan yang terakhir perasaan yang sangat aneh yang dikatakan Hoseok pada Yoongi.

“sosok itu seperti membawa perasaan.. ingin menjagaku Yoon..”

Tapi bukankah aneh, seorang pengintai ingin melindungi orang yang diintainya?

Hoseok menatap Jimin yang sibuk meracik coffe latte.

“Jimin, kau sudah lama mengenal Taehyung yah?” kata Hoseok memainkan sedotan dalam minumannya.

Jimin menatap Hoseok dan tersenyum,

“Yah begitulah, kami sudah seperti saudara?, mengapa kau bertanya tentangnya?”

Hoseok menghela napas panjang
“Aku ingin bertemu Kim Hoseok, dia seperti pria manis yang mirip denganku. Kuharap dia bukan saudara kembarku yang terpisahkan” kata Hoseok.
Tawa Hoseok dan Jimin berhenti ketika sosok Taehyung sudah berada dibelakang Hoseok dan menepuk kepala Hoseok

“Hoseokku tidak seperti mu, dia tidak akan selalu makan sebuah kue di tempat seperti ini” kata Taehyung sambil tertawa dan menggoda Jimin.
Jimin menatap Taehyung

“Kau tidak diizinkan kembali kesini Tn. Kim Taehyung” Taehyung tertawa dan menggeleng

“Kau akan langsung merindukanku saat aku tak kesini bocah”

“ bolehkah aku bertemu dengan Hoseokmu? Aku janji aku tidak akan nakal, uhm maksudku aku tidak akan mengganggunya atau apapun itu” pinta Hoseok menarik lengan baju Taehyung memohon.

“Kenapa kau sangat tertarik padanya?” tanya Taehyung menopang dagunya dan menatap Hoseok.

Hosoek berpikir sejenak “Entahlah, aku menyukainya. Oh aku takut aku jatuh cinta padanya hehe” goda Hoseok.

TAehyung tertawa dan kembali mengusap kepala Hoseok “Hm kurasa tidak bisa..”

“Kenapa? Kau pikir kau terlalu tampan sampai aku tidak bisa meerebut Kim Hoseok darimu?”

“hahaha bukan, tentu bukan. Kau terlalu manis dan dia juga sangat manis. Itu akan sangat buruk untuk kesehatan masyarakat yang melihat kalian berdua, maksudku apakah kau ingin kami semua menderita diabetes akibat kemanisan kalian berdua?”

Hoseok tertawa dan memukul kepala Taehyung bermain, “Apa yang sedang kau bicarakan sih?”

“Bagaimana kalau besok aku mengantarmu ke Hoseok, agar kalian dapat bertemu dan agar kalian dapat berteman, mungkin?” kata Taehyung yang disambut meriah oleh Hoseok, ia menggangguk dan memeluk Taehyung dengan hangat.

Taehyung baru ingat, ia banyak bercerita tentang Hoseok miliknya, bagaimana kalau ia mempertemukan kedua Hoseok ini.

Kedua Hoseok yang membuatnya Jatuh Cinta.
Sial.
Taehyung kini sadar.
Jatuh Cinta.
Apakah dia mengkhianati Hoseok miliknya?
Tapi sebelum tidak ada balasan berarti dari Min Hoseok, Taehyung belum benar-benar mengkhianati Kim Hosoek kan?
Iya. Katakan iya. Dia belum berkhianat.

Next Chapter 🔜

공간 - SpaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang