5.누구[Who]

5.7K 454 3
                                    

안녕하스요💜💜💜💜
.


.

.
.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


#####

Jimin menghentikan mobil di parkiran mobil depan rumahku. Aku benar-benar takut untuk keluar dari mobil. Aku membayangkan bagaimana marahnya appa padaku karna tidak pulang semalam, bahkan aku lupa untuk mengabarinya.

Apalagi bagaimana canggungnya aku dengan Taehyung jika bertemu nanti. Membayangkan wajahnya yang marah padaku saja sudah cukup membuatku ngeri. Aku benar-benar kehabisan akal untuk memikirkan alasan apa yang akan kulontarkan nanti. Sampai suara Jimin memecah kegelisahanku.

"Kau tidak akan masuk?" Tanyanya memperhatikanku, dari tatapannya aku tahu kalau dia sadar aku sedang gelisah.

"Masuklah sekarang, ayahmu pasti sudah menunggu" tambahnya lagi meyakinkanku untuk masuk atau sebenarnya mengusirku agar segera keluar dari mobilnya.

Membuang jauh segala harga diriku untuk sesaat, aku menyusun 10 jariku rapat dan menatap Jimin dengan menunjukkan ekspresi termanis yang bisa kubuat di saat wajahku yang benar-benar kusut. Aku lihat dia begitu terkejut dan sedikit mundur menjauhkan wajahnya dariku.

"Oppa, bantu aku kali ini, masuklah ke dalam dan katakan sesuatu agar appa tidak marah padaku" ucapku dengan permohonan yang penuh.

"Apa yang harus kukatakan? Itu urusanmu, jangan melibatkanku" tolaknya seketika.

"Oppa, jika kau ikut masuk mungkin aku tidak akan kena marah, karna kau adalah calon suamiku"

Jimin tidak menjawab dan cukup terkejut, ekspresinya berubah drastis memandangi wajahku, mungkin karna aku mengatakan tentang calon suami itu.

Terserahlah, yang penting dia mau membantuku, aku harap. Aku mengatakan itu hanya karna tidak ingin dimarahi, jika aku masuk sendiri appa pasti akan tahu kalau aku berkelahi dengan Taehyung, atau mungkin appa sudah mengetahui hal itu.

Terserahlah yang penting aku punya alasan dengan siapa aku semalam.

"Oppa, kumohon" pintaku lagi dengan mengedipkan kedua mataku untuk merayunya.

Dia tidak kunjung menjawab selama beberapa detik. Sesaat setelah itu dia tersenyum dan mendekati wajahku, entah kenapa saat itu tubuhku tidak merespon untuk menjauh, serasa tubuhku membeku di posisi itu karna tatapannya.

Dia menghapus jarak antara wajah kami "Kalau begitu bayar aku dengan sesuatu"

Aku menjauh segera "Baiklah, tapi bantu aku dulu, akan kubayar semuanya nanti, oke" jawabku dan membuka pintu mobil.

It's Lover Pt. ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang