Sekolah bagian II

36 12 0
                                    

(Bel istirahat berbunyi)
Semua murid istirahat sejenak, sekitar 15 menit sampai nanti mereka masuk dan melanjutkan ujian ke 3.

"Bella.. yuk ke kantin, gue udah laper nih", ajak Ratih.
"Buruan.. atau gue tinggal. Satu, dua, tiga!..", sambung Wulan dengan menghitung seperti lagak kapolda.

"Terus aja tinggalin, sampai gue nyaman dengan rasanya ditinggal tanpa tahu caranya untuk meninggalkan, huhh.", Ucap Bella sedikit melow sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.

"Oh tidak!.. mulai lagi, mules tau gue dengernya", sambung Ratih dengan nada malas.
"Udah cepetan... nggak kelar - kelar nanti kalau terus cerita galau, supaya emosi buruk loe reda, obatnya cuma satu. Makan!", tegas Wulan sekali lagi.
"Hem baiklah kalian menang", Bela menurut.
"Hahaa", (Wulan dan Ratih tertawa kompak)

Wulan memang sangat akrab dengan Ratih dan Bella. Mereka adalah keluarga kedua yang sangat Wulan sayang. Ia merasa belajar banyak dari mereka berdua.
Ratih dengan sikap periangnya, dan Bella dengan kata puitisnya yang sendu.
Sebenarnya Wulan juga sangat suka dengan dunia sastra, terutama puisi. Hasil amatan dan pengalaman, begitu juga dengan segala keluh kesah yang ia rasakan. Seringkali ia luapkan kedalam satu rangkaian yang tersusun dari beberapa aksara, hingga membentuk prosa.

Baiklah kita kembali ke cerita. Akhirnya mereka sampai ke kantin. Ketiga pasang mata mereka bergerak kekiri dan ke kanan, yang kelihatan seperti mencari.
"Disana!", seru Ratih.
Dan bagus! dia menunjuk ke arah sebelah kiri. Memang kosong. Tapi disana ada Arga. Wulan menghela nafas panjang.
"Nggak ada tempat lain?", ucap Wulan penuh harap.
"Menurut loe?", tanya Bella.
Bagus!, semuanya penuh. Tak ada pilihan lain. Kali ini dia tidak dipusingkan untuk memilih. Ya iya gimana mau memilih? Nggak ada opsi pilihan! Karna cuma ada satu tawaran.
Langkah mereka mulai mengarah ke meja kosong tersebut. Seperti biasa Wulan bersikap cuek. Dia menelan ludah. Bukan karna gelisah atau terbawa perasaan. Tapi dia bingung harus beralasan apalagi, jika Arga meminta sedikit waktunya untuk berbincang.

"Lan, mau pesan apa?", tanya Bella sambil menaikkan kedua alisnya.
"Mie goreng sama jus jeruk", balas Wulan cepat.
"Gue sama deh", sambung Ratih.
"Yaeelah.. siapa yang nawarin loe", ucap Bella dengan wajah naif.
"Parahh loe ahh", jawab Ratih kesal.
"Iyadehh.. kunyukku", ucap Bella sambil tersenyum sok manis.

"Bu, pesan mie ayam 2, nasi goreng satu, sama jus jeruknya tiga ya", ucap Bella kepada ibu kantin.

Sambil menunggu ibu kantin menyiapkan pesanan, mereka berbincang - bincang dengan sedikit menyelipkan humor. Sehingga terlihat senyum lebar yang menampakkan gigi depan Wulan. Aura bahagia mewarnai wajah Wulan hingga merona.
Arga yang berada disebelah kanan Wulan sesekali mencuri pandang. Tampak raut bahagia yang terpancar dari matanya. Senyum kecilpun tak dapat terelakkan.

"Mata loe awas lupa merem", ucap Andi sambil menjentikkan jarinya.
"Ganggu aja loe", jawab Arga singkat.
"Gimana bro, anak SMK Harapan nyari masalah sama kita. Mereka ngajak taruhan balapan motor", ujar Bagas merubah arah pembicaraan.

"Gue sih siap sedia. Emang siapa mereka? Nggak sebanding sama kita. Pakek bangunin singa yang lagi tidur. Lihat aja mereka..", sambung Rafi dengan wajah sok cool.
"Emm... tapi..", Arga menjawab ragu.
"Udahla bro.. sikat aja", ucap Bagas.
"Okedeh bro", lanjut Arga.

Jika dikaji ulang, sebenarnya Arga adalah sosok pria yang baik. Tapi tidak setelah ia menjadi anak broken home. Ayah dan ibunya sudah dua tahun berpisah. Dan hak asuh berada ditangan ibunya. Setelah dua bulan kemudian, Arga dititipkan dirumah neneknya. Ibunya Arga terpaksa harus ke Malaysia untuk bekerja demi membiayai sekolahnya dan untuk keperluan lain. Walaupun ayah Arga, tidak lepas tanggung jawab untuk tetap membiayai mereka.
Ya, Arga adalah anak tunggal. Itulah sebabnya ia selalu merindukan perhatian, tapi kesepiannya malah salah pelampiasan.

Semenjak itu kehidupannya berubah 180°. Iya bersikap acuh tak acuh terhadap kehidupan dan pendidikan. Sikapnya yang kurang menghargai seseorang membuat hatinya keras dan sulit untuk menemukan jati dirinya kembali.
Akan tetapi setelah ia kenal Wulan lebih jauh, ada hal yang berbeda. Ada rasa yang sulit dijelaskan. Tapi waktu selalu saja tak mendukung untuk Arga mengutarakan isi hatinya. Saat berhadapan dengan Wulan, ia tak berdaya. Mendadak bersikap lembut dan sering terlintas dalam fikirannya untuk berubah. Karna ia fikir Wulan tak akan suka dengan sosok nya yang sekarang.

*****




Ada yang bisa nebak jalan ceritanya gimana? Kok jadi maen tebak - tebakan hehe. Ikutin terus kisahnya. Jangan lupa di vote. Trims

PengamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang