Refreshing

35 9 2
                                    

Aroma tanah setelah hujan, atau biasa disebut petrikor. Ya, aroma itu tak asing lagi di indra penciuman Wulan. Pagi itu hujan datang membasahi kota Bandung. Tapi bukannya langit merubah warna cerahnya, ini justru pagi yang jauh lebih cerah merona. Hanya saja hujan sebagai pengiring cerita cuaca pagi ini.

Wulan Berdiri didepan pintu rumah, sambil mengamati kejadian yang ada. Sesekali orang lewat melintas di lorong jalan. Ada yang berjalan menggunakan payung. Ada yang dengan jas hujan. Bahkan ada juga dengan santai berjalan tak hiraukan timpukan air yang menyerbu. Bisa dihitung berapa banyak orang yang lewat dilorong itu. Bagaimana mungkin banyak kendaraan yang melintas? Apalagi seperti mobil..! itu mustahil. Lebar lorong itu mungkin hanya sekitar jarak 5 langkah. Paling besar kendaraan seperti becak, itupun sudah paspasan.

Rasa bosan pun mulai mengusik diri. Logika berperan mengambil posisi ternyamannya. Wulan mulai terpengaruh untuk beranjak keluar rumah di hari libur. Rasanya tak mungkin seharian terkurung dirumah, dengan segala aktivitas yang mulai membosankan.
Sesekali Wulan membasahi tangannya dengan rintikan hujan. Sambil memainkan tangannya yang berkolaborasi dengan air dingin itu.

Yaa, tiba-tiba saja melintas. Ekspetasi yang seharusnya nyata. Agaknya hari ini harus sedikit memanjakan diri. Memberinya kebebasan. Menghirup udara yang jauh lebih segar dibanding udara di perumahan ini. Rasanya tak bagus juga, jika terlalu memaksakan diri untuk bekerja dan berfikir lebih keras demi impian. Sudah lama sekali hobinya tak terealisasikan. Akibat padatnya schedule yang harus diburu.

Hemm baiklah. Kira-kira dimana tempat yg tepat untuk Refreshing? Australia? India? Amerika?.
Oh tidak, bagaimana mungkin. Keliling Nusantara saja belum sepenuhnya. Ya, sebaiknya ia tak perlu repot. Jika di kota Bandung saja memiliki tempat wisata yang indah.
Lalu siapa yang akan menemaninya?
Wulan mulai mengutak atik telepon genggamnya. Mencari kontak yang ia rasa bisa menemaninya. Julie!. Ya, agaknya dia sudi menemani Wulan menikmati hari libur.

=====================

"Julie.. loe tau kan hari ini hari libur? Ini hari minggu. Hati kecil loe nggak berniat buat nenangin diri? Mencari tempat refreshing sebelum bertempur dengan padatnya tugas yang diberi dosen killer. Tenangin hati dari segala bacotan hidup.
Read

Ehh kutu.. bilang aja gue cuman jadi bodyguard yang harus nemeni loe. Itu akibat loe udah terlalu lama sendiri jadi bingung kan pergi sama siapa :v

Nggak mau terserah. Gue marah
Read

Ett dah ni anak. Yaudah cepat! nanti gue kabari Naya dan Rani. Kumpul dirumah gue jam 9 dan jangan ngaret.

======================

Setelah melihat chatt terakhir dari Julie, Wulan segera mematikan notif ponselnya dan ia selipkan kedalam saku baju. Sepertinya hujan telah reda. Kepalanya mendongak ke arah langit sambil tersenyum. Ntah apa yang ia fikirkan. Ingin saja rasanya berteriak sekuat mungkin, tapi nanti saja. Ketika sudah sampai di tempat wisata fikirnya.

Berjalan menuju kamar melewati ruang tamu. Tampak nenek sedang duduk santai sambil mengutak-atik remote tv, mencari siaran yang pas untuk dilihat.

Sesampai dikamar, Segera ia membuka lemari yang bercorak coklat kehitaman. Tangannya memilah - milah baju, yang diiringi dengan menggaruk kepala yang sebenarnya tidak gatal. Kemudian matanya berhenti di satu pilihan. Sederhana. Baju kaos putih polos lengan panjang yang dipermanis dengan pita diujung pergelangan tangan. Berpasangan dengan celana kulot berwarna abu-abu.

Wulan memang tak suka fashion yang terlalu mencolok. Ia lebih suka polos tanpa motif, tapi bukan berarti semua pakaiannya tak ada yang bercorak. "Do not want to be bothered and difficult". Dengan jilbab segitiga berwarna sama dengan celana, ia segera memakainya secara sederhana. Tampak pantulan wajah dari cermin yang sedikit buram. Tapi tak menghalangi pandangan jelas terhadap wajahnya yang manis. Seperti biasa. Tanpa make-up. Hanya mengoleskan sedikit lip tint dibibir pink nya.

Jarum panjang singgah di angka 6 dan berarti sudah jam 08.30, ia harus segera berangkat. Kalau tidak sahabatnya itu pasti akan ngomel tanpa jeda. Sikapnya sama persis seperti Ratih sahabat SMA Wulan. Yang membedakan hanya Ratih lebih lucu dan punya seribu andalan untuk menghibur. Ntah bagaimana kabar gadis itu, yang pasti Wulan sangat merindukannya.

"Nek Wulan pergi dulu ya. Ketempat Julie. Assalamu'alaikum," Wulan pamit sambil mencium punggung tangan neneknya.
"Iya Wa'alaikumussalam. Hati-hati Lan, pulangnya jangan kemaleman," pesan nenek sambil memandang cucunya pergi terburu-buru.

"Assyiapp nek," balas Wulan dengan suara yang semakin jauh didengar.
Hujan memang sudah reda. Tapi beberapa tetesan air masih terasa jelas jika berdiri di bawah langit tanpa penghalang. Tak lupa Wulan membawa jaket. Karna hujan belum sepenuhnya pamit, ia memutuskan untuk memakai jaket berwarna hitam tersebut. Tangannya segera merogoh saku celana dan ia menemukan kunci didalamnya. Ya, kunci kereta kesayangan Wulan.
Motor matic berwarna merah menjadi sahabat setianya untuk berpergian.

Tampak jalanan masih sepi. Ntah faktor masih pagi atau karna hujan yang datang beberapa saat mengguyur kota ini. Jarak rumah Wulan ke rumah Julie memakan waktu berkisar 20 menit. Kiranya ia sampai tepat waktu disana.

*********

"Lama banget sih tuh anak," celetuk Naya sambil memandang jam di tangannya.
"Eehhhh.. baru dibilang tuh dah nongol aja," balas Rani spontan menepuk bahu Naya.
"Maaf kalau gue terlalu ngangenin, sampai ditungguin gitu," dari depan pagar Wulan bersuara sedikit nyaring.

"Lempar, enggak, lempar, kasihan,"

"Serah lu aja dah"

"Udah yuk berangkat sekarang," celah Julie sambil menyalakan mesin motornya. Rani menurut naik ke arah motor Julie. Dan Naya langsung berjalan ke depan pagar mengarah ke motor Wulan dan segera naik. Hemm baiklah. Seperti biasa, kalau sudah seperti ini yang jadi tukang ojeknya pasti Wulan dan Julie.

"Bentar, bentar. Emang kita mau kemana?," tanya Rani.

"Bagus. Kita tak punya arah tujuan."

Hening

Sejenak semua diam. Berpose dengan menunjukkan gaya sedang berfikir.
"Glamping Lakeside di Rancabali - Ciwidey," Julie memberi saran.

"Oke," semua mengangguk setuju.




"Sahabat adalah satu jiwa dalam tubuh yang berbeda"
Semoga kita semua dilindungi Allah dari Teman Menipu. InsyaAllah..
kita dibersamakan oleh sahabat setia yang selalu siap sedia :)

Okay. Maaf lama post. Kemarin diriku sibuk buat UNBK :) dan maaf kalo ceritanya gajelas gini yaw. Jangan lupa vote dan koment :)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 10, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PengamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang