Prang!
Suara vas bunga yang jatuh diluar mengagetkan Wulan. Agaknya ulah kucing nakal. Dan Wulan segera tersadar dari lamunannya. "Huuhh.. sial", celetuk Wulan sambil mengusap dahinya yang sedikit berkeringat.
"Aku Rindu" (Wulan menatap keluar jendela mengimajinasikan semua yang dilihatnya adalah masa lalu).Saat itu Wulan tengah duduk dimeja belajar kamarnya, yang berada pas didepan jendela.
Tampak beberapa titik cahaya terpancar diantara luasnya hamparan gelap, cahaya itu berasal dari bulan dan bintang. Ia tersenyum sambil menatap penuh harapan.
Ya, disudut ruangan kamar!. Tempat itulah yang cocok untuk meredam emosi saat logika dan hatinya tak bersahabat.
Tiba - tiba pandangannya jatuh ke meja. Ia melihat pena yang terbaring dan selembar kertas yang menganggur. Tanpa berfikir panjang ia langsung menulis, apa saja yang bisa membuat emosinya sedikit reda.
..............
Kepada malam yang singgah.
Cukup semesta yang kau buat redup. Hati dan Jiwa jangan.
Sesekali ku coba membujuk malam agar hadirkan sepi. Saat hingar bingar tak biarkanku benar.
Disini sangat berisik! Ayolah berdamai.. Sungguh saat ini aku tak ingin ada yang mengusik.#Tepi_Bumi, Bandung 2019
...
Wulan mengakhiri tulisannya.. Bukan karna sang pena lelah merangkai. Bukan juga tinta hitam yang mulai memudar.
Tangannya meraih sebuah diary yang terhimpit beberapa buku di rak.
Wulan mendekatkan wajahnya ke buku diary. Mengeluarkan sedikit udara dari rongga mulut. Hingga buku diary yang berdebu itu terlihat sedikit bersih.
Jari jemarinya mulai membuka satu persatu dari setiap lembaran. Iya pandangi tulisan dari setiap kisah. Yang diperjelas lagi dengan tempelan beberapa foto di sela - sela kisah. Sedih, haru, merasa naif, konyol. Semua jenis rasa, dia rindu. Ya, dia ingat betul semua kenangan di masa SMA.
Tentang teman seperjuangan, sahabat, guru, dan pria itu.Flashback
"Sebenarnya aku tak terlalu suka saat berada di rasa ini. Rasa yang ku alami ini samar. Aku tak tahu harus bahagia atau sedih. Disatu sisi aku bahagia mengingat momen - momen bersejarah dalam hidupku. Di sisi lain aku sedih karna masa itu tak akan pernah kembali. Yang sudah berlalu tetap saja dinamakan kenangan" (Wulan berbincang dengan hatinya)
Kini ia telah melanjutkan kuliah di universitas Bandung. Ia dapati itu melalui jalur undangan tanpa tes. Ditambah lagi bea-siswa. Dan sekarang ia sudah sampai pada tahap semester 3, ia tinggal bersama bude dan neneknya. Dengan harapan pulang bisa menjadi anak yang sukses dan membahagiakan kedua orang tuanya.
Semua harapan dan cita - cita yang ia tulis di buku impian, satu persatu mulai ia coret. Menandakan sudah tercapai. Satu - persatu tapi pasti. Cepat atau lambat ia sangat yakin bahwa dirinya akan merubah mimpi itu jadi kenyataan.
Semua Impian selalu ada harga yang harus dibayar. Dan dia tahu itu.Tiba - tiba saja terlintas dalam benak Wulan, wajah ayah dan mamanya. Matanya sedikit berkaca - kaca.
"Sebentar lagi yah, ma. Kalian akan melihatku memakai toga. Anakmu ini lulus sarjana! Doakan saja.", Ujar Wulan dalam hati sambil menyeka air yang keluar dari mata indahnya.Perjalanan dan perjuangannya sudah cukup jauh selama ini. Tapi tak seberapa jika dibandingkan perjuangan ayah dan mamanya.
"Tok..tok..tok" (terdengar suara ketukan pintu)
"Wulan...", nenek memanggil.
"Iya nek", sahut Wulan dan segera beranjak untuk membuka pintu.",
"Ini pakle mu bawak martabak dan mie goreng. Yuk kita makan rame - rame", ucap nenek mengajak.
"Wah enak nih.. tau aja pakle kalau Wulan lagi lapar.", ucap Wulan sedikit tertawa kecil.Diruang tengah, dengan ditemankan sebuah tv yang menyala. Mereka berkumpul bersama sambil berbagi cerita. Sesekali tawa yang keluar memecahkan suasana. Ya, benar! Rumah adalah tempat ternyaman untuk pulang ketika telah lelah menapaki kehidupan. Dan ini adalah rumah kedua Wulan setelah rumahnya di Medan.
"Gimana kuliahmu Lan? Ada kendala ndak?", tanya pakle Wulan.
"Alhamdulillah , lancar. Sekarang ini wulan sedang jalani bisnis online. Hitung - hitung buat nambah uang jajanlah. Di sela -sela waktu, Wulan juga sempetin nulis novel. InsyaAllah kalau lolos bakal diterbitkan hehe." Wulan menjelaskan singkat."Aamiin.. semoga kamu bisa jadi penulis hebat", jawab pakle Wulan menyemangati.
"Gimana kabar orang tuamu? Ayah dan mama kapan bisa kesini?", nenek gantian bertanya.
"Doakan saja nek, InsyaAllah kalau ada rezeki, pasti secepatnya.", jawab Wulan meyakinkan.
*******
Dan ternyata dibalik kata move on. Selalu menawarkan flashback. Haha. Gimana ceritany? Boleh komen :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengamat
RandomKisah seorang gadis dengan sejuta ekspetasi dan selalu rindu dengan sosok sang penyemangat. Baginya keluargalah yang utama, tak terlalu suka dengan permainan yang bernama cinta. Tapi selalu rindu akan kasih sayang. Baginya cinta bukanlah hal yan...