Di sela - sela pembicaraan mereka, ibu kantin datang sambil menyodorkan makanan yang sedaritadi mereka pesan.
"Makasih buk", ucap mereka hampir berbarengan.
Ratih langsung menyantap makanan dengan lahap. Kemudian diikuti oleh Bella dan Wulan. Sesekali suara gesekan sendok dengan piring berbunyi memecahkan suasana.Tak berapa lama, akhirnya mereka menyelesaikannya.
"Udah yuk, balik ke kelas", ucap Wulan sambil masih mengelap bibirnya dengan tissue.
"Buru - buru amat. Nasi yang baru gue telen aja masih nyangkut di kerongkongan.", sahut Bella sedikit kesal.
Tanpa menunggu persetujuan dari Ratih, ia langsung bangkit dari tempat duduknya, dan pergi meninggalkan kantin.
"Tunggu woi", panggil Ratih sedikit mengejar. Kemudian disusul Bella.Arga yang melihat Wulan beranjak, sesegera mungkin ia menyusul Wulan. Yang mana ia tertinggal hanya terpaut beberapa langkah.
Dari belakang Wulan , tiba - tiba saja Arga menarik tangan Wulan. Tanpa persetujuan, tanpa basa - basi, hal itu dilakukannya spontan."Eh apa - apaan sih loe, tiba - tiba narik tangan gue", ketus Wulan sambil berusaha melepaskan tangan Arga yang masih menempel di lengannya.
"Hmm.. maaf, habisnya loe selalu nggak ada waktu buat kasih gue kesempatan ngomong", jawab Arga sedikit menghela nafas.
"Lan, kami balik ke kelas luan ya", celah Ratih yang dibalas anggukan oleh Bella.
"Iyaudah", Jawab Wulan singkat.Setelah dua temannya pergi, Wulan masih terdiam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
Hening.
Arga masih menatap Wulan. Binar matanya yang terpancar seperti mengharapkan sesuatu. Dan dia terpaksa harus segera mengutarakannya. Ntah waktunya tepat atau tidak, iya tak tahu.
"Lan.. se.. sebenarnya.. emm", Arga memulai pembicaraan baru yang diucapkan sedikit terbata - bata.
"Apa? Gue cuman kasih loe waktu lima menit ga lebih", jawab Wulan tegas."Gue.. emm.. gue sebenarnya suka sama loe Lan. Gue bingung harus mendeskripsikan perasaan gue gimana. Saat pertama kali jumpa loe, gue udah ngerasain hal yang beda. Ini adalah rasa yang jauh lebih menantang. Tapi akhirnya gue kalah. Ya benar, gue harus ngaku kalah. Itu sebabnya gue utarakan isi hati gue. Supaya beban yang selama ini gue bawa itu sedikit berkurang.
Gimana Lan? Loe.. emm mau nggak jadi...","Apa? Jadi pacar loe gitu?", wulan langsung memutuskan pembicaraan Arga.
"Ar, sebelumnya gue sangat menghargai perasaan loe. Gue juga nggak bisa menyalahkan isi hati loe. Karna cinta itu wajar. Cinta bukan kita sendiri yang meminta untuk datang. Tetapi.. tanpa diundang, tanpa kabar, tanpa isyarat. Dia malah datang secara mendadak. Oke gue faham. Tapi lebih baik jujur walaupun kenyataannya pahit. Daripada harus bohong demi kebahagiaan yang sementara. Maaf Ar, gue nggak bisa.", jawab Wulan dengan wajah yang berisyarat mewakili kata maafnya."Tapi.. kenapa Lan? Kenapa loe nggak berusaha belajar untuk mencintai gue. Please.. buka hati loe, berikan sedikit ruang agar gue bisa masuk kedalam hati loe.", ucap Arga sedikit memelas.
"Belajar mencintai loe? Kenapa harus sejauh itu? Belajar buat masa depan aja gue masih remed. Belajar agar menjadi lebih baik buat keluarga dan sahabat gue aja sampai sekarang gue belum bisa. Ar, gue cuman nggak mau merusak masa depan gue dengan yang namanya pacaran. Cukup!
Sekarang loe harus belajar ngelupain gue. Belajar yang bener, berusaha memperbaiki diri untuk saat ini adalah langkah awal yang baik.
Jodoh kan nggak kemana", ucap Wulan yang diakhiri dengan mengangkat kedua alisnya sambil tersenyum.Arga hanya menghela nafas panjang. Diam seribu bahasa. Pandangannya jatuh kebawah. Ia kecewa.
"Kunci kebahagiaan loe ada disini", (Wulan mendekatkan jari telunjuknya ke arah dada Arga, maksudnya adalah hati)
Loe hanya dibutakan dengan merasa bahwa bahagia loe ada di gue. 'Happy is simple', loe yang menciptakannya sendiri. Ajak hati loe untuk menyusuri hidup ini yang jauh lebih menantang. Demi masa depan. Loe akan menemukan cinta yang sebenarnya",
Kata - kata terakhir tadi adalah nasehat bagi Arga,yang mana saat itu Arga mulai mengangkat pandangannya dan menatap Wulan dalam.Wulan pergi. Meninggalkan Arga. Dan Arga hanya bisa menatap Wulan hingga sosok itu menghilang dari pandangannya. Mungkin juga dari hatinya. Ya harus belajar.
"Hem.. dia benar", guman Arga dalam hati. Sambil menyusul ke arah wulan, tapi bukan lagi untuk mengejarnya. melainkan kembali ke kelasnya dan melanjutkan ujian.
Langkahnya sedikit terseok. Baginya mungkin hari ini adalah mimpi buruk. Dan dia harus segera bangun. Walaupun itu tak mudah untuk dilakukan. Kali ini hatinya harus terpatahkan hanya karna seorang wanita.
"Oke Lan, kalau itu mau loe. Gue bakal tunjukin ke loe kalau gue bisa berubah. Tapi jujur dari benak gue yang paling dalam. Terserah sih loe mau benci gue atau nggak. Kalau loe nggak suka, loe boleh sakiti gue. Tapi jangan hati gue.", gumam Arga dalam hati sedikit berseteru dengan fikirannya.
Dua kata yang pasti.
Move on!
Masih setia baca kan? Hehe.. jangan bosan yak. Komen juga gays.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengamat
RandomKisah seorang gadis dengan sejuta ekspetasi dan selalu rindu dengan sosok sang penyemangat. Baginya keluargalah yang utama, tak terlalu suka dengan permainan yang bernama cinta. Tapi selalu rindu akan kasih sayang. Baginya cinta bukanlah hal yan...