03. that xx

2.2K 355 12
                                    

What does that bastard have that I don't? Exactly why can't I have you? That bastard doesn't love you. Until when are you going to cry like a fool?

-

Gue paham waktu dia bilang, "Harusnya dulu gue emang dengerin lo,"

Dia lagi ngomongin pacarnya sendiri, si berengsek yang nggak gue restui dari awal. Kenapa gue nggak merestui? Singkatnya, gue punya banyak teman di fakultas Re dan pacarnya. Dan ya, gue bisa tanya ke banyak teman gue itu mengenai pacarnya Re.

Gue kedengeran nggak asik banget, tapi gue selalu melihat kepribadian orang yang lagi dekat dengan Re. Dan pacarnya ini, nggak tau kenapa gue nggak merestui. Gue benci banget sama dia, dibandingkan mantan Re yang dulu. Gue benci karena Re nggak menjadi dirinya sendiri. Re melupakan dirinya sendiri. Padahal harusnya, kalau lagi jatuh cinta, kita nggak boleh melupakan diri sendiri. Jangan sampai kehilangan diri sendiri.

Sayangnya dengan pacarnya ini, Re melupakan dirinya sendiri.

Atau kalau bahasa zaman sekarang, bucin. Re jadi lebih mementingkan pacarnya daripada dirinya sendiri.

Gue nggak paham kenapa Re bisa begitu cintanya sama pacarnya. Re bahkan menutup mata kalau pacarnya ini udah ada tanda-tanda main api. Gue udah coba minta Re pertegas pacarnya itu, tapi Re selalu bilang, "Dia cuma bahas proker sama temennya itu. Gue percaya."

Hah, proker apa? Program kerja perselingkuhan mungkin iya.

Puncaknya ketika gue lihat sendiri di Gramedia, pacarnya Re lagi ketawa-ketawa lucu sama yang-kata-Re-cuma-temen-lagi-bahas-proker.

Seingat gue, kata Re, pacarnya itu mau survei tempat untuk makrab. Gue tahu karena sebelum ke Gramedia, gue ajak Re buat ikut. Tapi dia nolak dengan alasan, "Abis pulang survei, gue mau jalan,"

Oke, gue percaya. Tapi yang gue lihat saat itu bikin gue marah. Kalau memang dia udah ada janji sama Re, buat apa dia mampir dulu ke tempat lain bareng cuma-temen-lagi-bahas-proker.

Gue curiga, iya.

Gue suudzon, iya.

Gue negative thinking, iya.

Gimana gue nggak curiga, soalnya pacar Re itu selain ketawa-ketawa lucu, dia juga perlakuannya beda. Ya, intinya gue nggak terima kalau pacar Re malah asik sendiri sama orang lain, sementara Re lagi nunggu pacarnya itu pulang dari survei.

"Dari dulu juga udah gue bilangin," kata gue setelah Re selesai bercerita kronologis kenapa dia berakhir nangis di depan apartemen gue. "Orang yang jatuh cinta kan salah satu orang yang susah dinasihatin."

Re ketawa hambar. "Buta juga iya,"

Gue tersenyum. "Love is blind, ya?"

"By the way, Bay," Re mengubah posisi duduk untuk lebih melihat gue. "Maaf ya, gue ganggu malem-malem,"

Gue mengangguk, kemudian mengacak pelan rambutnya. "Santai,"

Re tersenyum. "Makasih ya, Bay,"

"Anytime," sahut gue. "Mau pulang sekarang? Gue anter kalau mau pulang,"

Re mengangguk. "Boleh."

———

A/N: bentar, bentar, saya ketawa dulu. Hahahahaha. Si Bayu nggak ngaca anjir. Dia bilang Re bucin, padahal dia sendiri juga bucin.

Dia nggak terima pacarnya Re ketawa-ketawa lucu sama temennya, sementara dia sendiri sama Re juga ketawa-ketawa lucu bahkan skinship di saat status mereka cuma temen! Kan aneh!!!

Dia nggak terima pacarnya Re ketawa-ketawa lucu sama temennya, sementara dia sendiri sama Re juga ketawa-ketawa lucu bahkan skinship di saat status mereka cuma temen! Kan aneh!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dasar Bayu, jangan ketawa lu!!

Hurt RoadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang