Teman Baru?

2.2K 87 0
                                    

VOTE!!

“eh enak aja Nicole mah maunya ama gw bukan ama lo. Lagian kalo dia gak mau gue bakal tetep kejar karena tugas cowo itu mengejar bukan cewe yang ngejar kalo cewe yang ngejar namanya murahan” ucap Dandi. Tetapi ucapan Dnadi membuat perempuan di sebelah Nicole berhenti memakan makananya

***

Dimas menyadari  perubahan suasana dari Arra dia pun menyenggol tangan Dnadi dan mengodein Dandi untuk berhenti berbicara

Arra kini berhenti makan karena mendengar ucapan yang diucap oleh Dandi. Dia jadi ingak kejadian tadi pagi

“LAGIAN KUARDAT PEREMPUAN ITU BUKAN MENGEJAR TAPI DIKEJAR. DASAR CEWEK MURAHAN GAK PUNYA MALU!!”

Kata-kata itu terngiang dipikiran Arra. Rasanya ia ingin meneteskan air matanya kembali. Tangan Arra gemetar menahan tangis

Dandi yang sadar atas kodean Dimas kini menengk ke arah Arra. Dia tidak sengaja mengucapkan kalimat tersebut, Dandi merasa tidak enak kepada Arra.

Devan yang menyadari perubahan Arra dia langsung menatap ke Arra Dandi.

“so-sory gue gak ber—“ ucapa Dandi terpotong karena Arra kini berdiri kemudia berlari meninggalkan kantin.

“Lo bodoh dan”  Nicole berdiri kemudian pergi menyusul Arra

“maap gue salah ngomong tadi” sesal Dandi

“makanya kalo ngomong di pikir dulu” ucap Dimas

“maap namanya juga kelepasan” setalah Dnadi mengucap itu Devan berdiri danpergi dari kantin

Tak lama Devan ikut berdiri “lo mau kemana dev?”
Ucapan Dimas tak di hiraukan Devan.  Devan pun pergi dat=ri kantin

DITEMPAT ARRA

Arra berlari menjauh dari kantin. Kini ia sedang berada di taman belakang sekolah. Arra duduk di salah satu bangku taman disana. Ia kini sedang mengis mengingat kejadian tadi pagi. Sungguh kejadian tadi pagi itu sangat kelewatan

“lo kenapa?” tanya seseorang di samping bangku Arra

Arra mengabai kan suara itu dia masih saja menunduk  menangis

“lo nangis? Kenapaa? Gak bagus cewe nangis sendrian disini nanti kemasukan lo”

Arra mengangkat wajahnya dan menatap mematikan ke pria itu. “ bukan urusan kamu!”

“eh-ehh galak banget sihh lo, santai aja napa” ucap pria itu kemudian duduk disebelah Arra

“ngapain kamu?” Aarra menghapus air matanya 

“duduk lah gak liat? Aturan gue yang nanya ngapain lo nangis disini sendirian. Ampe gue kirain tadi lo itu dedemit ihh” ujar pria itu sambil bergidig ngeri

“apaan sihh gak jelasss. Arra bukan dedemit!!!” ujar Arra sambil memukul pria itu bertubi -tubi

“eh-ehh iya iya maap. Kan tadi gue kira kirainn. Oiya kenalin gue Aditya Dwi Prakoso panggil aja adit lo siapa?”

“Arrabella Putri apanggil aja Arra. Kamu anak baru? Arra gak pernah liat kamu”

“eh- iyya gue anak baru. Tadi mau masuk kelas tapi gak tau kelasnya yang mana. Kan gurunya pada rapat ampe istirahat”

“kenapa gak masuk aja ke dalam kantornya?”

“gak enak lahhh nanti ngancurin rapat malahan. Gimana sih neng ini” ucap Adit sambil menyubit pipi kanan Arra

“ihhh adwittt swakittt” ucap Arra tak jelas karena pipinya masih di cubit Adit

“apaa? Gw gak denger? Kalo ngomong yang bener” ledek Adit sambil masih menyubit pipi Arra tapi kini kedua pipi Arra yang dia cubit

“Adwitt lepwashh swakitt” Arra memukul-pukul tangan Adit. Adit pun melepas cubitannya

“ADITTT!! sakit  tauuu.-“ ujar Arra sambil mengelus kedua pipinya

“hehe maaf maaf, sakit yaaa uuuhh kaciannn” ujar Adit sambil mengelus pipi Arra pelan

“masih sakit gak?”  Adit menurunkan tangannya yang di pipi Arra

“udah mendingan. Lagiann Adit gapain sih nyubit pipi Arra?! Nanti tambah lebar gimana?” ucap Arra sambil masih memegang kedua pipinya

“gak papa kan cewe chaby itu lucu, kayak lo gemesin”

“ihh apaan sih Adit gak jelas banget!!” Arra memukuli tangan Adit

“awh, udah-udah yang penting lo gak nangis lagi” ucap Adit, Arra yang mendengar omongan adit kini termenung lagi

“kok malah cemberut lagi. Senyum donggg jangan cemberut jelek kaya barongsai”

“ihhh Aditt apaan sihhhh” ucap Arra kemudian tersenyum

“nah gitu dong senyum, jangan cemberut lagi” ucap Adit sambil menyentuh pipi sebelah kanan Arra. Arra pun tersenyum lebih lebar

Tanpa mereka ketahui ada seorang yang merhatiin mereka dari kejauhan sejak tadi. Ia menahan amarah ketika melihat mereka berdua. Tangannya menggepal kuat sampai jari-jari tangannya memutih.

Ia tak suka melihat gadisnya di sentuh pria lain. Gadisnya? Bukankah dia yang membuat gadis itu menjauh karnanya? ya yang memerhatikan mereka adalah Devan.

Devan tak kuat lagi melihat itu semua kini dia pergi dari tempat itu dengan amarah yang sangat tinggi.

Devan PoV

“lo mau kemana dev?” ucapan Dimas ia abaikan karena satu-satunya yang ada dipikirannya adalah ingin menemui Arra

Ia mencari kekeliling sekolah mulai dari kelas, kamar mandi, lab, dan uks tetapi tak ada keberadaan Arra disana. Ia pun berlari menuju taman belakang sekolah. Dan ternyata benar ada Arra disana sedang duduk sendiri di kursi taman tersebut

Ia baru saja ingin menghampirinya tetapi niatnya tertahan ketika melihat seorang pria yang menghampiri Arra dan kemudian duduk disebelahnya. Tangannya terkepal melihat kejadian itu

Kejadian dimana pria itu mengajak berbicaranya, duduk disampingnya dan yang paling ia tidak suka ketika pria itu menyubit dan tertawa bersama gadisnya. Hello gadisnya? Bukankah karnanya gadis itu membencinya?.

Devan ingin sekali memukul wajah pria itu tetapi ia tahan. Iapun pergi meninggalkan taman tersebut dengan tangan yang masih terkepal dan amarah yang tinggi.

Devan kembali kekelasnya dan disambut oleh kedua sahabatnya tetapi ia tak peduli Devan langsung duduk di bangkunya. “ lo kenapa dev?” tanya Dandi. Tetapi diabaikan oleh Devan. Devan lebih memilih tertidur untuk melupakan kejadian ditaman tadi.

Kedua sahabatnya bingung dengan kelakuan Devan. “dia kenapa?” tanya Dimas

“entah kerasukan kali” ujar Dandi asal

“iya kali ya” Dimas ngangguk setuju. Dimas baru ingin menghampiri Devan tetapi di tahan Dandi “jangan di ganggu dulu, diemin aja” ujar Dandi. Dimas memblasnya dnegan anggukann. Mereka pun kembali berbicara berdua entah apa yang mereka berdua bicarakan.

Devan PoV end



Lanjut? VOTE!!

DEVANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang