Sembilan

2K 77 1
                                    

Deg! Jantung Davina seakan berhenti. Ia baru saja merelakan sesuatu yang sedari dulu tidak bisa ia relakan. Dan sekarang, ia harus belajar menerima sesuatu yang pahit lagi?

Dunia seakan membenci Davina. Semuanya seakan tak ingin ada dipihaknya. Hilang sudah harapannya untuk kembali menjadi Davina seperti semula.

"Mama becandanya nggak lucu" ucap Davina dengan linangan air mata yang hendak tumpah dan kemudian pergi menuju kamarnya

"Davina!" Teriak mamanya

Davina membenamkan wajahnya di bawah bantal. Kacau! Dunianya benar-benar kacau. Belum genap sehari ia belajar merelakan, kini ia harus merelakan lagi.

"Aaaaaaaarrrrrgghhhh!" Teriak Davina setengah menangis. "Nggak adil!" Lanjutnya dengan berteriak

"Davina? Nak?" Teriak mama Davina dari luar kamar Davina. "Mama nggak bermaksud pisahin kamu sama kakakmu sayang, bukain pintunya sayang" lanjut mama Davina

Davina tak berkutik. Ia hanya bisa manangis. Ia merutuki kebodohannya yang mencoba berubah. 'Bodoh' kata itu ia gambarkan untuk dirinya sendiri. Ia menarik kembali perkataannya.

Selang beberapa menit, kakak Davina datang dan mengetuk pintu kamar Davina. Ia terburu-buru karena mendapat kabar dari mamanya.

"Dek bukain pintunya" ucap Bryan dari balik pintu kamar Davina

"Apa?! Abang mau jelasin kalo abang mau pergi juga? Davina udah tau bang" ucap Davina setengah menangis

"Dek bukain dulu pintunya" rayu Bryan dari balik pintu kamar Davina

Davina tak ingin berbicara. Ia malas dengan apapun dan siapapun. Ia memilih untuk memejamkan matanya berharap semuanya akan hilang saat matanya kembali terbuka.

***

Cahaya matari yang memancar membuat Davina terbangun dari tidurnya. Sepertinya ia lupa menutup jendela. Kemudian Davina bergegas menuju kamar mandi.

Setelah siap Davina berjalan keluar untuk berangkat ke sekolah. Ia membawa mobil sendiri hari ini.

"Wiisss adeknya abang udah cakep aja pagi-pagi, mau berangkat sekarang?" Tanya Bryan

Davina memutar bola mata malas. Ia tak ingin meladeni pertanyaan siapapun disini. Davina menyambar kunci mobilnya dan segera berangkat menuju sekolahnya.

Ketika sampi di sekolah, Davina melihat Manuel yang sedang duduk dengan wanita hanya berdua. Manuel terlihat sedang merangkul wanita itu. Davina melihat dengan tatapan jengah, dan berjalan menuju kelasnya.

"Loh Dav? Kok datar lagi sih? Katanya berubah?" Tanya Lea

Davina memilih diam tanpa menjawab apapun.

"ASSALAMUALAIKUM EVERYBODY" teriak Belinda ketika masuk ke dalam kelas.

Pleetaak!

"Auuuh Syakila, sakit Belindanya" ucap Belinda dengan bibir sedikit dimanyunkan

"Berisik!" Ucap Davina kemudian memilih pergi

"Lea, si Davina kenapa?" Tanya Syakila kepada Lea

"Nggak tau, mulai dateng kek gitu" ucap Lea sambil mengangkat bahu

Davina memilih pergi ke perpustakaan. Karena menurutnya di sana adalah tempat paling nyaman dan paling sunyi. Davina membenamkan wajahnya diatas lipatan tangannya untuk tertidur sebentar.

The Most Wanted Vs Ice Girl [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang