Duapuluhdua

1.5K 65 5
                                    

"Woi buru elah, lari!" Teriak Syakila dari kejauhan.

"Gila apa?! Capek anjir!" Keluh Belinda.

"Gila ada orang gila!" Teriak Davina kemudian berlari dan diikuti oleh semuanya.

Mereka berhasil lolos dari kejaran orang gila dan sampai di sekolah.

"Lagian ngapain si itu mobil pake mogok segala, untung aja kita ga telat" keluh Belinda dengan masih mengatur nafas.

"Ya mana gue" sahut Syakila.

Mereka berjalan menuju kelas masih dengan nafas yang tidak teratur.

"Lea mana?" Tanya Davina ketika sudah berada di dalam kelas.

"Ngurus pindahan"

"Pindah sekarang? Katanya 2 hari lagi, berarti besok kan?"

"Kayaknya sih sekarang"

"Gila mesti cabut nih, ayok!"

"Ha? Kalian mau bolos? Belinda ga ikutan ya. Belinda ga mau ada huruf A di rapot Belinda nantinya"

"Satu A ga akan ngerubah takdir lo, buruan!" Ucap Davina kemudian berjalan mendahului sambil menggendong tas ransel miliknya.

Belinda pasrah dan membuntuti Davina, begitu juga yang lainnya.

Davina berhenti tidak jauh dari gerbang utama sekolah. Tidak ada guru piket, yang ada hanya satpam sekolah.

Davina merencanakan sesuatu dengan berbisik kepada teman-temannya. Kemudian melancarkan aksinya.

Belinda berjalan menuju gerbang utama, kemudian pura-pura pingsan. Disusul Rosa yang datang dengan raut wajah cemas.

Satpam yang melihat kejadian itu langsung menghampiri Belinda dan Rosa.

Syakila mencoba mengambil kunci gerbang yang ada di ruang satpam. Sementara Davina berjalan santai menuju ruang satpam.

Davina menaikkan satu alisnya, dan mendapat jawaban dari Rosa "Belinda pingsan tadi, bantuin dong Dav".

"Ya udah kita pinggirin dulu deh. Pak satpam di panggil guru bp" ucap Davina.

"Saya? Ini gimana neng? Dibawa di uks aja ya? Ayok bapak anterin" tawar pak satpam.

"Udah ga usah, bapak kesana aja nanti dimarahin guru bp gimana?"

Pak satpam mengangguk kemudian minta maaf dan berlalu. Setelah dirasa aman, Belinda bangun. Syakila mengangkat tangannya kemudian membuka gerbang dan kabur menggunakan mobil Syakila yang sudah diperbaiki.

Bebas!

"Gimana akting gue?" Tanya Belinda ketika di dalam mobil.

"Parah keren Bel, besok ikut casting film aja" jawab Rosa yang membuat Belinda terbang.

Mereka melaju menuju rumah Alea.

"Lo yakin Dav kalau Lea kesini dulu?"  Tanya Syakila ketika sudah memarkirkan mobilnya di depan rumah Alea.

"Ya iya Kil, lo pikir Lea ga makan dulu, ga ambil koper dulu sebelum naik pesawat?" Sahut Belinda polos.

Pletaak!

"Au sshh!" Ringis Belinda ketika mendapat jitakan dari Syakila.

"Gue juga tau keles. Tapi kali aja dia makan di luar, kopernya udah dibawa. Mikir elah" kesal Syakila.

"Udah syuut!" Lerai Rosa.

"Nah tuh datang mobilnya, diem" Davina angkat suara.

Mereka kemudian memperhatikan mobil yang dimaksud oleh Davina. Dan benar saja, Alea yang keluar dari mobil tersebut.

"Apa kata gue" Davina membanggakan diri.

"Syuut!" Sahut mereka kecuali Davina.

"Bangke" umpat Davina.

---

"Le!" Teriak Davina dkk ketika sampai di Bandara.

Alea refleks menoleh ke asal suara dan mendapati sahabatnya tengah berlari ke arahnya masih dengan seragam sekolahnya.

"Kalian bolos?" Tanya Alea.

"Demi lo, gue rela pura pura pingsan di depan satpam sekolah" jelas Belinda.

"Katanya besok? Kok sekarang?" Tanya Davina.

"Jadwal keberangkatan diajukan, jadinya ya sekarang" jelas Alea.

Mereka kemudian mengobrol sambil sesekali mengingat kejadian kejadian ketika mereka masih bersama.

"Kemarin bang Bryan, sekarang Alea. Besok siapa lagi Tuhan? Kejutan lagi?" Batin Davina.

---

Davina berjalan gontai menuju kamarnya. Kejadian demi kejadian seolah menjadi kejutan. Kehilangan seolah tak ingin tanggal.

Davina menghempaskan tubuhnya di kasur, membiarkan matanya terpejam. Ucapan Alea masih terngiang di ingatannya.

"Lo ga boleh bilang kalau Tuhan ga adil dengan cara menghilangkan orang orang yang kita sayang. Lo harus bilang bahwa Tuhan itu adil, dengan caranya yang akan menggantikan kehilangan dengan kebahagiaan"

Alea benar. Kehilangan akan digantikan dengan kebahagiaan. Kapan? Tuhan sudah rencanakan.

Davina bangkit dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah selesai Davina berdiri di depan cermin. Davina melihat jam yang menunjukkan pukul 10. Seharusnya Ia masih berada di sekolah.

Davina berjalan menuju meja belajarnya dan menyalakan laptop untuk menonton film. Samar samar Ia mendengar suara pertengkaran.

"Apa sih? Apa yang kamu mau? Aku sudah berusaha untuk baik di depan kamu dan anak kita. Masih kurang? Seharusnya kamu bersyukur aku masih bisa bersikap adil"

Davina berusaha mempertajam pendengarannya.

"Dimana mana yang namanya madu tidak akan adil mas!"

"Madu? Madu lebah?" Tanya Davina pada dirinya sendiri.

"Jadi sejak kapan kamu selingkuh? Jawab! Kamu inget kalau ada Bryan dan Davina? Dimana hati kamu?!"

Davina mengerti ini. Papa yang selama ini Ia banggakan, ternyata adalah pengkhianat.

Davina menangis. Secepat ini kejutan yang diberikan? Davina tidak mengerti kenapa Tuhan lebih senang memberi cobaan kepada orang orang yang lemah sepertinya.

Davina berjalan menuju tempat tidur dan menghempaskan tubuhnya. Membiarkan matanya terpejam. Berharap lupa akan hal ini ketika terbangun.











Hai:)
Sebelumnya aku ngucapin minta maaf nih karena lama banget upnya. Tapi hari ini aku up. Dan maaf lagi karena dikit banget.

Aku mau ngucapin Happy New Year, semoga aku ga lama lagi upnya wkwk.

Buat kalian yang masih nungguin cerita ini, diucapkan banyak banget terima kasih. Tetep dukung terus ya rek, vote dan komen dari kalian bikin semangat buat up ada lagi.

Oke, see you on the next chapter:)

The Most Wanted Vs Ice Girl [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang