Tawan tersenyum seketika saat matanya menangkap sosok putih di ujung koridor tengah menjepret langit sore.
Tanpa tahu malu tentunya; tipikal Tawan. Ia mendekat dengan senyuman lebar yang entah bagaimana cara menghilangkannya.
"Hi, gula"
Anak itu menoleh, sedikit terkejut. Lalu kembali sibuk dengan langit yang jauh lebih indah ketimbang kehadiran sosok konyol ini.
"New"
Anak itu kembali menoleh dengan wajah yang terkejut.
"Kakak, tau nama gue?"
Tawan terkekeh "Taulah!"
"Trus kenapa manggil Gula terus?" New sedikit kesal atas panggilan Tawan.
"Biar spesial, pake telur dua. Hehe"
New memasukkan handphone-nya ke dalam saku. Lalu menghadap tawan
"Gini ya kak, gue ga masalah sebetulnya kalau kakak mau berteman. Yang ga gue suka itu cara kakak; manggil gue gula dan sebagainya"
Tawan diam memperhatikan, dia malah salah fokus; memperhatikan bibir New yang berwarna merah--
"Kak!"
Tawan mengerjap "Ya? hehe"
"Terus yang di kelas tadi pagi, please kak, anak anak jadi ledekin gue terus"
"Ledekin kenapa tuh?"
"Kak!" New merengek, Tawan kelabakan tak sanggup menerima kelucuan yang New tunjukkan barusan.
"Kak, denger gue ga si?!"
"Iya dek denger, yauda ayo makan. Kakak yang jajanin"
New terbengong lucu dengan tangan yang ditarik oleh Tawan.