New tidak tau sejak kapan rutinitas Tawan menjemputnya kala pagi bisa menjadi hal yang normal sekarang.
Seperti biasa, Tawan sudah nangkring di depan pagar rumahnya dengan motor matic andalan.
"Pagi Mas"
ah ya panggilan itu...
"sia! Masih pagi dek, ga lucu kalo tegang tiba-tiba" Gerutu Tawan
New menghentikan langkahnya, ia tengah menahan rasa kesal. Rasanya ingin melempar tempat makan yang ia genggam ke wajah idiot milik Tawan.
"Hehe" Tawan nyengir; tipikal.
"Cuci motor lo kenapa sih Mas, butut banget gitu" Ucap New sudah siap di jok belakang
"Ga mau"
"Kenapa"
"Nanti bekas lo kecuci"
New memutar mata malas.
"Pegangan dek, nanti jatoh"
lalu New menoyor kepala Tawan "Fokus aja nyetir"
"Galak banget sih calonnya Mas"
New diam, memilih untuk bodo amat.
"Oiya, soal Joss yang minta nomor lo dia maksa banget"
Tawan diam tak menjawab.
"Kayaknya dia beneran suka sama lo Mas"
Tawan masih diam.
"Aneh, apa yang dia liat dari lo ya"
Tawan tetap diam.
"Jawab gue woy! Diem aja"
Tawan keheranan, tadi nyuruh fokus nyetir, giliran diem diomelin.
"Tadi lo nguruh gue diem"
New ingin menjambak rambut Tawan.
Entah karena kesal Tawan begitu bodoh atau soal Joss.
Kepala New mendekat ke arah kiri kepala Tawan.
"Kalo dia nembak lo gimana Mas?" Cicit New pelan.
Tawan merinding. Anjir dah...
"Ga gimana gimana, hak dia"
New mengangguk.
Lalu keduanya diam
"Tapi gue ga suka Mas" Jawab New lirih.
Tawan berkedip, tapi memilih untuk tidak menjawab.
"Udah sampe dek"New turun lalu melepas helm. Menunggu Tawan memarkirkan motor.
"Duluan aja dek, gue mau sebat dulu ke belakang"New diam memandang Tawan dengan ekspresi yang tidak terbaca. Lalu ia menahan lengan Tawan yang melewatinya.
"Jangan ngerokok, gue ga suka"
Tawan menghela napas, ia lepas cekalan New. Lalu menendang batu kecil di parkiran.
"Gue lagi pusing. Jangan ganggu dulu. Nanti kalo gue bisa kontrol diri, gue samperin lu lagi" Tawan tersenyum lalu mengacak surai New.a/n: kata siapa lancar jaya? ada krikil enak kali ya?