Lusa lalu, saat sifat Tawan tiba-tiba berubah New jadi uring-uringan. Tawan masih menjemputnya sih, tapi anak itu hanya akan diam tutup mulut hingga tiba di sekolah.
Mulut New sudah gatal ingin bertanya, tapi tiap kali liat wajah Tawan nyalinya langsung menciut.
New bingung, kenapa tiba-tiba anak itu menjadi diam.
Apa Tawan marah?
Tapi, kenapa?Sudah 2 hari ini New makan sendirian, biasanya ada Tawan yang akan menggangu dan menghabiskan bekal dari bunda.
Memikirkan Tawan saja, New jadi kesal sendiri.
Lantas, apa yang musti dia lakukan sekarang?
omong-omong, New bolos mata pelajaran bahasa inggris.
Telepon genggamnya terus-terusn bergetar, berisi pesan milik Kay yang bertanya ke mana New sekarang.
Tapi, kenapa akhir-akhir ini sepertinya Kay agak aneh ya? Dia memaksa ingin tau ke manapun New pergi.
Tidak mau ambil pusing soal urusan Kay, New sekarang berjalan ke belakang sekolah. Ia ingin melihat kolam ikan lele di sana.
Lumayan ngilangin penat.
Saat tiba di sana, mata New menangkap sosok yang tengah membuatnya pusing sedang menghisap rokok yang sudah setengah.
Tangan New mengepal.
Ia benci melihat Tawan merokok.
Lalu, kakinya ia bawa mendekat dah mengambil rokok Tawan secara paksa.
Tawan menoleh, sedikit kaget melihat kehadiran New."Apaan sih New, balikin!"
Tangan kiri New yang tidak memegang rokok, mengepal. "Udah berapa kali gue bilang, jangan ngerokok!"
Tawan mendengus "Balikin sini"
"Ga"
"Anjing! gih isep sama lo. Ga butuh lagi gue" Tawan berkata dengan kesal.
"Oke"
New hisap rokok itu, seperti apa yang Tawan katakan. Tak lama, ia terbatuk dengan kencang lalu membuang rokok itu sembarang.
Tawan panik, lantas memberikan air mineral yang sempat ia bawa tadi.
"Dek, lo gapapa? shit"Tak lama, batuk New terhenti. Wajah New memerah total karena terbatuk. Matanya berkaca-kaca menahan sakit di tenggorokkannya.
"Lo, apansi New!"
New menahan tangisnya.
"Gue- uhuk ga suka kalo lo ngerokok gini"
Tawan mengacak rambutnya kesal. Lalu ia bawa New kedalam pelukannya
"Sori, sori sori"New menggeleng dalam pelukan Tawan.
"Jangan diemin gue lagi Mas, sakit banget, gue ga suka"
Tawab menutup matanya "Sori"
"Jangan sori sori mulu!" New melepaskan pelukan itu.
"Ya trus gue harus apa?"
"Emang anjing lo, tau ga?"
Tawan mengacak rambutnya lagi.
"Lo kenapa sih New?"
"Lo yang kenapa!"
New menangis sekarang. Tawan tersentak, ia mendekat guna menghapus air mata New.
"Jangan nangis"New menghempas elusan Tawan.
"Jawab pertanyaan gue, lo kenapa dua hari ini?""Ga kenapa-kenapa"
"Jawab Mas!"
"Serius gue ga kenapa napa New"
"Lo, manggil gue New"
"Itu kan emang nama lo"
"Tapi gue ga suka!"
Tawan diam. Ia tatap New dengan pandangan lurus.
"Semua ga lo suka. Gue manggil lo New, ga suka. Ada orang yang suka sama gue, lo ga suka. Gue ngerokok, lo ga suka. Gue ngejauh, lo ga suka"Tawan berhenti sejenak.
"Lo kenapa ga suka?"New bingung.
"Ga bisa jawab kan? Gue tu kadang mikir, apa selama ini gue sebercanda itu di mata lo?"
New masih diam sambil menghentikan tangisnya.
"Gue, kadang gue ngerasa aja kalo semua ini sia-sia"
Tawan menarik napas "Gue juga bisa cape New. Beri gue kepastian, jangan apa apa lo ngga suka. Gue aja bingung kenapa lo ngga suka"
Tawan tersenyum "Kalo emang selama ini yang gue lakuin gada artinya buat lo, tolong kasih gue waktu biar gue selesein rasa ini. Sori kalo selama ini gue cuma ganggu lo"
Tawan mengacak surai New lembut.
"Masalah kenapa gue diem tiba-tiba, ya karena ini. Lo selalu ga suka siapapun ada yang deketin gue, bertingkah kalo gue punya lo tapi nyatanya bahkan lo bodo amat sama perasaan gue""Makasi New, gue ngerti sekarang. Jalan bareng, ngabisin waktu bareng, ketawa bareng bukan berarti lo bakal jadi milik gue"
Tawan berbalik berjalan menjauhi New.