Bahumu aku pinjam

1 0 0
                                    


Akhirnya Rain dan Galang beneran mendaftar jadi anggota Mapala di kampusku. Padahal disana aku juga tidak terlalu aktif. Hanya sesekali jika ada waktu aku ikut kegiatan.

Bahkan saat mereka diksar, aku cuma sekali muncul dan menyaksikan tubuh mereka penuh lumpur karena diharuskan menyeberangi kubangan dengan bantuan seutas tali yang disangkutkan diantara dua pohon besar berseberangan.

Rain dan Galang tersenyum lebar melihatku dan Loly saat itu. Tapi mereka langsung di hardik oleh kak Bayu panitia diksar.

Acara pelantikan akan dilakukan disebuah kawasan pendakian terletak lumayan jauh dari kota. Berada di sebuah kabupaten yang terkenal dengan sayur-sayuran segarnya.

Aku dan Loly yang memang anggota Mapala, memutuskan untuk ikut meramaikan mendampingi panitia diksar kesana.

Dua hari di "lapangan", diatas bukit. Istilah untuk kawasan yang dipakai diksar. Aku merasakan Rain seperti sangat berusaha untuk maksimal. Dia tampak serius, sifat kekonyolannya buyar entah kemana. Dia ikuti setiap perintah dan hukuman yang bertujuan untuk meningkatkan mental para calon anggota (CA).

Hingga tiba saatnya pelantikan. Para CA kini akan dilantik menjadi anggota mapala kampus. Dini hari para CA digiring dengan mata tertutup menuju area puncak bukit dikawal ketat sebagian besar panitia, termasuk aku dan Loly.

Sungguh berat buat mereka mendaki bukit berbatu dengan mata tertutup, tapi sebenarnya justru panitialah yang harus berjibaku membimbing langkah anggota agar tidak terjatuh, ada yang memegang senter, petromak, carrier berisi obat-obatan dan air minum juga peralatan pelantikan, memastikan semua selamat sampai ke puncak meski hawa dingin menusuk tulang dan mata tetap awas berjaga-jaga dalam kondisi letih dan kurang tidur.

Tapi justru disinilah tantangannya. Semua akan terbayar indah saat kita sudah berada dipuncak. Pemandangan menunggu matahari terbit dengan warna keemasannya dari balik awan, udara segar perbukitan, hamparan rumah, sawah dan hutan dari atas sangat eksotik. Tak kan terbayar dengan uang!

Syukurlah kami semua akhirnya tiba diatas bukit berbatu terjal. Para peserta di bimbing ketempat yang aman dan sedikit datar. Mereka diberi pengarahan sebelum akhirnya penutup mata mereka dibuka.

Sorak sorai, tangis bahagia dan haru berpendar di seantero puncak. Mereka tidak menduga kalau sudah berada diatas ketinggian sekarang. Bersamaan dengan munculnya sang Mentari diatas cakrawala memunculkan warna jingganya. Semua menangis bahagia. Pelantikan tidak memakan waktu lama, karena kami semua pecah dengan bersalaman, berpelukan antara panitia dan CA.

"Mulai sekarang, kalian resmi menjadi anggota Mapala ... !" Teriak kak Rahman ketua Mapala sambil memasangkan scarf keanggotaan berwarna jingga menggantikan scarf CA yang berwarna merah pada ketua CA sebagai simbol mereka semua lulus.

Semua kembali berteriak bahagia. Kami membaur dalam keakraban. Tidak ada lagi batas antara CA dan panitia. Setelah puas berswaka foto dan beristirahat. Beramai-ramai kami turun kembali ke basecamp di kaki bukit yang dijaga oleh beberapa panitia yang bertugas.

Di basecamp kami merayakannya dengan memasak indomie rebus, kopi dan teh juga sedikit camilan sisa camping dua hari ini.

Mengelilingi api sisa masak memasak, kami menikmati hidangan sederhana itu dengan bercengkrama bebas dan akrab.

Sebagian ada yang sudah berlari kearah telaga kecil dimana ada air terjun yang mengalir sejuk dari celah-celah batu diatas bukit tak jauh dari tempat kami camping.
Membasuh tubuh dengan air segar dan sejuk. Sebagian ada yang mulai berkemas karena menjelang siang bis akan datang menjemput kami di selter pertama dekat jalan besar untuk mengantar kami kembali ke kampus lalu pulang kerumah masing-masing. Untuk siap kuliah kembali senin, lusa nanti.

DIA YANG PERNAH ADATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang