Curiga

7.8K 765 199
                                    

Wanita berrambut panjang itu tersenyum lebar sambil membuka pagar tinggi berwarna hitam yang menghadang dirinya dan seseorang laki-laki berbadan tegap. Laki-laki itu membalas senyumnya manis, lalu mengacak lembut rambut perempuannya.
Mereka masuk dengan perasaan bahagia dan saling bergandengan. Di dalam rumah itu hanya mereka berdua, karna memang tak ada siap-siapa.

"Kamu udah dua hari loh gak kesini,"keluh perempuan tersebut sambil memasang ekspresi masam.
Laki-laki di samping terkekeh,"jangan ngambek dong sayang, aku kan banyak kerjaan,"jawabnya sambil mengelus pipi perempuan yang berhasil membuatnya bahagia.
Entah apa sisi menarik dari perempuan di sampingnya ini, yang jelas sejak kejadian kecelakaan dua bulan yang lalu Azzam hampir gila dibuatnya. Azzam tak kuat berpisah lama-lama dengannya, setiap hari terbayang-bayang wajahnya.  Apalagi senyum manis itu, ahhh! Azzam hampir benar-benar gila.

"Iya deh, terus perempuan bercadar itu gimana?,"tanya nya tiba-tiba.

Azzam langsung merengut,"ah ribet! Aku udah gak betah dirumah itu bersama dia, mending disini bareng Ariani,"cicit Azzam sambil mengelus kembali rambut panjang perempuan yang dia panggil Ariani itu.

Ariani terkekeh pelan,"kamu jago banget ya buat aku gak bete lagi,"ujarnya sambil mengulas senyum malu.

Ariani memeluk lengan Azzam manjah, dia terus saja ingin bermanja-manja bersama Azzam sampai kapan pun dan apapun rintangannya. Dia tidak akan membiarkan Azzam pergi dari hidupnya, karna menurutnya Azzam adalah miliknya, tak boleh di miliki oleh siapapun!
Ariani akui bahwa dia sudah terpanah kepada Azzam sejak satu tahun yang lalu, semenjak pertemuan tak sengaja mereka di kapal pesiar waktu itu.
Tapi Ariani sempat kecewa saat melihat Azzam pergi kesana dengan seorang perempuan yang ternyata istrinya.
Ariani mengikuti mereka, mencari tau tentang mereka dan sampai lah akhirnya Ariani menyelamatkan Azzam dari kecelakaan mobil yang Ariani buat sendiri.
Ya anggap saja Ariani ini perempuan yang sangat jahat karena nekat melakukan ini semua. Tapi bukankah orang jahat mempunyai alasan untuk berlaku jahat? Ya! Alasan Ariani simple, dia melakukan itu semua karna dia mencintai Azzam.

"Aku lapar nih,"keluh Azzam tiba-tiba.

Ariani mengangkat kepalanya dari dada bidang Azzam,"oh ya aku lupa! Aku udah masakin kamu loh mas,"sorak Ariani dengan hebonya.

Ariani langsung menarik tangan Azzam menuju meja makan,"ayok makan!,"ajak Ariani sambil menuangkan nasi ke piring Azzam.

Azzam mengangguk sambil tersenyum,"pasti enak,"puji Azzam tak kalah hebo.

"Iya dong, siapa dulu yang masak,"ujar Ariani dengan nada yang sedikit sombong.

Azzam mendengus,"dasar ya! Di puji sedikit sudah sombong,"ucap Azzam sambil mencoel hidung Ariani.

Ariani hanya terkekeh, dia terlalu fokus untuk menghidangkan makanan enak untuk Azzam. Untung saja dia sudah order makanan pagi tadi, karna sejati nya Ariani tak akan mampu memasak makanan sebanyak ini, apalagi dengan porsi yang banyak.
Maklum dia hanya tinggal sendiri, jadi jika makan bisa dimana saja, fikirnya.

"Ini kamu yang masak bener?,"tanya Azzam saat sudah memasukkan satu suap nasi ke mulutnya.

Ariani mengangguk,"iya dong! Spesial untuk mas Azzam,"jawab Ariani sambil terkekeh.

"Ini enak banget! Gak kalah enak sama masakan Yasmin,"ujar Azzam.

Uhukk uhukk!!!

Ariani tiba-tiba saja tersedak dan Azzam pun dengan sigap memberikannya minum.

"Kamu kenapa sayang?,"tanya Azzam panik.

Ariani mengelus dadanya,"kamu masih nanya?! Ngapain kamu muji-muji dia didepan aku!,"bentak Ariani penuh amarah.

Azzam memasang ekspresi bersalahnya, seharunya dia tidak berbicara seperi itu, lagi pula kenapa dia bisa berbicara seperti itu! Kata-kata nya barusan sangat spontan.

"Maaf Ariani, aku benar-benar tidak sengaja,"keluh Azzam lembut.

Ariani membuang mukanya,"aku gak suka ya mas kamu muji-muji dia,"ujar Ariani tajam.

Azzam berjongkok didepan Ariani,"iya, maafkan aku. Aku janji gak akan ngulangin kesalahan kayak tadi,"Azzam berucap sungguh.

Ariani menatap Azzam,"kamu gak cinta dia lagi kan?!,"tanya Ariani memastikan.

Azzam terperanjat, apa yang harus dia jawab, kalau masalah itu Azzam belum menemukan jawabannya.

"Mas jawab dong!,"pekik Ariani yang marah.

Azzam mengangguk,"cuma kamu yang aku cinta,"jawab Azzam.

Ariani tersenyum,"bagus,"gumamnya.

"Ayok makan lagi,"ajak Ariani lagi sambil tersenyum.

Azzam mengangguk kemudian berdiri dari posisinya tadi.
Perasaannya bercampur aduk sekarang, kenapa saat Ariani menanyakan hal itu Azzam samgat berat menjawabnya, hati Azzam terasa tak nyaman.

"Mas gelang dari aku masih kamu pakek kan?,"tanya Ariani memecahkan lamunan Azzam.

Azzam terperanjat kaget,"ehh iya,"jawab Azzam singkat sambil menunjukkan gelang berwarna hitam yang melingkar di pergelangan tangannya.

Ariani tersenyum,"jangan pernah dilepas ya mas, apalagi sampe putus,"tegur Ariani.

Azzam mengangguk patuh dan kembali meneruskan  makannya.

                               ***********

"Tadi ula lihatnya kesini kak,"cicit Azzura sambil menunjuk rumah hijau dan berpagar hitam.

Yasmin menghela nafas,"gak mungkin ula, mas Azzam kan ada di pesantren sekarang,"ujar Yasmin yang tak percaya dengan tebakan Azzura.

Azzura menggeleng tak setuju,"ula lihat sendiri pakek mata ula kak, pokoknya ayok kita masuk kerumah ini! Kita lihat pasti bang Azzam dan mobilnya ada di dalam sini,"tebak Azzura dengan yakin.

Yasmin menggeleng,"ehh jangan! Seandainya itu gak benar gimana? Pasti pemilik rumah ini bakalan marah ula,"larang Yasmin yang masih bersikeras tak sependapat.

Azzura mendengus,"ya sudah ula sendiri yang lihat,"katanya sambil berjalan mendekati rumah tersebut.

Yasmin dengan sigap menarik tangan Azzura,"kali ini dengarin kata kakak! Ayok pulang! Nayla dan Kayla kasihan dijagain sama neneknya mulu,"ajak Yasmin sambil memaksa Azzura untuk menjauhi rumah tersebut.

Azzura berdecak kesal, kenapa kakak iparnya ini tidak percaya dengan penglihatannya. Jelas-jelas kalau tadi dia melihat  mobil Azzam memasukki pekarangan rumah tersebut.

"Udah gak usah bete gitu,"tegur Yasmin sambil masuk kedalam mobil.

Azzura mengerucutkan bibirnya,"kak Yasmin sih nyebelin,"keluh Azzura.

Yamsin hanya tersenyum kecil dibalik cadarnya. Sebenarnya hatinya sedikit yakin akan penglihatan Azzura tadi. Tapi dia hanya tak ingin dugaan adik iparnya Salah, dia juga tak ingin berfikir buruk tentang suaminya. Bukankah tadi dia bertemu dengan suaminya di pesantren? Jadi tidak mungkin kan kalau Azzam ada dirumah hijau berpagar besar itu.


                             ********

"Tuhan, bukankah berprasangka baik sangat kau anjurkan? Maka saksikan lah bahwa aku membuang semua fikiran burukku tentang dirinya."

SETEDUH LANGIT (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang