"Saat kau berfikir bahwa hubungan kalian hancur akibat adanya orang ketiga, bagaimana jika dari awal kalian memang tak pernah berdua"
-----
Sinar matahari mulai menyeruak, menunjukkan bahwa hari ini hanya dia sang penguasa langit, tidak akan ada hujan atau petir. Yang ada hanya matahari yang tersenyum lebar di atas sana. Memberikan panas menyengat yang mungkin bisa membantu beberapa orang yang membutuhkan, atau bahkan menimbulkan kekeluhan dari mereka yang tak tahan dengan panasnya. Matahari sama seperti manusia, hadirnya sering di salahkan, hilangnya menimbulkan kerinduan.
Hari ini Yasmin tak mau menyia-nyiakan cuaca terik itu, di ambilnya semua peralatan kebersihan yang akan membantunya untuk menepis semua debu-debu jahat yang menempel di perabotan rumah. Hal seperti ini malah membuat sang suami geleng-geleng kepala akibat khawatir. Istirnya sangat tak bisa diam, padahal perutnya semakin besar."Ayolah, kita punya bibi sayang," keluh Azzam yang menatap istirnya dengan penuh harap.
Yasmin menggeleng sambil mengangkat kemoceng yang sedang dia pegang," Big No, mas duduk saja disana," perintah Yasmin sambil menunjuk ke arah ruang tamu.
Azzam menghela nafas pasrah, dia berjalan menuju ruang tamu bersamaan dengan bel rumah yang berbunyi, bertanda adanya tamu yang datang.
"Mas, tolong dong bukain pintu," pekik Yasmin yang masih sibuk mengelap meja rias yang penuh dengan debu.
Azzam mengangguk lalu berjalan menuju pintu utama. Matanya menyipit saat menemukan dua orang perempuan yang menjadi tamunya pagi menuju siang hari ini.
"Temennya Yasmin?" Tanya Azzam kepada dua orang perempuan tersebut.
Satu orang perempuan berrambut lurus itu langsung memeluk tubuh Azzam erat, Azzam di buat kaget oleh tindakannya. Secepat mungkin Azzam melepaskan pelukan dari perempuan aneh tersebut.
"Zam, ini aku Riani," lirih perempuan itu dengan mata sembab.
Azzam mengerutkan dahinya bingung," maaf saya tidak mengenal anda, dan tolong sopan sedikit," jawab Azzam sedikit marah.
Dari arah belakang Yasmin muncul dengan raut wajah bingung, sebab penasaran oleh dua orang yang juga tak dia kenal, tapi wajahnya seperti familiar.
"Siapa mas?" Tanya Yasmin sambil mendekati pintu utama.
"Aku Riani, pacar Azzam," celetuk Riani yang membuat Azzam dan Yasmin terkejut bukan main.
"Apa-apaan ini? Bahkan saya tidak mengenal anda, bagaimana bisa?" Protes Azzam yang merasa tidak melakukan hal tersebut.
"Sebaiknya kita bicara saja di dalam," usul perempuan berjas putih yang sedari tadi hanya diam.
Yasmin mengangguk, lalu mempersilahkan dua orang perempuan itu untuk masuk.
"Tidak-tidak, sayang mereka orang asing. Kenapa diperbolehkan masuk?" Protes Azzam yang tidak setuju.
Yasmin tidak menghiraukan keluhan suaminya dan tetap mempersilahkan dua orang perempuan itu untuk masuk.
"Jadi kalian berdua ini siapa?" Tanya Yasmin saat mereka sudah duduk di kursi ruang tamu.
"Saya Riani, pacarnya Azzam. Dan ini dokter Maya. Dia dokter kandungan yang akan menjelaskan bahwa saya sekarang sedang mengandung anak Azzam," jelas Riani panjang sambil menatap tajam ke arah Yasmin.
Yasmin terkejut bukan main, apa yang perempuan itu ucapkan sangat menusuk relung hatinya. Satu tetes air mata turun dari mata teduhnya lalu ia menatap kecewa ke arah Azzam.
Azzam berdiri dari duduknya, wajahnya nampak memerah menandakan bahwa dia sangat marah,"Demi Allah saya merasa tidak pernah menyentuh perempuan lain selain Yasmin istri sah saya," tukas Azzam marah lalu mendekat ke arah Yasmin yang sudah berderai air mata.
"Sayang, kamu harus percaya aku, aku gak mungkin ngelakuin hal sekeji itu sayang, aku mohon percaya aku," Azzam berucap lirih sambil menggenggam erat tangan Yasmin.
"Zam, aku Riani Zam. Ini anak kita," tukas Riani sambil menyentuh perut datarnya.
Azzam langsung menatap sinis ke arah Riani," Saya tidak kenal anda! Sekarang juga kalian pergi!!" Usir Azzam marah sambil menatap penuh kilat ke arah Riani.
"Aku punya bukti," ujar Riani tak mau menyerah. Dia menyerahkan beberapa lembar foto dirinya bersama Azzam yang berpose sangat mesra. Yasmin mengambil foto-foto tersebut dengan tangan yang bergetar.
Sedetik kemudian air mata Yasmin jatuh semakin deras, hatinya sangat hancur. Dia baru ingat, bahwa perempuan yang ada di depannya ini adalah perempuan yang pernah dia jumpai di toilet waktu itu.
Yasmin menangis histeris, itu semua membuat Azzam semangkin panik.Dia melihat foto-foto yang tadi Riani berikan, tubuhnya menengang, foto-foto tersebut terlihat seperti asli tapi dia tidak pernah ingat kapan ini terjadi. Bahkan dia tidak pernah mengenal perempuan di depannya ini.
Azzam memeluk tubuh Yasmin yang bergetar, tapi Yasmin malah menepisnya."Aku minta pertanggung jawaban," ujar Riani lagi membuat Yasmin menghentikan tangisnya.
"Ya, tentu kamu berhak mendapatkan itu," lirih Yasmin sambil menghapus air matanya.
Azzam menjelit, tidak percaya dengan jawaban istirnya," maksud kamu apa sayang?" Tanya Azzam tak paham.
Yasmin menatap lekat ke manik mata Azzam," Nikahi dia, dan ceraikan aku setelah anak kita lahir," ujar Yasmin lalu beranjak dari duduknya. Dia berjalan cepat menuju kamar lalu menguncinya.
Azzam mengejar Yasmin tidak setuju dengan permintaan Yasmin barusan," Yasmin, aku suami mu sayang, seharunya kamu lebih percaya dengan aku," ujar Azzam didepan pintu kamar.
Tak ada sautan dari Yasmin, yang ada hanya isakan kencang yang menyimpan kepiluan. Hati Azzam seperti teriiris mendengar isakan tersebut. Menurutnya hal yang paling menyakitkan adalah saat mendengar isakan kesedihan dari orang yang dia sayang.
Azzam menjauh dari pintu kamar lalu mendekati dua perempuan yang masih duduk di ruang tamu."Sebenarnya kalian ini siapa?! "Tanya Azzam untuk yang kesekian kalinya, karena dia benar-bnar tidak mengenal dua orang ini.
Riani mencoba untuk menyentuh lengan Azzam, namun dengan cepat Azzam menepisnya."jangan sentuh apapun," ketus Azzam.
Riani menurutinya,"Aku Riani Zam, Aku kesini menuntut pertanggung jawaban," jelas Riani pelan.
"Pertanggung jawaban apa?! " bentak Azzam yang sudah sangat emosi.
Riani terpejam, bentakan Azzam sungguh mengerikan," ini anak kamu Zam," lirih Riani yang sudah menangis.
Azzam menyunggingkan senyumnya sinis," anak aku? Bahkan aku tidak sudi menyentuh kamu," tukas Azzam yang membuat Riani terpancing emosi.
"Kalau kamu tidak sudi menyentuh aku, anak ini gak bakalan ada Azzam. Berbulan-bulan aku nungguin kamu jenguk aku, tapi kamu gak datang-datang! Kamu pernah janji mau pisah sama istri kamu demi aku, sekarang apa? Kamu harus nikahin aku Zam! " Riani berucap dengan menggebu-gebu.
Azzam menarik rambutnya frustasi," Ya Allah, fitnah macam apa ini," ringis Azzam yang sangat bingung.
"Aku bakalan kembali lagi besok, aku harap kamu udah punya keputusan yang tepat Zam," tegur Riani lalu meninggalkan Azzam yang masih tertunduk.
Azzam mengangkat kepalanya lalu berlari menuju kamar,"Yasmin, buka pintunya sayang, kita perlu bicara," Azzam memekik panik.
"Nikahi dia mas, aku mohon," lirih Yasmin dari dalam kamar.
Azzam menggeleng cepat," gak sayang, aku gak bakalan nikahin dia. Aku cuma cinta sama kamu, aku mohon Yasmin percaya sama aku," keluh Azzam dengan suara yang bergetar, air mata berlahan jatuh dari matanya.
Hatinya sangat hancur saat mendengar Yasmin tidak percaya dengan dirinya.
Azzam mengambil ponselnya lalu menelfon abi dan uminya untuk meminta bantuan.-------
Duhh, siapa nih yang rela Azzam sama Yasmin pisah? :((
KAMU SEDANG MEMBACA
SETEDUH LANGIT (END)
SpiritualBACA MENGGUNAKAN HATI, AKAN KALIAN DAPATKAN ILMUNYA.