Hari ini hujan deras mengguyur kota Jakarta, sudah sejak pagi hujan turun dan belum memberikan tanda bahwa dia akan reda, mungkin banyak kegiatan masyarakat Jakarta yang tertunda atau bahkan gagal karena hujan di bulan juli ini, tapi tak boleh di lupakan bahwa hujan adalah rahmat yang sengaja Allah turunkan. Di balik derasnya hujan banyak makna dan pelajaran, kita boleh kesal bahkan benci oleh sebab hujan yang jahat karena datang tanpa pamit, tapi kita juga harus berfikir, tanpa hujan bagaimana jadinya kita dan Negri ini, gersang, pohon-pohon rindang dan bunga-bunga cantik bisa saja layu dan mati.
Aku ingatkan lagi, meski hanya air tapi hujan memberikan banyak arti.Hari ini kontrol kandungan harus di tunda karena hujan deras yang mengguyur kota Jakarta, Azzam dan Yasmin tentu tidak akan kehujanan kalau mereka nekat karena mereka bisa menggunakan mobil, tapi apa daya Azzam sangat mempertimbangkan kesehatan istri dan calon bayi nya.
"Nanti kalau kamu kedinginan gimana?,"tanya Azzam sambil memasang ekspresi khawatirnya.Yasmin terkekeh pelan,"enggak mas, aku bisa pakek jaket atau baju tebal,"jawab Yasmin
Azzam menggeleng cepat,"tidak boleh, pokoknya kontrol nya di tunda saja sampai besok, mas tidak mau terjadi apa-apa sayang, mas sangat khawatir,"Azzam berbicara sambil menatap penuh cinta kepada istrinya.
Yasmin mendengus,"di luar hanya hujan, bukan perang uhud mas,"jawabnya
Azzam terkekeh,"sudah kamu nurut aja, ayokk kita kebawah mas akan masakkan bubur ayam,"ajak Azzam sambil menarik lembut tangan istrinya.
Yasmin terkekeh,"aku udah mau lima bulan dan setiap pagi selalu makan bubur ayam,"cicit Yasmin yang agak sedikit bosan dengan menu makanan buatan suaminya.
Azzam mengerutkan bibirnya,"kamu bosan? Atau bubur buatan mas tidak enak?,"selidik Azzam kepada istrinya yang sudah duduk dimeja makan.
Yasmin langsung menggeleng,"bukan begitu mas, tapi coba menu lain,"usul Yasmin
Azzam mengangguk lalu membuka kulkasnya,"bagaimana kalau sup?,"tanya Azzam.
Yasmin nampak berfikir sebentar lalu mengangguk,"boleh, tapi yang enak ya,"ujar Yasmin sambil memangku dagunya. Matanya berbinar saat melihat suaminya sedang memakai celemek bergambar doraemon.
"Kenapa tertawa?,"tanya Azzam sambil mengeluarkan semua bumbu-bumbu dari dalam kulkas, tangannya tanpak sudah cekatan.
Yasmin malah semakin terkekeh,"hot dady,"gumamnya yang masih bisa di dengar oleh Azzam.
Azzam ikut terkekeh,"hot abi dong,"ralatnya.
Yasmin hanya tersenyum kecil, lagi-lagi dia bersyukur kepada Allah atas apa yang telah di dapat, sudah hampir tiga bulan suaminya memperlakuaknnya bak bidadari, memuliakan nya seperti ratu kerajaan, dan tak ada masalah sedikit pun di dalam rumah tangga nya selama Azzam sudah sadar.
Ya Allah, syukurnya, batin Yasmin.
"Sayang, kamu mau pakek wortel?,"tanya Azzam sambil mengelap keringatnya yang bercucuran.
Yasmin sedikit tersentak akibat terlena dengan lamunannya.
"Kentang saja mas,"jawab Yasmin sambil mendekat kearah Azzam dan membantunya mengelap keringat.
Azzam cemberut,"tidak bisa sayang, kamu harus makan wortel juga,"jawab Azzam lalu mengeluarkan wortel dari dalam kulkas.
Yasmin mendengus,"kalau begitu, apa faedahnya mas bertanya tadi,"gerutu Yasmin sedikit kesal.
Azzam terkekeh, menggoda istrinya adalah pekerjaan yang sangat menyenangkan menurut Azzam, meski tak mendapatkan gaji tapi dia rela, di gaji dengan wajah bete nya atau dengan pipi memerah istirnya.
"Sudah istri mas yang cantik ini duduk saja, mas kan jadi grogi kalo ada kamu di sini,"ujar Azzam sambil menuntun istirnya untuk kembali duduk di meja makan.
Yasmin menurut,"tapikan aku bosan hanya diam dan duduk di sini mas,"keluh Yasmin sambil menopang dagunya.
"Ya sudah bagaimana kalau kamu yang menyuci sayuran aku yang mengirisnya?,"tawar Azzam kepada istrinya.
Yasmin sumringah,"boleh-boleh,"ujar Yasmin penuh semangat.
Azzam tersenyum lalu memasangkan celemek bergambar cinta itu dibadan istrinya.
Jadilah pagi menuju siang ini sebagai hari yang menyenangkan bagi kedua insan ini, bergelut di dapur dan menciptakan kekompakan rasanya sangat manis. Sedikit rayuan bahkan tindakan mengelap keringat saja terasa sangat menggelikan dan menggelitik jiwa mereka."Mas itu api nya kecilin,"cicit Yasmin yang panik melihat api nya yang sangat besar.
Azzam menggeleng,"biar cepat mendidih sayang,"jawab Azzam enteng.
Yasmin menepuk jidatnya,"cepet sih iya, kalo meleduk gimana,"tukas Yasmin sambil mengecilkan apinya.
Azzam cemberut,"kapan mendidih nya kalo gini,"keluh Azzam sambil memandang api kompor yang sangat kecil karena ulah istirnya.
Yasmin menahan senyumnya," ya tungguin aja, hot abi harus sabar,"cicit Yasmin yang membuat Azzam mendekat kearah istrinya.
Azzam membenarkan kerudung istrinya yang sedikit kusut lalu mengelap keringat yang muncul di bawah kantung matanya."I love you,"bisik Azzam ditelinga istirinya.
Mata Yasmin terpejam, mendengar bisikan lembut yang penuh makna, manis! Ya sangat manis, perutnya seperti di gelitik, dadanya berdegup kencang. Meski Azzam sudah sangat sering mengutarakan cinta namun tetap terdengar baru di telinga Yasmin, tiga kata yang mampu membuat nya melemah, Yasmin selalu berdoa semoga tiga kata itu selalu terlontar sampai akhir hayat, semoga makna nya selalu terasa. Ya tuhan, aku sangat mencintai laki-laki di depan ku ini. Aku mohon apapun yang terjadi kelak, jangan pisahkan kami dengan kepahitan.
"Kenapa menangis?,"tanya Azzam yang panik saat meliha buliran jerni keluar dari mata indah istrinya.
"Aku buat salah?,"tanya Azzam lagi sambil menghapus air mata di pipi istrinya.
Yasmin menggeleng, lalu memeluk tubuh Azzam erat,"aku mencintaimu karena Allah,"lirih Yasmin sambil terisak.
Azzam tersenyum senang lalu membalas pelukan istrinya, pelukan menenangkan. Selama ini dia bukan hanya mendapatkan istri, tapi juga mendapatkan sosok rumah, rumah tempat nya berpulang saat lelah mencari nafkah, mendapatkan sosok istri yang jika di pandang hilang lelahnya, jika di dekap hilang semua beban masalahnya.
Sungguh rumah tangga seperti ini yang selalu dia idam-idamkan, mendapatkan istri yang mau di ajak sehidup sesurga. In shaa Allah."Mas sup nya sudah matang,"cicit Yasmin yang masih didekap erat oleh Azzam.
Azzam langsung melepaskan pelukannya lalu mematikan kompornya."Keasikan meluk kamu,"kekeh Azzam lalu menuang sup tersebut kedalam mangkuk besar.
"Sayang kamu siapin piringnya ya,"ujar Azzam yang berjalan menuju meja makan sambil membawa sup andalannya.
Yasmin mengangguk lalu membantu suaminya untuk menyiapkan makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SETEDUH LANGIT (END)
SpiritualBACA MENGGUNAKAN HATI, AKAN KALIAN DAPATKAN ILMUNYA.