Bertengkar

6K 710 197
                                    

Drtttt, ceklek!!
Satu decitan panjang mengaluni malam sunyi itu, Yasmin mendongakkan kepalanya kearah sumber suara, sesaat kemudian ia berdiri menghampiri seseorang yang sudah lama dia tunggu.
"Mas sudah pulang?,"tanya Yasmin lembut sambil menjulurkan tangan, berniat ingin menyalim tangan suaminya.

Azzam langsung menarik tangannya dan malah menyodorkan Yasmin tas kerjanya,"bawak keruang kerja aku, kamu kenapa belum tidur?,"perintah Azzam dan diiringi satu pertanyaaan yang sudah lama tak Yasmin dengar.

Yasmin tersenyum,"bagaimana aku bisa tidur? Suamiku kan belum pulang,"jawab Yasmin sambil tersenyum simpul.

Azzam hanya mencebik lalu berjalan menuju tangga,"siapin aku air hamgat, gak pakek lama!,"teriak Azzam kepada istrinya.

Yasmin menghela nafas dibalik cadarnya, apa lagi ini? Suaminya makin hari makin tak beragama. Mana Azzam yang dulu pandai memuliakan istri? Kenapa sekarang suaminya malah berubah menjadi pribadi yang ketus dan kasar. Dia sudah mengandung dua bulan, dan suaminya belum tau akan itu.
Yasmin terduduk di kursi kerja suaminya, lalu tatapannya jatuh ke arah foto yang terpajang di meja tersebut. Satu air mata jatuh dari iris indah itu, Hati Yasmin teriris saat melihat foto dirinya dan Azzam berpose sangat bahagia. Apakah tidak bisa kembali seperti dulu lagi?

"Yasmin! Air hangat nya mana?!',"

Yasmin terlonjak kanget, dia refleks berdiri dan menghapus air matanya. Yasmin terpejam sebentar, bagaimana bisa dia lupa akan perintah suaminya, Ya Tuhan maafkan Yasmin yang pelupa.

"Iya mas, ini sedang aku siapkan,"jawab Yasmin cepat.

Azzam hanya mendengus, dasar istri membosankan, batin Azzam.

"Airnya sudah siap, mas mandi ya, abis itu Yasmin urut kakinya,"Yasmin berujar sambil mendekat kearah Azzam.

Azzam lagi-lagi mendengus sambil menatap Yasmin dari ujung kaki sampai ujung kepala. Lalu setelah itu ia menggeleng penuh remeh.
Yasmin mengerutkan keningnya bingung saat melihat tatapan Azzam, apakah ada yang salah?

"Ada apa mas?,"tanya Yasmin penasaran.

Azzam bergeming,"membosankan!,"cicitnya lalu melangkah menuju kamar mandi.

Yasmin mematung dibuatnya, nafasnya terasa panas, sepotong kata itu berhasil membuat jiwa nya tergoncang. Tak terasa buliran buliran bening mengalir di pipinya, Yasmin terisak sambil duduk di ujung tempat tidur.
Yasmin terus menangis sampai akhirnya ia berdiri di depan kaca panjang kamarnya, apa benar? Tanya Yasmin dalam hati.
Yasmin melihat pantulan dirinya di cermin, memandang tiap-tiap inci tubuhnya.

Aku tak menarik lagi dimata suamiku? Aku membosankan? Apa karena pakaian longgar ini? Apa karena aku tak pandai bergaya? Atau justru karena suami ku yang sudah tak bisa menjaga pandangan?
Astagfirullah!! Kenapa aku jadi menuduh suamiku?!
Sabar Yasmin sabar, apa yang sedang kamu fikirkan sekarang adalah pngaruh setan.

"Tidak usah bercermin, kamu tetap saja membosankan,"celetuk suara berat itu.

Yasmin menoleh kearah sumber suara, ternyata itu suaminya yang sudah rapi dengan balutan baju santai.

Yasmin mencoba untuk tetap mengulas senyum, lalu mendekat kearah suaminya,"betulkah mas? Dimana sisi membosankan itu?,"Yasmin mencoba bertanya.

Azzam melirik sebentar kearah istrinya,"dari semua sisi,"jawab Azzam dingin tapi sangat menusuk.

Yasmin tercekat, rasanya dia ingin menangis lagi.

"Jadi, aku harus bagaimana supaya tak terlihat membosankan lagi dimata mu mas? Bukankah menyenangkan suami dengan cara bersolek sangat dianjurkan,"ujar Yasmin.

SETEDUH LANGIT (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang