Falling deeper

685 81 4
                                    


Taehyung tak pernah berbohong ketika ia bilang bahwa dirinya adalah manusia paling sial. Setelah tadi habis diomeli oleh bu asfi kini taehyung harus terjebak hujan.

Tadi saat akan pulang taehyung malah berpapasan dengan bu asfi, guru yang sudah lima hari ini taehyung hindari. Dan tentu saja taehyung dimarahi
habis- habisan. Taehyung sepertinya harus berlatih menunggangi kendaraan sendiri. Harus menunggu bis dikala hujan seperti ini sangat menyebalkan.

Taehyung sudah berniat untuk menerobos hujan sebelum motor merah berhenti didepanya. Wajah jimin yang sedang tersenyum terlihat, pakaian nya sudah basah. Terlihat cuek dengan hujan yang mengguyur tubuhnya.

" ayo pulang bareng, gue lihat lo tadi udah niat terobos hujan. Bareng gue aja. Terobos hujan bareng-bareng."

Dan taehyung tak punya alasan untuk menolak, memutuskan naik ke tumpangan motor jimin dan menerobos hujan.

" taehyung lo tau? jalan- jalan sekitar seoul hujan-hujanan begini ini paling enak dinikmati, tapi gue gak pernah tau kalo sama lo bakal lebih menyenangkan." Ujar jimin sedikit teriak untuk mengalahkan suara hujan.

" apaan sih, jim? Hujan begini, dingin apa yang bisa dinikmati?" Balas taehyung, berusaha menetralkan degup jantungnya.

" lo dingin? Peluk gue sini, biar anget"

Tai

Sumpah, taehyung ingin melebur bareng hujan aja. Jimin dengan seribu satu kata manisnya bikin taehyung total makin jatuh.

.
.
.
.
.

Sial, sial. Bau maskulin jimin serius bikin taehyung makin pusing, setelah tadi diantar jimin, motor jimin tiba-tiba macet dan sialnya rumah taehyung masih jauh. Taehyung merutuki sekali lagi kenapa dulu ia mendaftar disekolah yang jauh dari rumahnya.

Dan sekarang disini apartemen jimin, dengan aroma jimin yang menguar dimana-mana  dan nuansa hitam yang menambah kesan jantan berbeda dengan taehyung yang lebih suka warna lembut. Ya, taehyung sekarang berada diapartemen jimin karena motor jimin macet di daerah yang beruntungnya tak jauh dari apartemen jimin.

" nih baju gue, pake dulu daripada masuk angin" ujar jimin sembari menyerahkan hoodie ke taehyung.

" thanks, gue pinjam dulu, kamar mandinya dimana? " balas taehyung

" disini aja, gak ada masalah, kan ? Toh, sama-sama laki ini juga"

Taehyung merona, membayangkan ia melepas pakaian dihadapan jimin, oh tidak. Taehyung bahkan tidak bisa membayangkan nya.

" canda, di pojokan tuh. Serius lo lucu banget kalo lagi malu begini. Hahaha"

Taehyung buru-buru berlari kearah kamar mandi. Jimin tidak berhenti menggodanya dari tadi. Ia benar-benar malu.

Pemandangan jimin yang sibuk didapur. Entah apa yang ia lakukan. Jadi pemandangan pertama setelah taehyung selesai berganti baju. Hoodie warna kuning jimin sangat nyaman, kalo bisa taehyung ingin memilikinya.

" ngapain? Lo bisa masak?"
Ujar taehyung menghampiri jimin yang terlihat sibuk.

" nggak juga, gue bikin cokelat panas. Lo suka kan?" Anggukan taehyung menjadi jawaban.

Tanyangan tv yang dinyalakan jimin kini memenuhi apartemen jimin. Dengan keduanya sama-sama mengenggam secangkir cokelat panas. Tidak ada pembicaraan. Keduanya benar-benar canggung. Jimin kini hanya terfokus pada taehyung yang terlihat serius menonton. Sudahkah jimin bilang, bahwa taehyung dengan hoodie kuning miliknya terlihat benar-benar menawan. Jimin telak terpesona.

Jimin tak pernah menyadari bahwa taehyung, siswa yang kerap dibully disekolahnya ternyata seindah ini. Jujur, jimin tak tau bagaimana perasaanya. Jimin bukan manusia bodoh yang tak mengerti tentang cinta, dirinya sudah kerap kali berkencan. Tapi ini pertama kalinya jimin dibuat bingung dengan perasaanya. Dalam hati jimin sedikit merasa bodoh karena bisa jatuh pada taehyung secepat ini. Ia awalnya tak yakin pada perasaanya namun kejadian hari ini seperti meyakinkan jimin bahwa ia harus memiliki taehyung.

" lo minggu ada waktu?" Ucap jimin setelah lima menit lebih tak ada pembicaraan,

" nggak tau sih, kenapa?"

" gue pingin ajak lo nonton"

" hmmm, gak deh. Gue ada janji sama temen."

"Oh." jimin mendesah kecewa,

Taehyung berusaha menahan tawanya, wajah jimin yang terlihat sedih benar-benar lucu menurutnya.

" canda, lagian sejak kapan gue punya temen." Ujar taehyung, puas menggoda jimin.

" ck, terus gue? Kita bukan temen? Oh ya, sebentar lagi kita emang bukan temen." Balas jimin.

" kalo bukan temen, terus lo apa?"

" entah, pacar kali?"

Niatnya menggoda jimin malah berbalik pada taehyung. Jimin tak pernah gagal untuk membuat taehyung merona.

" gue beneran mau ajak lo nonton, besok gue jemput, bisa kan?" Ujar jimin setelah tadi puas tertawa. Taehyung yang malu hanya bisa menganggukan kepalanya.

Lagi-lagi hening. Taehyung yang masih malu dan jimin yang kehabisan bahan pembicaraan. Pikiran keduanya sama-sama sibuk. Jimin yang pikiranya dipenuhi taehyung begitu pula sebaliknya pikiran taehyung yang dipenuhi jimin.

Malam ini, pukul tujuh malam taehyung juga jimin sama-sama menyadari bahwa hati mereka sudah terikat. Dan keduanya tidak ada yang menyesali hal ini.

________________tbc

Wkwkwk, ini apaan sih? Gue gak ngerti apa yang gue tulis. Ternyata nulis cerita lebih susah dari yang gue kira.

Tapi semoga chapter ini bisa mengatasi kesepian malam minggu kalian ya. Hahaha. Sama sih.

Yaudah gitu aja. Tetep dukung cerita ini ya.

Namby- pamby (MinV)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang