tiga belas

2.9K 609 74
                                    

jangan lupa coblos bintang di pojok kiri bawah dan komentar nya 😘

"Jadi, lo sama Hyunsuk udah baikan, Jin?"

Pagi ini, obrolan gue, Yeji dan Junkyu di kelas adalah seputar manusia bernama Hyunsuk.

Gue ngangguk. "Dia udah minta maaf juga. Untung gue pemaaf."

"Alah, bilang aja lo udah baper sama dia sejak kenalan lewat Jericho." kata Junkyu yang langsung gue getok kepalanya pake pensil.

"Tapi, Jericho tuh gimana ya, dia selalu cerita sama gue kalo dia kesepian, temennya pada sibuk sendiri, terus keluarganya broken home, dan gue kayak nggak melihat kesedihan itu pada Hyunsuk." kata gue.

Yeji dan Junkyu cuma diem. Mikir.

"Mungkin lo belom liat, Jin."

"Si Hyunsuk kan suka bareng geng nya itu kan yang isinya Kak Gon, Kak Seunghun, sama Kak Jeonwoong, sama  Kak Midam alumni?" tanya gue bingung.

Junkyu ngangguk. "Ya lo liat aja, Gon sibuk jadi ketua osis, mana sekarang udah jadian sama Kak Sakura, Jeonwoong udah pindah sekolah, kalo Seunghun gue kurang tau deh."

"Tapi si Hyunsuk itu kaya banget, Jun! Bapaknya pengusaha tambang emas, terus bapaknya juga anggota DPR." tambah Yeji.

Junkyu ngangguk lagi. "Iya gue tau, makanya, lo semua tau kan, betapa bandelnya si Hyunsuk waktu kelas 11 dulu, sampe nyaris di DO, tapi kenapa dia bisa keterima jadi bendahara osis coba?"

"Kenapa emang?" Gue dan Yeji penasaran.

Junkyu tersenyum miris. "Anak osis penjilat semua. Dia diterima biar bisa nyumbangin dana terus buat kebutuhan osis."

Gue baru inget, dulu Jericho alias Hyunsuk pernah bilang.

Temen gue banyak, sebanyak duit gue. Tapi giliran gue susah dikit aja, langsung pada kabur. Yang bener-bener temen kayaknya bisa dihitung pake jari, Nes.

Mungkin yang dia maksud dengan 'bener-bener temen' itu Gon, Seunghun dan kawan-kawan.

"JUNKYUU!" tiba-tiba Lia dateng dan langsung nyamperin Junkyu.

"Apaan?" balas Junkyu.

"Mana buku Kimia gue yang ketinggalan di rumah lo, bawa nggak?"

Junkyu nepok jidat. "Anjir, lupa gue. Ketinggalan di ruang tamu."

Lia gregetan, terus nyubit pipi Junkyu.

"Gimana siiih, kan besok di kumpulin!"

"Anjiir, kaga usah nyubit-nyubit! Sakit!" Junkyu ngelus pipinya yang sakit.

"Pokoknya ntar pulang sekolah anter bukunya ke rumah gue, ya!" kata Lia.

"Gimana sih, Junkyu. Tidak bertanggung jawab." Gue ngompor.

Tiba-tiba, Yeji yang duduk di sebelah berdiri. Terus pergi.

"Lah, Ji, mau kemana lo?" tegur gue.

"Toilet." balas Yeji tanpa menoleh.

○•○

Udah dua hari ini Yuna sakit muntaber. Udah mondar-mandir ke kamar mandi berkali-kali sampe lemes.

Akhirnya, gue sama mama bawa Yuna ke rumah sakit, dan Yuna langsung masuk UGD, karena dehidrasi.

Selagi di UGD, gue ngeliat ibu-ibu yang kejang-kejang di samping Yuna, dan dibantu alat pernapasan.

Suster-suster di UGD pada sibuk ngurusin ibu itu, dan akhirnya ibu yang kejang-kejang itu dipindahin.

Kalo yang gue denger-denger, dipindahinnya ke ruang ICU.

"Uni." Yuna noel-noel lengan gue. "Ambilin minum dong."

Kasian juga adek gue yang ngeselin ini. Mukanya pucat, dan dia diinfus.

"Nih." Gue nyodorin aqua ke Yuna. "Makanya, kalo ngapel sama doi jangan di mie ayam pinggir kali, bukannya romantis malah bikin diare. Ga modal banget sih pacaran lo."

"Bodo amat. Daripada lo, jomblo." balas Yuna.

Emang dasar adek durhaka. Percuma gue kasihanin.

Akhirnya Yuna ditungguin sama Mama di UGD, sementara gue keluar cari toilet.

Di perjalanan menuju toilet, gue ngeliat ibu yang kejang-kejang tadi sedang di bawa sama suster ke ruang ICU. Ada seorang cowok juga yang ikut nganterin ibu itu ke ruang ICU.

Ternyata, cowok itu Hyunsuk.

Jangan-jangan, ibu yang kejang-kejang itu mamanya Hyunsuk?

Gue cuma ngeliatin dari kejauhan ketika ibu itu udah masuk ke ruang ICU.

Sementara Hyunsuk duduk di kursi di depan ruang ICU sambil menunduk.

Gue nggak sadar, entah sejak kapan kaki gue melangkah menghampiri Hyunsuk di sana.

Mungkin dia sadar akan kehadiran seseorang, dan Hyunsuk langsung mendongak,

Dan pandangannya bertabrakan dengan mata gue yang lagi natap dia.

"Ryujin?" katanya.

Gue bisa lihat matanya basah.

"Lo, nganter mama lo?" tanya gue pelan.

"Iya, mama gue tiba-tiba kejang, jadi gue langsung ke sini sama supir." Dia ngangguk. "Lo?"

"Gue nganter adek gue, dia muntaber." jawab gue.

Sesaat kita diam. Sampai akhirnya Hyunsuk ngomong.

"Tadi lo liat ibu yang kejang-kejang dibawa ke ICU?"

Gue ngangguk.

"Itu mama gue, Jin, yang sering gue ceritain ke lo." katanya tersenyum.

Senyum sedih.

Gue nepuk bahunya. "Semoga mama lo cepet sembuh, ya."

Hyunsuk tersenyum kecil, matanya berkaca-kaca. "Makasih, Jin."

Gue senyum. Rasanya sedih juga ngeliat Hyunsuk sedih kayak gini. Rasanya sedih, ketika gue menyaksikan secara langsung kisah sedih yang biasanya dia ceritakan melalui chat.

Rasanya gue pengen meluk Hyunsuk.

Dan sebelum otak gue memerintah, badan gue sudah bergerak terlebih dahulu.

Dengan berani, gue meluk Hyunsuk.

Hyunsuk balas meluk gue, dan gue bisa mendengar isakan dia di samping telinga gue.

Sampai akhirnya, isakan Hyunsuk mereda, dan kita saling memisahkan diri.

"Gue pergi dulu, ya." Gue berdiri.

"Iya, makasih ya, Jin." Hyunsuk ikut berdiri, terus nepuk bahu gue.

Gue senyum, "Mama lo pasti bangga punya anak yang hebat kayak lo. Semangat Hyunsuk!"

○•○

guys menurut kalian gon bakal debut sama c9boys ga ya?

TextrovertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang